Octagon 3 - 155 : Pukul Satu Malam Pt. 2

211 31 48
                                    

Bukan pada San, namun Seonghwa saat itu, menangis dalam pelukan Mingi, setelah berjam-jam mencoba untuk terlelap, namun tak bisa dilakukannya. Menangis di dalam hunian kosong yang sebelumnya dihuni oleh Hongjoong dan Yunho, tampak begitu tersiksa dengan apapun yang dipikirkannya.

Mingi tentu paham, toh telah tahu keadaan.

Sedangkan Seonghwa, memang, menangis karena harus menerima hasil pahit dari segala penantian yang dilakukannya. Seonghwa tahu dirinya bersalah, walau begitu, ia sendiri sudah yakin akan menegaskan Lino saat mereka pulang nanti.

Namun mengapa berakhir dengan Hongjoong yang memiliki kemungkinan terikat pada orang lain?

Ya, Yunho, San, bahkan Mingi sendiri juga sempat menjelaskan, bahwa kabar belum tentu benar. Hongjoong sendiri masih tak tahu walau tak mengelak fakta bahwa ia memang pernah tidur bersama Stella, sebanyak empat kali.

Empat kali itu seperti menakutkan untuk Seonghwa.

Lagi adanya... Seonghwa kalah jumlah, bukan?

Ya, memang ini bukan mengenai jumlah. Seonghwa, di saat dirinya pertama kali membiarkan Lino menyentuhnya pun, sudah tak terhitung banyaknya. Entah sudah berapa banyak persetubuhan yang Seonghwa lakukan bersama laki-laki paling lembut yang tak pernah menyakiti hatinya tersebut. 

Hanya saja... mengapa?

Seonghwa tahu Hongjoong meniduri orang lain, hanya saja... mengapa?

Bahkan mengapa dikatakan bahwa kemungkinan... Stella hamil?

Ini menyakitkan.

Seonghwa tahu Mingi pun masih berada dalam dukanya, namun untuk sekarang, hanya Mingi yang terasa nyaman untuknya. Hanya Mingi yang Seonghwa percaya, tidak sama seperti bagaimana brengseknya Hongjoong, juga San, yang seolah dengan mudahnya membicarakan perempuan seperti itu, disaat mereka telah memilih laki-laki dalam hidup mereka.

Seperti luka.

Seonghwa sangat terluka.

Di tepi kasur, dalam posisi duduk itu, Seonghwa terus menangis dalam pelukan Mingi, yang mengusap rambutnya begitu lembut dan hati-hati. Berusaha sebisa mungkin menenangkannya, di malam lebih dari tengah malam tersebut.

"Hongjoong pasti punya jawabannya." Mingi memperlakukannya selembut mungkin, seolah lupa, hatinya juga serapuh itu sebenarnya. "Ya, kita tau Hongjoong itu bertanggung jawab, tapi, pasti ada jalan keluar dari semua ini. Hongjoong gak akan mungkin lepasin lo."

Tangisan Seonghwa semakin menjadi—dada Mingi sudah benar-benar basah, merembes dari pakaiannya, oleh air mata sosok yang lebih tua darinya tersebut. "Gue pengen mati, Gi... gue gak berani hadapin ibukota nanti... gue gak kuat... Hongjoong terus nyakitin gue..."

"Gue paham..." Mingi mengatakannya, sebelum mencari cara, bagaimana untuk menenangkannya yang ditakutkan, drop kembali seperti bagaimana cerita dari San pada kejadian pagi lalu. "Lo mau tau gak sudut pandang gue ke Hongjoong selama ini?"

Seonghwa tak menjawab, tapi dengan itu Mingi tahu ia dipersilahkan.

"Dulu, gue itu kagum sama dia; sama cara dia nge-handle Ovu. Jauh sebelum kita serumah." Mingi tak berhenti, masih mengusap surai yang basah karena keringat tersebut selembut mungkin. "Hongjoong itu gak nyari orang, tapi orang yang nyari dia. Beda sama San yang ngasih effort yang sama, dia gak ngasih demikian tapi orang ngantri untuk temenan sama dia, atau juga ngejar dia. Yang gue tambah kagum, saat lo ada di tangan dia, dia gak akan lepas lo. Dalam artian, dia bakal perjuangin lo, kecuali kalau lo mau pergi. Buktinya udah gue lihat di Hongjoong dan Yunho, yang awal kelihatan akur, terus makin ke sini, Hongjoong kayak musuhin dia—yang mana sekarang kita tau, ini nyangkut Yeosang dan lingkaran dalam. Tapi Hongjoong gak ada tuh kepikiran mau ganti Yunho, padahal posisinya, kita baru mulai waktu itu. Karena... Hongjoong yang milih Yunho."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang