Di posisinya, Juyeon menggelengkan kepalanya secara tak sanggup. Nihil. Tak ada jawaban sama sekali, pun karena nomornya menjadi tak aktif.
Rasanya lelah—seperti energinya diserap penuh sampai membuatnya kelelahan begitu saja.
Hal itu tak terasa oleh Juyeon, pun yang lainnya, yang berada di sana. Selagi beberapa pula tengah mengusahakan hal lain, yang membuat orang-orang itu terus panik dan cemas.
Karena itu, San yang sejak tadi menemani Juyeon untuk menghubungi, menepuk punggungnya sekilas. San kemudian berdiri, untuk menghampiri Younghoon dan Mingi, yang tengah sibuk dengan panggilan bersama Hyunjae.
Sedikit melirik saat melewati Seonghwa, San langsung meraih tangan lelaki yang lebih tua darinya tersebut dan menggenggamnya. Begitu sajam Lalu menariknya mendekat pada tujuannya.
Selagi Seonghwa terkesiap, kebingungan.
"Gimana?"
Pertanyaan San membuat Younghoon dan Mingi yang berdiri di samping meja makan melirik. Agak terkejut melihat San menggenggam erat tangan Seonghwa—yang sebenarnya membuat kedua orang itu merasa sakit, San benar-benar berpikir bahwa itu adalah kesalahannya dan mencoba menebusnya pada Seonghwa.
"Hyunjae udah dapat?"
"Belum." Mingi memilih untuk menjawab, berdeham pelan. "Kata Mingi agak susah, temannya agak susah buat lacak. Nomornya mati, GPS gak bisa kelacak. Posisi terakhir ada di dekat sebuah bengkel, masih di Batavia Utara."
Tampak Younghoon terus membalas Hyunjae di seberang.
San pun agak menghela napasnya, melirik sekilas ke belakang pada Juyeon, lalu kembali ke depan. "Kita bilang Kakak Om... uh... Hajoon gimana?"
Seketika itu juga, kalimat San menarik perhatian seluruhnya. Semuanya langsung melihat ke arah San, terkejut, di saat San menjadi panik dan bingung sendiri untuk merespon.
"Kenapa...?" tanya San pelan.
Walau masih menahan diri, tetapi Wooyoung yang mengatakannya. "Kami tau lo jadi dekat sama manajer Ovu, tapi... dia lingkaran dalam. Lo mau harapin eksekusi lebih cepat?"
Dalam perasaan bersalah, San melirik Wooyoung, lalu menggelengkan kepala. "Coba ngomong dulu."
"Bunuh diri, San." Juyeon, dengan lemah dan lemas, mencoba berdiri dari posisi duduknya di area santai itu. "Kita kayak ngasih informasi."
"Gue yakin dia udah tau." San mengatakannya, sembari mengeratkan genggamannya pada Seonghwa. "Gue yakin dia juga gak akan lakuin apapun, karena itu bukan tanggung jawabnya di sini."
Yunho berbisik pelan. "Ya... Dongwook yang berkuasa. Tanggung jawab Hajoon cuma jaga kita."
"Ya ini termasuk jaga kita." Juyeon mengerang, masih tak setuju. "Gak bisa. Kita gak bisa kasih tau Hajoon."
"Sejauh yang gue lihat, kakak lo gak bakal ngehubungin lo sampai jam 10 malam nanti, Juy." Younghoon berucap, mengalihkan diri dahulu dari Hyunjae di saat lelaki tersebut pun sibuk di ujung sana. "Sekarang kita buntu. Teman Hyunjae pun... kesulitan di sana."
"Dari penuturan Hongjoong tampaknya mereka udah ahli." San harus mengatakannya walau berat. "Kita buntu, dan Hongjoong gak bisa dihubungi lagi."
.
.
.
Ada banyak sekali, bahkan terlalu banyak, mobil di luar sana, yang perlahan mulai memasuki gerbang untuk masuk ke area depan. Di mana di depan sana, Sarga dan Seungcheol menyambut, sebelum mengarahkan mereka pada pintu masuk dari bagian dekat ujung rumah memanjang tersebut. Satu pintu untuk langsung masuk ke area samping, agar bisa langsung memenuhi ruangan pertemuan yang akan digunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
FanfictionTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023