Octagon 3 - 95 : Jauh dan Tinggi

244 37 45
                                    

"...nanti, dilakukan di area sana karena jauh ke bangunan, juga jauh ke area pepohonan di belakang. Nah, jikalau memang boleh, pertanyaannya, tidak akan terlihat atau mengganggu, misal dari pihak luar, bukan?"

Penjelasan panjang lebar dari Seonghwa membuat Hongjoong yang berdiri di sampingnya tertegun. Terlebih dengan bagaimana Seonghwa terfokus pada Shownu untuk menjelaskan keadaannya dan rencananya di sana, setelah mereka berdua mengantar Mingi kembali pada area hunian—sebelum menemui sosok ini.

Karena itu, Shownu mendengarkan dengan baik.

Seonghwa sendiri mengusahakannya seserius mungkin. "Kami, terlebih beberapa sangat dekat, baru kehilangan. Rasanya sesak sekali karena tidak bisa mengucapkan perpisahan."

Shownu mengangguk paham. "Untuk besok malam?"

Seketika itu juga senyuman Seonghwa merekah. Seonghwa melirik sekilas pada Hongjoong, lalu kembali pada Shownu dan mengangguk berulang. "Ya! Apakah bisa?"

"Butuh berapa lampion kertas terbangnya?" tanya Shownu untuk memastikan.

Seonghwa langsung kembali pada Hongjoong untuk meminta pendapatnya. "Kita butuh berapa? Seratus?"

"Dua puluh aja. Masing-masing dua."

Jawaban Hongjoong langsung dibalas gelengan oleh Shownu. "Bagaimana jika delapan puluh delapan?"

"Mengapa?" Seonghwa mengernyit padanya. "Ada arti?"

Shownu tersenyum. "Artinya 'sampai jumpa'. Sering digunakan sebagai isyarat."

"Oh...?" Seonghwa yang baru tahu, langsung melihat ke arah Hongjoong. "Gimana? Bagus, 'kan? Kalau untuk ini aku setuju; kita ucapin perpisahan buat Soobin."

Tak ada penolakan, Hongjoong mengangguk, walau agak bingung akan bagaimana cara mereka membagi dan memegangnya nanti, dikarenakan mereka hanya bersepuluh. Tetapi Hongjoong berakhir dengan mengikuti.

Selagi Seonghwa yang kembali pada Shownu, menatapnya dengan permintaan terima kasih. "Terima kasih banyak. Terima kasih telah membantu. Ini untuk besok malam. Setelahnya, saya yakin yang lain dapat mencoba menerima dan menikmati kebaikan dari keluarga Prananto di sini."

"Itu yang diharapkan." Shownu mengangguk paham. "Ada lagi lainnya?"

Seonghwa melirik ke arah Hongjoong, jika lelaki itu memiliki satu.

Shownu mengikuti tatapan, kemudian bertanya, "bagaimana, Tuan Muda?"

"Sudah saya bilang, berhenti dengan panggilan itu." Hongjoong memutar mata, malas dan kesal. "Sudah. Itu. Hanya itu."

"Baik." Shownu mengangguk lagi, sembari menyentuhkan satu tangan di bawah perutnya, hendak pamit.

Hongjoong dan Seonghwa pun berniat untuk beranjak.

Tetapi Hongjoong teringat sesuatu lebih dahulu. "Ah, apa Kakek sibuk? Kapan saya bisa bertemu dan mengobrol dengan Kakek?"

"Kebetulan Tuan Agung memang sedang sibuk, dan selalu sibuk. Namun jika nanti sudah ada waktu, akan langsung saya sampaikan, Tuan Muda."

Jawaban Shownu membuat Hongjoong menghela napasnya pasrah.

Shownu sendiri tampak senang menggodanya dengan panggilan tersebut.

Karena itu, Hongjoong memilih untuk berbalik lebih dahulu, walau tangannya menyentuh pinggang Seonghwa secara samar untuk mengajaknya pergi. Seonghwa agak menunduk, pada Shownu untuk pamit, lalu berbalik juga dan menyejajarkan langkahnya dengan Hongjoong.

Keduanya berjalan dengan langkah pelan dan santai, karena tak ada yang mengejar waktu mereka, di atas pantai tersebut.

Rupanya, hal ini menyinggung memori-memori indah yang Hongjoong dan Seonghwa miliki. Ada banyak sekali, kebahagiaan, dahulu saat SMA, di kota kelahiran mereka dahulu.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang