Satu panggilan, masuk.
San yang tengah asik bicara, mengobrol dengan teman lama dan berkenalan singkat dengan dua orang baru, terkejut karenanya. San pun segera meraih ponsel Seonghwa, tersenyum sekilas meminta izin mengangkat panggilan, dari pembicaraan tersebut.
Saat itu, Topan mempersilahkannya.
Maka San berdiri, tak jauh, untuk mengangkat satu panggilan tersebut, walau agak ragu.
Nyatanya, tetapi, San angkat di sana.
"Sayang."
San harus menelan ludah, jikalau ini menjadi perkara. "Hongjoong... ini gue, San."
"Loh? Lo udah balik dari Bloem?"
"Belum." San menahan napasnya sesaat. "Ha-pe Seonghwa ada sama gue lagi."
"Tsk. Terus di rumah ada siapa? Ah, lo pasti gak tau."
"Ada apa?" tanya San kembali.
"Gak apa." Hongjoong menjawab. "Kapan lo balik?"
"Besok."
"Oke."
San hendak memperpanjang percakapan sedikit, tetapi Hongjoong langsung memutus sambungan. Karena itu, San tersenyum tipis, lalu kembali untuk duduk, walau agak sedikit bingung kemudian.
"Loh? Temen lo yang berdua ke mana?" tanya San, mendudukkan diri dan menaruh ponsel kembali di atas meja.
Topan tersenyum, mengedik ke arah luar. "Ke mobil. Ngambil ha-pe gue ketinggalan. Gue pengen minta nomor lo soalnya."
"Oh, kebetulan ini bukan ha-pe gue." San tersenyum, mengangguk pelan. "Nanti gue sebutin aja nomor gue."
"Gampang!" Topan terkekeh di hadapannya.
Karena sejak tadi pembicaraan berputar pada masa-masa mereka bersama ketika SMP, San pun teringat belum bicara mengenai topik utama di sini. San mulai berdeham kecil, menatap Topan di sampingnya, untuk bertanya. "Omong-omong... lo kok kenal Kak Flora?"
"Oh, yang kenal mereka berdua." Topan mengacu pada dua temannya yang masih belum kembali. "Gue kenali juga sih, cuma kenal aja. Kalau dua orang tadi, Arham dan Banyu, mereka itu yang bantu Kak Flora kalau disiksa Kak Tarkha."
"Loh? Pacarnya Kak Flora maksud lo?"
Topan mulai menghadap, tatapannya seolah menjadi sedih. "Iya. Kak Flora selama ini disiksa, disuruh kerja paksa secara ilegal. Tadi kami ngobrol sama Kak Flora—dia komunikasi lewat tulisan di kertas, walau berantakan. Katanya, kayaknya ini semua dilakuin sama musuh-musuh Tarkha. Padahal Kak Flora juga gak mau nyakitin Juyeon kayak gini."
Agaknya, San sedikit mengernyit.
Kalimatnya berantakan, San sulit mencerna.
Tetapi kesannya... tampak bagus?
Arham kembali, dengan membawa satu ponsel yang langsung diletakan di atas meja. Topan tersenyum berterima kasih, selagi Arham langsung menjelaskan situasi atas tak kembalinya Banyu di sana.
"Ada yang nabrak bemper mobil. Gue cek dulu." kata Arham.
Topan mengangguk, "oke! Gue ngobrol dulu sama temen gue sebelum nyusul! Mau minta nomor dulu!"
"Yo!" Arham menyahut sebelum pergi.
Sehingga Topan kembali pada San, sambil kemudian meraih ponsel miliknya. "Tadi kita ngomongin apa?"
"Ngomongin Kak Flora."
"Iya, benar." Topan terfokus pada layar ponselnya, seperti tengah menekan-nekan sesuatu, sebelum kemudian mengangkat wajah dan menatap San sedikit memohon. "Eh, kuota gue habis. Boleh ikut pakai hotspot sebentar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
Fiksi PenggemarTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023