Octagon 3 - 139 : Kepulangan dan Berhenti

229 37 54
                                    

17 Mei 2023, malam hari.

Di dalam kamar Yunho, di mana Junhong menghuninya lantaran Hongjoong—teman sekamar adiknya—tak ada, memilih untuk mengambil sebuah pembicaraan lebih dahulu.

Memang, dari yang Yunho lihat pada jam tangannya sendiri, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Sebentar lagi hari berganti.

Jikalau besok Junhong tak pulang—hanya perkiraan dari yang Seonghwa bilang bahwa Hongjoong pergi tiga hari bersama kedua orang tuanya dan ayah Yunho—maka sang kakak akan menghuni area hunian samping. Seorang diri. Ya, jika Yunho mau menemaninya lagi juga tak apa. Toh sudah diberikan satu kunci untuk satu dari empat hunian, pada area bungalow terapung itu.

Saat itu, Yunho dan Junhong duduk bertatapan, di tepi kasur yang berbeda.

Jarang sekali Junhong seperti ini.

Jadi, Yunho yang memang tengah dalam keadaan berpikiran jernih, mau untuk mendengar dengan baik.

Ada apa sebenarnya...?

"Gue kaget bokap ada di organisasi kayak gini." Junhong memulai, tanpa basa-basi. "Gue mikirnya bokap cuma business-man biasa. Keliling Khatulistiwa buat ngecek cabang-cabangnya, bareng Ibu. Eh, ternyata beres gue turnamen dalam keadaan capek dan marah, gue dibawa ke meeting room di hotel buat dikenalin sama keadaan."

Baik.

Yunho telah mengetahui lajunya.

Dahulu juga... Yunho baru pulang dari urusan teater kampusnya, dan langsung dihantam oleh hal-hal seperti ini.

"Ya sebenarnya, gue tau sih, di Negara kita, atau sebenarnya di dunia, pihak-pihak tinggi kayak bokap kita, pasti punya main belakang sama pihak tinggi lain." Junhong menjelaskan sebelum menggelengkan kepala. "Tapi, anjing, ada mantan perdana menteri? Ada juga turunan Cokroaminoto? Tai!"

"Hah?" Yunho terkejut, belum pernah tahu. "Cokroaminoto... mantan presiden... ke-2? Yang menggulingkan... presiden pertama...?"

"Iya, anaknya. Masa orde baru, masa lo gak tau?" Junhong berucap sebelum mengernyit terkejut, pun malas mendengarnya. "Gue perasaan bodoh tapi lo kok lebih bodoh, sih? Bukannya biasa anak kedua tuh lebih pintar ya, soalnya anak pertama percobaan doang. Sample, anjing."

Tetapi Yunho mengabaikan ucapannya perihal itu, terfokus pada lainnya. "Kak, serius... Cokroaminoto...? Anjing, gue takut banget..."

"Yang mendirikan Antara lo pikir siapa?" tanya Junhong, yang telah tahu, sebelum mengedik. "Mana gak sendirian pula. Tapi gue belum dikenalin lagi. Segini aja gue takut, dan langsung mikirin, kapan gue pensiun jadi professional gamer dan mulai ambil alih beberapa usahanya Ayah."

Yunho menggelengkan kepalanya, merasa sangat tertekan di sana.

Beruntungnya, Junhong tahu dan sudah hapal persis. Karena itu Junhong mengedik. "Di samping itu, lo juga ngapain join yang namanya lingkaran dalam itu, kontol?"

"Buat main doang awalnya, Kak." Yunho menjawab, lalu menangkup wajahnya sendiri, untuk mengusapnya. "Kalau tau bakal sebesar dan separah ini juga gue gak akan mau."

"Lo tolol, ngapain macem-macem sih, Dek?" tanya Junhong tak tahan, ingin menjitak kepalanya. "Nih, sekarang bokap minta gue buat jagain lo juga kalau di rumah. Awas kalau lo bertingkah."

Secara cepat, Yunho langsung mengulurkan tangannya—terlalu lelah dengan yang sudah memendam dalam perasaannya. "Nih, gue kasih permission buat nampar, mukul, atau segala hal, kalau gue bertingkah."

"Gak." Junhong mengabaikan. "Kalau lo bertingkah, gue bakal nyuruh bokap blokir semua akses keuangan lo. Biar mikir lo."

"Bebas, bebas." Yunho menarik kembali tangannya. "Gak mau gue ada masalah. Demi Tuhan."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang