Bunda (07)

37 4 2
                                    

---

Taehyung sudah kembali terjaga setelah hari ketiga ia tak sadarkan diri dan cukup membuat Jeongguk dan juga Namjoon yang terus bergantian berjaga di ruang rawatnya mendesah penuh rasa lega dan tidak hentinya mengucap syukur lalu menerjang tubuh ramping itu dengan pelukan yang erat. Taehyung mengerjap pongo namun tak urung membalas rengkuhan itu dengan gerakan lemas, karena demi apapun tubuhnya masih merespon dengan lambat. Mungkin ini ada kaitannya dengan obat bius yang sebelumnya di suntikkan ke dalam tubuhnya atau semacamnya. Dan entahlah, Taehyung tidak begitu yakin.

"Keadaan Soobin bagaimana? Apa ada perkembangan yang berarti pasca operasi itu?"tanyanya disela dirinya menerima suapan bubur halus polos yang diangsurkan Jeongguk dengan telaten kearahnya. Pria Jeon itu tak lantas menjawab, masih begitu sibuk dengan semangkuk bubur di tangannya membuat Taehyung mendecak samar, tidak sabar. Meraih tangan Jeongguk yang bebas dan merematnya lembut, meminta atensi lebih. Kedua manik mereka bertemu lalu helaan napas panjang terdengar dari belah tipis milik Jeongguk setelahnya,"para tim medis masih memantau perkembangannya dan mungkin akan terus berlanjut hingga hasil pemeriksaannya terakhir keluar, namun sejauh ini kondisinya bisa di katakan lebih membaik ketimbang sebelumnya dan itu lebih dari cukup, bukan? Setidaknya, kelinci manis kita bisa rehat sejenak dari rasa sakitnya."

Mendengarnya, Taehyung mengangguk lemah. Rematan di tangan Jeongguk pun menguat membuat pria Jeon itu sedikit banyak merasa paham. Ia tahu betul apa yang tengah di risaukan si cantik kesayangannya itu, sekali pun kabar yang disampaikannya barusan cukup melegakan. Namun, bagi seorang ibu, tentu belum cukup dan mungkin banyak ketakutan-ketakutan lainnya yang mengiringi dan Jeongguk mencoba untuk memakluminya. Lantas ia memilih untuk beringsut menarik tubuh ramping itu untuk direngkuhnya setelah sebelumnya meletakkan kembali mangkuk bubur yang sedari tadi dipegangnya ke atas meja nakas yang ada di samping ranjang rawat. Berikan usapan lembut yang sekiranya bisa menenangkan, karena hanya itu yang bisa ia upayakan untuk sekarang ini.

"Semuanya akan baik-baik saja, sayang. Percayalah."

Dan hanya sederet kata itu jugalah yang mampu ia berikan pada Taehyung yang kini semakin mengeratkan rengkuhannya pada sang suami. Sembunyikan wajahnya pada ceruk leher Jeongguk yang lagi-lagi berikan usapan sayang disepanjang punggungnya yang sempit juga bubuhkan kecupan dipelipisnya dengan sayang.

.

.

.

Soobin masih sibuk bersandung lirih kala pintu kamarnya di geser lembut dan tampilkan sosok yang beberapa hari ini tak ia lihat presensinya juga yang begitu ia rindukan hingga rongga dadanya terus dihimpit rasa sesak. Dia adalah Kim Taehyung, bundanya.

Kedua sudut bibirnya melengkung manis sebelum beranjak dari duduknya dan menyeret langkahnya yang tentu saja membuat sosok yang berdiri diambang pintu itu tercenung dan dengan segera menghampirinya dengan raut cemas. Menatap yang lebih muda yang masih melengkungkan senyuman kecil yang manis. Seulas senyuman yang kini dipujanya sepenuh hati.

"Bunda kemana saja? Binbin rindu...,"tanyanya dengan nada setengah menahan tangis membuat Taehyung tercekat. Dengan segera ia bawa tubuh ringkih itu dalam dekapan. Ia dekap begitu erat seolah olah jika terlepas satu sekon saja, maka si tengah akan menghilang dari pandangannya. Kedua manik cantiknya mulai berkaca-kaca karena perasaan takut yang kini menggelayut, teringat hasil pemeriksaan terakhir milik si tengah yang baru saja di terimanya siang tadi dan penjelasan dari Yoongi juga Minhyun yang menangani Soobin selama ini membuat relung hatinya terasa remuk tak berbekas karena vonis baru yang lagi-lagi harus di terima sang kelinci manis yang kini menatapnya dengan tatapan khawatir. Tangan ringkih nan pucatnya menangkup kedua belah pipinya yang entah sejak kapan terasa basah akibat luruhan air matanya sendiri.

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang