"Ayo, Nial sayang. Mama dan Papa sudah siap di sini~"
Panggilan itu membuat Seonghwa tersenyum dengan gemas, pun secara malu-malu, untuk duduk di hadapan kedua orang tuanya. Beralas sebuah karpet tipis tersebut, ketiganya duduk di tepi pantai, pada satu malam api unggun yang mereka buat sembari membakar ikan.
Seonghwa menatap kedua orang tuanya yang saling berangkulan—tepatnya sang Ayah merangkul sang Ibu yang bersandar, usai mereka makan. Sedangkan Seonghwa saat itu, berulang kali menarik dan menghembuskan napasnya, mencoba untuk siap.
"Jadi apa yang Papa dan Mama harus dengar malam ini." Rain berucap, secara lembut padanya. "Sepertinya Nial senang sekali, ya?"
Sontak Seonghwa terkejut, lalu mencoba menutup wajahnya sendiri. "Nial gak tau harus gimana cara bilangnya..."
"Pelan-pelan, sayang." Taehee berucap, sembari terkekeh lembut, melirik suaminya. "Sepertinya anak kita jatuh cinta."
"Ma! Pa!" Seonghwa langsung tersentak, sebelum menyatukan kedua lengannya lurus pada ruang diantara kakinya yang bersila. Tubuhnya kemudian bergerak maju dan mundur secara malu. "Jangan gitu... justru Nial mau ngomongin itu..."
"Oke, Papa dan Mama dengar." Rain melirik sang istri, mengecup kepalanya sekilas lalu mengusap kembali lengannya. "Bilang, ayo, bilang. Kami bakal dengar."
"Tapi jangan marah?"
Taehee terkekeh kembali. "Kapan kami marah saat kamu bicara jujur, sayang? Tentu kami senang setiap kamu jujur."
"Oke, tapi ini agak sedikit... aneh."
"Anehnya?" Rain bertanya.
Di posisinya, pergerakan Seonghwa menjadi tak nyaman. Seonghwa sampai menggigit bibir bawahnya sendiri, merasa sulit untuk mengatakannya. "Mungkin ini bakal bikin kalian berdua kecewa karena Nial anak satu-satunya..."
"Kenapa, sayang?" Rain bertanya memastikan.
Taehee melirik Rain sekilas.
Selagi Rain mulai tertawa. "Bilang aja, Nial sayang. Jangan denial."
"Pa, jokes kamu." Justru Taehee yang meringis, sambil memukul pelan dada suaminya.
Seonghwa sendiri ikut tertawa lalu merengek pelan. "Dengar Nial dulu!"
"Kami siap kalau kamu mau bilang, kamu lagi jatuh cinta. Jadi siapa namanya?"
Di sanalah Seonghwa mulai ciut. "Masalahnya... dia yang bakal Nial maksud... bukan perempuan..."
Rain dan Taehee mulai melirik satu sama lain.
Selagi Seonghwa langsung menyesali apa yang diucapkannya. "Nial tau banget, kalau di sini masih terhitung tabu walau di Khatulistiwa sendiri gak terlalu! Tapi Nial—"
"Papa udah bilang, Ma." Rain justru malah mencubit ujung hidung istrinya.
Sedangkan Taehee meluruskan posisi tubuhnya, untuk menatap Seonghwa setelah itu. "Sayang, kamu suka laki-laki atau merasa ingin jadi perempuan?"
"Apa?!" Seonghwa tersentak bukan main, sambil wajahnya tiba-tiba memerah malu. "Nial cuma suka laki-laki, bukan artinya mau jadi perempuan! Nial suka Nial yang kayak gini!"
"Kan..." Rain berucap lagi menggoda istrinya.
Saat itu Seonghwa mengernyit, teralihkan. "Ini... kenapa respon kalian berdua kayak gini, ya...?"
"Kami sudah pernah menduga, sayang." Taehee langsung membalas, untuknya beranjak ke samping Seonghwa dan kemudian menariknya di pinggang, memeluk gemas anaknya. "Mama dan Papa cuma mikirin, kamu suka diri kamu juga atau enggak. Karena bakal sulit kalau kamu gak cinta diri kamu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
FanfictionTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023