Ini pertama kalinya Hongjoong berada di dalam satu mobil yang sama, berdua dengan sang Ayah, namun rasanya sangat menakutkan—membuatnya cemas bahkan berkeringat dingin membasahi telapak tangannya. Bahkan Hongjoong tahu, dengan kedua tangannya berada di atas paha, rasanya sudah merembes ke balik celananya.
Padahal yang dinaiki adalah mobilnya sendiri.
Padahal yang mengendarai adalah Ayahnya sendiri.
Tetapi terasa asing, lantaran, sesuatu yang menggila di sini.
Gongyoo benar-benar baru saja menjemput Hongjoong seorang diri, di rumah Sarga, seolah tahu dirinya harus menunggu hari ini. Seolah tahu bahwa ada pertemuan di hari ini, sehingga menjemput Hongjoong adanya harus dilakukan di hari ini pula.
Di depan seluruh musuhnya.
Untuk membawa sang anak kembali.
Gongyoo melakukannya tanpa terlihat sedikit pun keraguan maupun ketakutan.
Satu hal itu membuat Hongjoong benar-benar sadar...
...bahwa Ayahnya benar-benar sadar akan apa yang terjadi.
Ini adalah kebingungan bagi Hongjoong, pun kebuntuan.
Dirinya sudah terikat dengan lingkaran dalam, berulang kali dilihat, ditandai bahkan sekarang diakui.
Sekarang yang dirinya ingin pertanyakan adalah...
...siapa Ayahnya?
Dalam perjalanan itu, Gongyoo jelas menyadari bahwa Hongjoong sering kali melihatnya, di posisinya yang duduk bersandar, menatap ke arah depan, seolah tak mau menunjukan bahwa penjemputan ini mempengaruhinya.
Padahal jelas mempengaruhinya.
Hongjoong ingat dirinya dijemput pulang sekolah, terakhir kali adalah saat dia masih menginjak tingkat Sekolah Menengah Pertama. Saat pikirannya masih tak benar-benar rusak, saat dirinya tau ia berkuasa, hanya saja masih bermain santai, bermain aman, dan fokus pada sekolahnya saja.
Sekarang semua berubah.
Penjemputan ini, jika ditelaah, terasa menakutkan.
Seperti... Ayahnya benar-benar menunggu waktu yang tepat untuk datang.
Lalu?
Setelah itu apa?
"Mengapa kamu pergi ke sana?"
Dimulai dengan ini.
Hongjoong mencoba untuk tetap bersandar, tetap melihat lurus ke depan, berikap tak terganggu. "Why you bother?"
Jawaban Hongjoong jelas mengecewakan.
Gongyoo sendiri sudah bisa menebak, bahwa anaknya akan melawan, seperti ini. "Ayah tetap Ayah kamu, Rastafara."
Namun Hongjoong benar-benar membenci fakta, bahwa ketika dirinya menggila di lingkaran dalam, rupanya kehadiran Ayahnya memiliki peran sangat kuat, untuk membantunya menjadi lebih sulit. Jadi, Hongjoong harus berharap bagaimana? "Dan Rafa tetap punya hak untuk memilih siapa--"
"Kamu tidak punya hak saat kita bicara tentang keluarga." Gongyoo memotong cepat, tegas, senyumannya pun menghilang. "Sejak dahulu kamu tahu, siapa keturunan kamu dan--"
Tak tanggung, Hongjoong langsung memotong dengan berani sambil meliriknya. "Keturunan siapa sebenarnya? Yang Rafa tau, Ayah itu pebisnis paling sukses di kota, dan memiliki banyak musuh. Yang Rafa tau, Ibu itu hanya pebisnis biasa, sosok yang lembut, yang bahkan Rafa lihat Ibu perlu dilindungi, tapi apa yang mereka bilang?"
"Apa?" Gongyoo membalas, menantang walau terdengar datar sambil terus fokus mengemudi.
Hongjoong yang melirik sampai menelan ludah susah payah, lalu mengangguk kecil, menahan nyeri di dadanya. "Kalian... itu sesuatu. Kalian punya sesuatu. Kalian dua orang yang bahkan tak pernah Rafa bayangkan--"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
Hayran KurguTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023