Sayangi aku, mommy (5)

160 11 0
                                    

---

"Tidak ada yang tertinggal, kan ?"

Hoseok menghentikan kegiatan memainkan games mobile di ponsel milik Seokjin kala sahabatnya telah selesai mengemasi barang-barang miliknya sebelum pulang ke rumah mereka. Ya, hari ini Hoseok sudah diperbolehkan pulang ke rumah dan menjalani perawatan disana dengan syarat tetap menjalankan check up kesehatannya ke rumah sakit yang di ambil alih Kyuhyun dan Tiffani yang menawarkan diri sebagai dokter pribadinya.

Hoseok jelas menolak karena rasa sungkannya, namun karena wanita cantik itu mengancam akan ikut tinggal bersamanya tidak peduli dengan statusnya yang telah memiliki suami membuat Hoseok maupun Seokjin yang sebenarnya tidak habis fikir dengan jalan pikiran Tiffani mau tidak mau mengiyakan dan hal itu membuat sang dokter cantik itu bahagia lalu memeluknya erat, mendeklarasikan dirinya sebagai ibu seorang Min Hoseok lalu menggumamkan kata betapa beruntungnya ia mendapatkan putra sehebat dan setegar dirinya. Hoseok sampai speechless karenanya. Disaat orangtuanya memilih mengacuhkan dan membuangnya, Tiffani malah merasa beruntung memiliki Hoseok di hidupnya. Salahkah dirinya kalau merasa bahagia ?

"Oit, Seokie ? Kau melamun, eoh ?"

Manik Hoseok mengerjap dua kali lalu tersenyum kecil kearah Seokjin yang menatapnya dengan pandangan khawatir, memegang sebelah tangan sang sahabat yang meremat pundaknya dan berkata,"aku baik hyung, jangan khawatir lagi. Apa semuanya sudah selesai ? Kita bisa pulang sekarang ?"

Seokjin membuang nafas pelan lalu meraih ponselnya yang berada dipangkuan Hoseok lalu mengetik sebuah pesan untuk seseorang."kita tunggu kabar dari Namjoon dulu, apakah dia sudah sampai sini atau belum."Hoseok mengangguk lalu kembali termenung membuat Seokjin lagi-lagi harus membuyarkan lamunannya.

"Jangan terlalu banyak melamun, Hoseok-ah. Bukannya kau akan pulang ke rumah, kau rindu Gukie bukan ? Kalau kau mengkhawatirkan soal biaya rumah sakit, aku dan Namjoon yang akan mengurusnya---"

"Bukan. Bukan itu kok, aku hanya teringat perkataan bunda Tiffani waktu itu, yang---"

"Semua orang memang akan merasa beruntung memiliki dirimu dalam hidupnya, seperti aku dan Gukie dan ya mungkin Namjoon."ujar Seokjin sembari mengusak lembut surai hitam Hoseok yang tertunduk,"oh ayolah, Hosiki. Kenapa malah murung ? Jangan terlalu difikirkan nanti kau stress dan mengganggu pemulihan kesehatanmu. Berbahagialah mulai sekarang dan hargai kesempatan kedua yang Tuhan berikan padamu."

Hoseok terdiam. Apa yang dikatakan Seokjin memang benar. Tidak seharusnya dia memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting di hidupnya. Jika memang benar dokter Tiffani menyayanginya sebesar itu, lantas kenapa ? Harusnya dia senang dan bahagia bukan. Setidaknya, dia bisa merasakan kasih sayang seorang ibu dari Tiffani yang sejak hampir 5 tahun terakhir tidak pernah dicecapnya lagi dari mommynya.

"Ah, aku mendapat kabar dari Namjoon kalau dia sudah ada di lobby rumah sakit. Sepertinya sebentar lagi dia akan kemari."ujar Seokjin lagi, Hoseok mengangguk. Sepertinya, sekarang gilirannya untuk bersiap-siap. Dia sudah rindu sekali dengan rumah Jeon bersaudara yang mungil namun selalu memberinya rasa nyaman, aman dan tidak pernah sekalipun menorehkan kesedihan padanya.

Seharusnya, Hoseok yang bersyukur memiliki hyung dan adik yang selalu mencintainya tanpa batas. Layaknya Seokjin dan Jeongguk.

"Kalau begitu, aku ganti baju dulu, hyung."ujarnya sebelum beranjak memasuki kamar mandi yang ada didalam ruang rawatnya, Seokjin menganggukkan kepalanya, kembali sibuk dengan ponselnya.

Tak butuh waktu lama, Hoseok telah selesai bersiap. Piyama rumah sakit yang selama ini dikenakannya berganti dengan kaus polo berwarna putih dengan aksen hijau dan merah dengan bawahan celana jeans biru pudar. Wajahnya terlihat lebih segar walau terlihat pucat dan di dahinya masih terdapat plester luka untuk menutupi bekas operasi yang belum sepenuhnya sembuh.

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang