Octagon 3 - 19 : Pahit dan Kecewa

304 32 60
                                    

Tak membutuhkan waktu banyak, tak memerlukan banyak hal, seluruh anggota The Overload, segera menghindari kamera-kamera dan para wartawan yang membutuhkan sepatah-dua patah kata dari mereka. Tetapi keempatnya tetap menunduk, tampak sedih dan terluka—paling jelas dari Yunho, yang bahkan wajah sampai telinganya merah, bengkak, karena menangis—dan berjalan sesuai arahan dari para staf yang juga ikut ke pemakaman. Hajoon berada di bagian paling belakang, masih terus mengekor dari belakang.

"Boleh sebentar bicara—Elvarino? Dimarasetya?"

"Jenandra, boleh diberitahu sejauh apa kedekatan kalian?"

"Sebagai talent pertama, sejauh apa kalian mengenal Bagaskara?"

"Kontrak kalian masih berlanjut?"

"Bagaimana dengan Rastafara? Bisakah beritahu lebih lanjut mengenai Rastafara?"

"Boleh, sebentar, lima detik saja. Bagaimana perasaan kalian, terhadap kematian yang terjadi, di saat kalian pun berada di tempat?"

"Benarkah kalian berada di tempat yang sama?"

"Apakah kalian bicara dengan pihak dari tersangka?"

"Adakah kasus serupa di dalam agensi?"

"Jenandra, sebentar, boleh sedikit lihat kamera?"

Dari banyaknya pertanyaan tersebut, Hajoon berusaha untuk tetap memberikan jarak dari mereka semua, agar tak terlalu merapat pada keempat anggota The Overload, untuk kembali ke mobil, usai pemakaman.

Menjauh, dari duka yang masih berlanjut dari pihak-pihak terdekat.

Ada banyak pihak, dari Ardhanto sendiri, pun seluruh keluarga Tjokro yang menghadiri, selain kolega lainnya.

Hanya saja, memang tak ada satu pun dari keluarga Sadewa. Di hari yang sama, namun sore nanti, mereka akan memakamkan sang isteri juga sang ibu, Alanna.

Saat itu, para wartawan masih mempersulit jalan mereka. Terlebih flash kamera yang menari sesukanya, seolah tak peduli akan suasana duka yang tercipta.

Sampai Juyeon merasakan, tangannya ditarik dari belakang seketika. Yang mana diremas, sangat kuat sampai Juyeon tak sengaja merintih. Langkahnya tersendat, untuknya menoleh terkejut.

Lalu satu pertanyaan dilontarkan.

"Bukankah Rastafara itu dahulu murid dari Dion Bagaskara pada tahun 2019-2020?"

Juyeon langsung membulatkan mata, mendengar dengan jelas, diantara lautan pertanyaan lain yang saling bersahutan.

Tubuhnya gemetar mendadak.

Hajoon yang melihatnya, langsung menepis lengan si perempuan, dan melindungi Juyeon dengan tubuhnya—merapat dari dadanya pada punggung yang lebih muda.

Saat itu, Juyeon, juga The Overload yang lain bisa lepas. Masuk ke dalam mobil, sesegera mungkin, dan Hajoon sendiri segera masuk setelah memastikan seluruhnya di dalam.

Staf lain dari agensi masih menahan orang-orang, agar Hajoon bisa membawa mobilnya pergi, dan melarikan diri dari tempatnya.

Karenanya, Yunho yang duduk di paling depan—samping kemudi—meraih tisu untuk menyeka air matanya. Ahli bersandiwara juga, mengingat, dirinya bagian dari teater, walau lebih nyaman dengan musiknya.

Yunho menoleh, ke belakang, dan mendapati bahwa Mingi juga Younghoon tengah menatap Juyeon dan mengajaknya bicara, yang terdiam, terlihat sangat shock di sana.

Hajoon menyadari dan langsung bertanya. "Ada apa, Cakrananda? Perempuan tadi menyakiti kamu?"

"Perempuan apa?" tanya Younghoon.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang