Octagon 3 - 66 : Dua Mei, Dua Berlawanan Pt. 5

305 39 49
                                    

Sembari memperbaiki posisi, Hongjoong memastikan Soobin di punggungnya, tak terjatuh sama sekali. Soobin terlelap, atau mungkin sadar. Entahlah. Sekarang Hongjoong lebih memedulikan perihal panas tubuhnya benar-benar tinggi. Sosoknya melenguh berulang kali dan membutuhkan tempat sesegera mungkin.

Ya, Hongjoong berakhir meminta diturunkan setelah sampai ke ibukota.

Lalu mengganti kendaraan dengan taksi, memastikan bahwa Eunwoo tak mengikuti.

Sejujurnya, Hongjoong tak bisa berpikir.

Tak tahu di mana benar atau salah, Hongjoong hanya kini membawa tubuh Soobin di punggungnya sembari bicara sendiri.

Setidaknya, itu menghibur Hongjoong.

"Bangsat... berat badan lo berapa sih, bajingan?"

Tentu tak ada jawaban.

Bahkan napas Soobin yang terasa di bahunya pun, begitu panas terasa.

"Gue minta Eunwoo nurunin gue di jalan, yang penting udah masuk ibukota. Lo kenal Eunwoo gak?" tanya Hongjoong lagi, langkahnya terus membawanya memasuki area lobi apartemen, di mana mereka telah sampai, dan menarik perhatian orang-orang sekitar di pagi itu. 

Hongjoong hanya tersenyum, singkat, pada orang-orang melintas.

Dalam balutan jaket milik Eunwoo, untuk dikenakan Soobin, dan dirinya mengenakan jaketnya sendiri, Hongjoong terus menunduk. Berharap tak ada yang mengenalinya sama sekali, sembari menolak pula bantuan dari satpam yang menawarkan.

"Tai... gue ragu, Soobin, sebenernya..." Hongjoong berucap lagi, mencapai pintu elevator dan menekan tombol naik ke atas. Setidaknya, mereka akan aman, bukan? Hongjoong pun telah melepas kartu sim-nya dalam perjalanan, ketika masih bersama Eunwoo. "Tawaran Eunwoo bagus tapi... kami aja baru tegur sapa lagi sekarang setelah tiga tahun gak. Mana bisa gue percaya?"

Hongjoong menunggu pintu elevator terbuka.

Hanya mereka, tak ada orang lain.

Hongjoong menghela napas, nyaman dengan monolognya, seolah membuat dadanya sedikit lebih lega.

"Apalagi setelah tau, dia anak Dongwook..."

Sedikitnya Hongjoong terdiam, tak sadar, sampai elevator berdenting.

"Tsk..." Hongjoong membenarkan posisinya saat itu, lalu membawa diri, melangkah masuk. Lalu Hongjoong berbalik, menghadap pintu elevator yang menutup di mana dirinya sendirian, sembari memperhatikan pantulan diri mereka di sana. "Tahan, ya? Bentar lagi ketemu Mingi."

:-:-:-:-:

San menutup pintu kamar hotel tersebut, membawa langkahnya keluar.

Sekarang adalah pukul delapan pagi. Mungkin waktu yang tepat untuk sarapan, sehingga, setelah memastikan Juyeon dan Younghoon masih terlelap di satu kasur yang sama, di kamar tersebut, dirinya keluar. Untuk jelasnya siap menghadap, seseorang yang sudah lebih dahulu berada di luar sana.

Wooyoung memastikannya sebelum mereka beranjak. "Tidur?"

Karena itu San mengangguk.

Memang, belum ada pembicaraan dari keduanya, sama sekali. Hanya hal-hal umum, atau mendesak, seperti meminta tolong diambilkan sesuatu, membayar sesuatu, dan sebagainya.

Selebihnya?

Satu kejadian tertinggal di rumah lama pun belum pernah dibahas sama sekali.

Terlebih dengan bagaimana Wooyoung... merasakannya lagi.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang