Octagon 3 - 147 : Sengaja Tak Sengaja

292 36 45
                                    

Seonghwa sudah melihatnya.

Seonghwa langsung melihatnya.

Maka dari itu, Seonghwa tertekan oleh perasaan dan egonya sendiri, bahwa ia tak mau ikut disalahkan karena membuat orang lain mengikuti jejaknya. Seonghwa sudah merasakan pahitnya. Bahkan Seonghwa sendiri pernah memikirkan—San dan Mingi berada di sisinya, karena memang peduli, atau semata-mata perintah Hongjoong saja?

Sehingga, selepas keluar dari kamar mandi, Seonghwa langsung bergegas—bahkan berlari—menuju common area untuk mendatangi seseorang.

Yang membuatnya emosi sejak kemarin, yang hanya memperparah rasa takutnya.

Seonghwa melihat bagaimana Hongjoong tertidur di samping Nagyung. Seonghwa tak berniat untuk mengusik Nagyung, namun, dalam perasaan bercampur aduknya, Seonghwa mendekat dan kemudian menampar Hongjoong di pipinya.

Jelas, langsung membuatnya terjaga seketika.

Bahkan Jongho yang juga berada di sana.

Hongjoong belum sempat mengatakan apapun, reaksi juga masih sebatas terkejut karena panas di pipinya, tetapi Seonghwa telah menarik lengannya kasar, agar langsung mengikutinya.

Sehingga Hongjoong berdiri, dan mengikutinya.

Tak ada tempat privat, selain bungalow dengan bangunan utama—satu-satunya pilihan di sana yang Seonghwa tahu.

Setelah sampai, Seonghwa segera menatap Hongjoong, dalam sedikit gelap karena matahari masih malu-malu untuk muncul dan keadaan tempat itu dengan lampu yang dimatikan, ia langsung menodongnya.

"Masih mau sama cewek?"

Di sisi lain, Hongjoong punya masalah tersembunyi, perihal Stella, yang membuatnya langsung tertekan di sana. "Aku cuma bercanda sama San. Yang diomongin juga masa lalu. Kamu juga tau orang-orangnya."

"Siapa? Yeeun? Mila? Acylla?" Seonghwa berniat mendikte seluruhnya, tetapi mengatakan tiga saja sudah membuatnya tak tahan. Ingin menangis rasanya. "Apa sih? Selama ini juga kamu gak pernah tertarik sama cowok, 'kan?"

Hongjoong tak paham, mencoba meluruskan lebih dahulu. "Ini kenapa kamu tiba-tiba kayak gini?"

"Jawab!"

Mengalah, Hongjoong menghela napasnya. "Kamu sendiri tau, waktu SMA aku juga pernah beberapa kali sama cowok. Walau bukan anak sekolah kita; tapi kamu tau, 'kan?"

"Aku cuma tau cerita, gak tau itu fakta atau kamu cuma mau sok nenangin aku, yang seolah satu-satunya gay di sekolah kita." Seonghwa membalas, menggigit bibir bawahnya, merasa kesal karena dirinya tak bisa lebih santai—tetapi Seonghwa tak ingin santai. "Jawab; kenapa bisa suka sama aku?"

Terlihat Hongjoong menekan lidahnya pada pipi bagian dalam.

Seonghwa terkejut karena Hongjoong mulai marah.

Selagi Hongjoong sendiri, perlu, mengatur napasnya hati-hati. "Sayang, boleh aku tanya sesuatu dulu, gak?"

"Kita gak punya hub—"

"Oke!" Hongjoong memotong, dengan suaranya yang sudah menjadi tegas, untuk membalas. "Seonghwa Nial Angkasa, boleh aku tanya sesuatu dulu?"

Kini, Seonghwa jelas takut, tetapi masih bertahan.

Hongjoong pun mengambil itu sebagai sebuah persetujuan. Maka, Hongjoong melangkah mendekat, dan merasa muak saat seluruh yang dilakukannya, masih dipertanyakan. "Aku ngebunuh loh, buat kamu. Aku rasa itu yang paling buruk, yang pernah aku lakuin buat kamu. Jadi, butuh pembuktian kayak gimana lagi?"

"Ikat aku?" Seonghwa menantangnya.

Hongjoong mengerang lelah mendengarnya.

Sementara Seonghwa? Seonghwa ingin pembuktian nyata. Seonghwa baru diserang oleh seseorang, yang seolah membenarkan bahwa perilakunya sangat murahan, dan tak ada sesuatu yang terjadi padanya, seolah adalah sebuah keberuntungan.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang