Malam itu telah terlewati.
Hari berganti pada tanggal 9 Mei, di pagi hari. Di mana Wooyoung terbangun seketika dari tidurnya, agak terperanjat karena tidurnya sedikit tak nyaman. Segera dilihat sekitarnya, dan Wooyoung bisa bernapas lega.
San masih terlelap di kasurnya, pun hunian tempatnya. Selagi Wooyoung menemaninya semalaman dan menggunakan kasur Seonghwa, untuknya tidur.
Bukan Wooyoung tak mau dekat dengannya.
Tapi lihatlah?
San penuh luka—lebam di beberapa bagian wajahnya, perut, juga pinggang. Ada juga di paha dan betisnya—beruntung kakinya yang pernah patah aman, sudah di cek oleh pihak medis di tempat tersebut. Bibirnya sobek—sangat umum dalam perkelahian. Jelasnya seperti itu.
Jelas Wooyoung juga khawatir pada Juyeon.
Dalam perjalanannya menekan perasaannya untuk tak pernah tumbuh lagi untuk Juyeon, ia tetap temannya. Wooyoung tak bisa juga untuk tak memikirkannya, disaat lelaki itu mengiyakan ajakan San, demi membangun sesuatu dengannya.
Apa ini... batasan?
Ya.
Wooyoung hanya perlu sadar diri.
Saat itu, Wooyoung menghampiri San dan tak berniat untuk mengganggunya, sama sekali. Wooyoung akan membiarkannya tidur sembari membawa sarapan untuknya. Jadi memang Wooyoung segera membawa diri untuk keluar dari tempat itu, melewati common area, lalu mencapai hunian miliknya.
Niatnya, mengambil pakaian baru, agar langsung mandi di hari itu.
Sekaligus... mengecek keadaan.
Saat Wooyoung memasukinya—membuka pintu setelah mengetuk ringan—ditemukannya Juyeon terduduk di tepi kasur. Tetapi ada juga, Yeosang, yang menang satu kamar dengan Juyeon dan dirinya, tengah membantunya. Membantunya untuk... apa tepatnya?
"Hei," Juyeon menyapa, tipis, sebelum teralih lagi pada Yeosang yang saat itu tengah mengecek bagian lengan atas yang lebih tua tersebut, "nah, itu. Sakit di situ."
"Ada luka... di situ?" tanya Wooyoung, penasaran, masih di posisinya di muka pintu.
Juyeon melihat lagi—keadaan lebamnya kurang lebih sama dengan San, walau tak tahu di balik pakaiannya. Bibirnya juga sobek, tetapi Juyeon juga memiliki satu di dahi menuju pelipisnya, dekat tindikannya. Lalu hidungnya... untung tak patah.
"Cuma ototnya nyeri aja." Juyeon menjawab Wooyoung sekilas. "Nah... itu sakit banget kalau diangkat, Yeosang. Kayaknya gak akan gue pake dulu deh ini tangan."
"Jangan dulu kalau gitu." Yeosang menjawab, menurunkan lengan kanan Juyeon ke bawah, lalu menatapnya. "Aku ambilin sarapan, ya?"
"Bareng aja kita."
Wooyoung diam memperhatikan.
"Di sini aja; aku ambilin." Yeosang berucap.
Dengan itu, Wooyoung membalas. "Iya, bareng gue aja, Yeosang. Gue juga mau ambil buat San."
"Nah." Yeosang tersenyum, lalu melihat Juyeon kembali. "Di sini aja, pasti pegal-pegal juga. Ada yang lain, mau dititip?"
"Pengen salep." Juyeon langsung menjawab, sedikit cemberut. "Koyo juga boleh deh. Pokoknya buat otot-otot gue, kayaknya tegang."
"Oke." Yeosang mengangguk sebelum menghampiri Wooyoung untuk mengajaknya pergi. "Ayo, Wooyoung?"
Kebetulan Wooyoung hanya mendesah kecil, mengangguk lalu memintanya menunggu. Wooyoung membuka lemari bagiannya, dan mengambil pakaian ganti secara asal, dengan gerakan pelan—seolah mengulur waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
ФанфикTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023