---
Part 2
"Jadi, kamu mau rasa apa?"
"Ah, rasa yang pernah ada aja kak Seokie."
Hoseok memasang wajah datar lalu komat-kamit dalam hati. Ini lagi kencan loh, masih sempat-sempatnya teringat sang mantan.
"Kalo itu disini engga ada, dek Lalis."ujarnya dengan nada datar pula, si cantik tersenyum lebar.
"Yaudah, samain aja kalo gitu."
"Kenapa engga dari tadi aja, Mahmudah?! Kzl nih Cameron dallas!"
Hoseok mengurut dadanya-bukan dada Lalisa-pelan, harus punya stok sabar tak terbatas jika menghadapi gebetan yang masih gagal move seperti gadis manis disebelahnya itu. Hh, cobaan dari sang mantan memang pedih. Padahal Hoseok Jomblo sejak lahir, tetapi masih saja merasakan perihnya. Kasian.
"Mas, rasa matcha dua ya."ujarnya pada sang pedagang yang langsung ditanggapi dengan acungan jempol. Tak butuh waktu lama, pesanan mereka telah siap santap dan keduanya memutuskan untuk memakannya sambil memandangi indahnya sungai Han di malam hari. Mereka duduk di pinggirannya, omong-omong.
"Gimana, enak engga es krimnya?"tanya Hoseok, basa-basi. Untuk mencairkan suasana dan memulai obrolan. Gadis cantik disampingnya mengangguk ribut, ceria sekali membuat Hoseok gemas melihatnya. Bucheeen dia tuh, duh.
"Enak banget, kak. Ehe."aduh, jangan ketawa gitu. Lemah nih hati kakanda. Bathin Hoseok ribut. Hatinya sungguh tidak kuat mendapatkan serangan fajar dari sang gebetan. Andaikan Namjoon dan Hyungwoon melihatnya, sudah dipastikan kedua pemuda itu akan muntah di tempat saking gelinya. Hih.
"Syukur deh kalau kamu suka."ujar Hoseok dengan seulas senyum tipisnya lalu keduanya memilih sibuk dengan kudapan manis masing-masing sembari memandangi keindahan yang tersaji disana. Namun, itu tidak berlangsung lama karena si gebetan cantik kembali berulah. Menyandarkan kepalanya di bahu Hoseok lalu bergumam lirih,"salah engga sih kalo baper sama sohib sendiri?"
"Siapa?"
Hoseok mulai was-was. Perasaannya mulai tidak enak namun mencoba untuk menepis itu dan membalas pertanyaan Lalisa dengan nada setenang mungkin walau kini dalam hatinya begitu kacau.
"Engga kok."
Hoseok bisa melihat lengkungan itu disudut bibir Lalisa. Senyum kepedihan membuatnya semakin tak keruan.
"Jadi, gue engga salah 'kan kalau suka sama dia..."
Hoseok menatap masih diam, menyimak.
"...Jeon Jeongguk.."
Dan Hoseok hanya bisa tersenyum kecut setelah mendengarnya. Bukan mengasihani diri. Melainkan mengasihani seseorang yang sudah dia anggap saudara kandungnya.
Ah, sial. Hatinya sakit sekali sekarang.
Namun dia tetap menanggapinya dengan bijak."itu hal wajar, kok."
Dan kini gadis itu kembali tersenyum dengan binar matanya yang memancarkan sebuah harapan membuat relungnya berdenyut sakit.
"Tapi, kamu harus tahu batasan."dan perlahan, binar itu meredup."karena dia sudah ada pemiliknya. Biarkan dia bahagia dengan apa yang telah dia pilih. Aku mohon."
"Kak Sokie..."
Manik bening Hoseok meredup,"ini bukan tentang aku dan hatiku. Tetapi, ini tentang Kim Taehyung. Kau tidak tahu betapa besar rasa yang dimilikinya untuk sahabatmu itu."
"Tolong, sekali ini saja. Turuti permintaanku..."
Lalisa tidak menjawab, memilih menatap kosong ujung sepatu kets putihnya. Menghindari tatapan sendu Hoseok yang entah sejak kapan membuat relungnya sakit. Dia tidak suka saat raut ceria pemuda itu meredup atau menghilang. Dia hanya ingin melihatnya terus tersenyum karena jauh dilubuk hati terdalamnya, Lalisa telah jatuh kedalam pesona senyuman hangat seorang Jung Hoseok.