Octagon 3 - 149 : Diam untuk Diam

236 30 36
                                    

Setelah menjelaskan panjang lebar, pun setelah Shownu meminta izin pada Prakash, nyatanya Hongjoong diperbolehkan untuk menghubungi Woobin, perihal agar dirinya pulang lebih dahulu dari yang lainnya. Sehingga kini, Hongjoong, berada dengan gagang telepon yang baru saja diberikan oleh Shownu, langsung bicara untuk itu.

"Paman."

"Sudah kamu lihat-"

Hongjoong mengerang-perihal flashdisk ini, sulit sekali untuk ia periksa. "Belum. Tapi Paman, bisa Rafa pulang hari ini? Dengan Yunho, dan Juyeon. Agar kami bisa mengurus yang harus kami urus."

"Pulang hari ini?" Woobin membalas di seberang. "Ayah kamu sudah tau?"

Menyimpan jengkelnya, Hongjoong membalas. "Kalian bertiga aja gak saling tau masing-masing."

"Maksud kamu?"

"Kalian gerak sendirian, 'kan?" Hongjoong menodongnya. "Ayah, Ibu juga Paman."

Sontak terdengar kekehan dari ujung telepon. "Oh, flashdisk membuat kamu berpikir demikian?"

Agak mendecih, Hongjoong menjawab. "Ya, 'kan? Kalian bergerak masing-masing, jadi jika Rafa minta bantuan Paman untuk pulang, seharusnya bisa."

"Bisa." Woobin menjawab. "Bisa jika Paman mau dicincang oleh Ayah kamu."

"Kenapa?" Hongjoong seperti tak siap akan penolakan. "Di sini, Rafa butuh-"

"Tapi biar Paman yang izin pada Ayah kamu." Woobin memotong, dengan tenang. "Memang ada baiknya kamu itu pulang lebih dahulu. Dua minggu cukup untuk kamu beristirahat, bukan?"

Dalam lelah, Hongjoong menjawab. "Tak terasa apapun."

Ada kekehan ringan di seberang. "Itu hal wajar. Jangan merasa sendirian. Dahulu, Ayah kamu, juga Paman, pernah tersiksa sepert ini."

"I bet." Hongjoong mendengus. "Tolong, ya, Paman? Rafa harus pulang-benar-benar harus pulang."

"Siapkan barang-barang kamu terlebih dahulu."

"Tak ada barang. Paman menculik." Hongjoong membalas, sedikit ketus. "Hanya jaket dan flashdisk."

"Dan flashdisk itu adalah keseluruhan kebutuhanmu. Jadi persiapkan, jangan sampai hilang. Tak ada salinannya."

Hongjoong mengernyit, "tak ada salinan?"

Tetapi Woobin hanya terkekeh, sebelum memuat kalimat terakhirnya. "Jika berhasil, nanti Paman yang jemput langsung di ibukota. Kamu tunggu kabar saja, lewat Shownu."

Tak sempat Hongjoong menjawab, panggilan telah ditutup, secara sepihak.

.

.

.

"Gue udah bilang..."

Itu adalah hal yang San katakan, begitu ia membukakan pintu untuk Hongjoong yang menghilang selama dua jam, entah ke mana-mungkin membutuhkan waktunya.

Dalam senyuman pasrah, Hongjoong bertanya padanya. "Terus, reaksi yang lain gimana?"

"Yeosang dan Jongho kayaknya gak bereaksi banyak, seolah, mereka itu angkat tangan sama urusan lo." San menjelaskan, membuka pintu lebih lebar agar sosok itu masuk ke dalam. "Mingi kaget, tapi gak banyak nanya. Wooyoung agak marah sih... cuma kata dia, dia bukan siapa-siapa buat protes."

Hongjoong menjilat bibir bawahnya, mengambil alih untuk menutup pintu. "Bukan gitu maksud gue..."

"Pertanyaannya, lo bisa balik gak?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang