Octagon 3 - 84 : Tiga Mei, The 3rd Movement Pt. 7

211 35 39
                                    

Jadi, tak ada yang merencanakan, tetapi terjadilah.

Yeosang dan Wooyoung, berakhir dengan bagaimana mereka berdua, adalah pihak yang merasa tak tepat untuk menenangkan. Sehingga keduanya, masing-masing berpikir agar yang lainnya tetap makan, walau pikiran begitu berantakan. Berakhirlah, dengan keduanya pula memiliki ide yang sama; memesan secara online.

Tak ingin merepotkan pihak rumah Yunho, keduanya pun pergi ke rumah utama sesegera, setelah mereka memesan. Rencananya, agar langsung mengambil di depan. Untuk membunuh waktu pula, keduanya pun memilih untuk berjalan kaki.

Ya, memang canggung adanya.

Hanya saja, tetap Yeosang dan Wooyoung lakukan saat itu.

Dalam perjalanan mereka, jelas diam adanya. Sebenarnya di satu sisi, Yeosang ingin meminta permintaan maaf dari Wooyoung. Di sisi lainnya, Wooyoung sendiri merasa sulit untuk meminta maaf, hanya karena, sulit untuk mengakui.

Mengakui bahwa... benar adanya Wooyoung tak ingin Juyeon dengan yang lain.

Padahal Wooyoung sendiri, sudah tahu, akan berakhir bersama San nantinya. Sembari Wooyoung takut, San akan muak jika mengetahui hal ini.

Tetapi adakah yang paham satu perasaan ini?

Wooyoung tak rela...

Berat, begitu tak rela.

Sambil menunduk, Wooyoung berniat berucap.

Tak disangka, Yeosang mendahuluinya. "Aku itu gak akan ngapa-ngapain sama Juyeon, Wooyoung..."

Sebenarnya, Wooyoung langsung merasa malu.

Yeosang sendiri langsung melanjutkan, lantaran dirinya memang belum selesai. "Lagian, kamu juga udah sama San. Jangan sia-siain San. Kamu tau sendiri, dulu yang suka San itu, ada kita berdua."

Wooyoung menunduk dalam langkahnya, mencoba untuk berucap pelan. "Gue sadar, gue pernah ngacauin sama Juyeon, jadi—"

"Fokus aja." Yeosang memotong, melirik, lalu tersenyum tipis. "Fokus aja ke San. San juga pasti pengennya kamu fokus ke dia."

Di sanalah Wooyoung mulai membalas tatapan Yeosang, sebelum adanya anggukan pelan darinya, pertanda persetujuan. "Iya... fokus ke... San."

"Itu lebih baik, 'kan, daripada masih berharap kemana-mana?" tanya Yeosang, sebelum menghela napasnya tipis. "Lagipula, posisi kita sama loh, Wooyoung..."

"Sama gimana?"

"Kita berdua..." Yeosang diam sebentar, masih sambil berjalan. Merasa berat karenanya. "Kita dibenci oleh teman-teman Yeonjun... 'kan? Kalau aku... sama Serim, dibenci teman sekelas, dan sejurusan, walau mereka masih coba biasa ke Serim, karena dia anak dosen..."

Wooyoung mencoba menenangkan pemikirannya. "Lo sama Serim pinter, IPK lo berdua sama-sama 4 sempurna. Pasti bakal jarang satu kelas nantinya, toh mata kuliah lo berdua bisa ambil ke atas."

Tetapi Yeosang agak meringis di sana. "Kayaknya gak ngaruh. Anak-anak jurusanku... seram semua."

"Well..." Wooyoung tersenyum, lalu memberanikan diri untuk merangkulnya. "Nanti gue bantu belain, hehe. Mungkin setelah libur ini, gue bakal lebih berani lihat orang-orang, ya... walau masih kadang suka ada yang nerror lewat sms sampai sekarang."

"Masih?" tanya Yeosang tak percaya.

Wooyoung mengangguk pelan. "Gue paham... mereka pasti ngerasa janggal sama kematian Yeonjun, pun beberapa hari sebelumnya, kami kan seolah putus, walau gak jadian."

Yeosang melihatnya tak enak.

Tetapi tatapan Wooyoung teralih pada bagaimana ia menyadari, ada seseorang yang berjalan dari arah rumah utama, mencoba mencapai mereka. Yeosang juga mengikuti, dan melihat, bahwa yang datang adalah Lino, sembari tersenyum pada mereka.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang