Octagon 3 - 64 : Dua Mei, Dua Berlawanan Pt. 3

255 37 37
                                    

Sesekali Hongjoong melirik ke arah Soobin, memastikannya bisa melakukannya. Hanya saja Hongjoong juga melihatnya, sering kali muncul percikan api sekilas, pun ringisan dari lelaki yang dua tahun lebih muda darinya itu, pertanda sulit melakukannya.

Selagi Hongjoong pun melirik ke spion tengah, tahu bahwa mereka berhasil diikuti. Memang berjarak, tetapi selama masih terlihat, tetap saja mereka tak aman.

"Bisa gak?" secara cepat Hongjoong memastikan.

Tetapi Soobin tak menjawab dan mencoba fokus di sana, dengan yang dikerjakannya. Mencoba membayar keterlambatannya untuk menyadari, bahwa, mobil ini benar-benar jawabannya.

Walau nantinya ada yang harus dirinya pikirkan; bagaimana cara membayar jasa mobil ini?

Soobin terus mencoba.

Hongjoong benar-benar butuh jawaban. "Di depan nanti, gue bakal belok sana! Jalan bagus buat kabur! Bisa gak?!"

"Bisa!" Soobin menjawab dengan percaya diri, walau keringat terus turun membasahi dahinya. "Bisa! Gue bisa!"

Lagi, Hongjoong melirik dan kemudian mengangguk, mencoba mempercayainya. "Lakuin! Gue bakal bawa mobil ini ke tol!"

"Serius?" Soobin membelalakan matanya seketika.

Tak ada pilihan. "Kita kabur dulu beberapa jam!"

Soobin menjadi paham, membuatnya terus mengusahakan, dan menahan rasa sakitnya. Mengingat, pain tolerance-nya cukup tinggi, membuatnya mampu menahan.

Hanya saja, ada perasaan bersalah.

Tanpa melirik, Soobin berucap di samping Hongjoong, bertujuan jelas padanya. "Maaf dan terima kasih."

"Lo minta tolong ke gue—gue harus gimana, anjing?" Dengan panik, Hongjoong menjawab cepat, masih mencoba meloloskan diri dari pengejaran. "Cepet!"

Sedikitnya Soobin terkekeh, terus melanjutkannya. "Nanti kita main catur lagi, ya? Gue gak akan pura-pura kalah kayak kemarin."

Hal itu membuat Hongjoong mendecih dalam kekehan, sebelum langsung membelokan mobilnya secepat dan setajam mungkin, saat melihat belokan yang dimaksudnya. "Tai. Yakin lo pura-pura?"

.

.

.

"Gak aktif..."

Dalam cicitan pelan, Seonghwa menurunkan tangannya, dalam upayanya mencoba menghubungi Hongjoong, menggunakan ponsel milik Jongho. Seonghwa mendesahkan napasnya pelan, melihat waktu sudah menunjukan pukul dua lebih dua puluh menit, dini hari. Tak ada kabar dari Hongjoong, pun tak bisa dihubungi, yang pergi keluar dan tak ada kabar setelahnya.

Memang, hanya Seonghwa di sana yang tahu, ke mana Hongjoong akan pergi. Walau tetap saja, Seonghwa butuh lebih jelas, lebih detail mengenai sosoknya.

Kesialan terlalu banyak dalam kehidupan mereka.

Seonghwa sama sekali tak ingin jauh.

Perlahan, Seonghwa melihat ke arah Jongho yang duduk di sampingnya, di kursi meja makan lantai atas tersebut, di mana mereka berdampingan. Berdua, selagi Yeosang, mengurung diri di kamarnya.

Mungkin beristirahat.

Mereka tak akan memaksa jikalau memang Yeosang membutuhkannya.

Saat itu Jongho menatapnya pelan, secara hati-hati. Jongho mencoba untuk mengalihkan pembicaraannya, agar Seonghwa tak tampak sepanik ini.

"Kalau Kak Hongjoong nanti siang udah ada kabar, Kak Seonghwa mau pergi ke luar sama gue gak?"

Di tengah kecemasannya, Seonghwa masih melirik pada Jongho, yang sudah dianggapnya sebagai adik sejak masa SMA. "Ke mana?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang