Sayangi aku, mommy (7)

200 19 2
                                    

---

"Apa dadamu masih terasa nyeri, sayang ?"tanya Sunny disela kegiatannya menyiapkan 4 nasi goreng kimchi untuk sarapan keluarga Min pagi ini--pada si bungsu Jimin yang kini menggelengkan kepalanya pelan sembari meneguk susu cokelatnya terlebih dahulu sebelum menyantap nasi goreng buatan sang mommy. Sunny menghela nafas lega, namun sepertinya akan mengajukan perubahan jadwal check up rutin Jimin yang selalu dilakukan di hari sabtu kini menjadi hari rabu. Dia juga sedang tidak sibuk di butik, banyak waktu luang hanya untuk sekadar menemani sang putra memeriksakan diri ke rumah sakit. Sunny masih cukup khawatir akan kondisi Jimin yang akhir-akhir ini sering kali mengeluh nyeri di dada kirinya walaupun putranya itu memang sudah lama sekali tidak mendapat serangan dari penyakitnya itu. Tetapi, mencegah kemungkinan buruk lebih baik, bukan ?

"Siang nanti, mommy jemput ya. Chimy sekolahnya setengah hari saja. Hari ini kita check up ke dokter."ujar Sunny sembari mulai menyuap sesendok nasi goreng kimchinya, Jimin yang sudah selesai dengan sarapannya menyernyit heran karenanya,"bukannya hari sabtu ya, mom ? Biasanya juga begitu."

Sunny tersenyum simpul,"hanya ingin memastikan tidak ada hal buruk yang akan terjadi ke depannya."

Dan Jimin tidak mungkin bisa mendebatnya lagi. Keputusan yang nyonya Min buat adalah keputusan mutlak. Ayahnya saja tidak berani membantah, apalagi seorang Min Jimin yang hanya remah-remah kue kering. Huh, payah!

"Baiklah."

Mendengar itu, Sunny tersenyum puas. Memberi kecupan di pipi Jimin yang kini mulai gembul kembali setelah cukup lama menirus karena kondisi tubuhnya yang naik turun sebelumnya. Sunny mensyukuri hal itu.

"Nah, anak-anak berhubung mood mommy sedang baik dan sedang tidak sibuk dengan urusan di butik, mommy yang akan mengantar kalian ke sekolah."ujar Sunny dengan nada riang yang ditanggapi dehaman pelan dari kedua putranya yang membuatnya mencebik lucu.

"Yoonie sama Chimi menyebalkan, seperti daddy."rajuknya sembari menyuap suapan terakhirnya membuat sang suami yang sedari tadi diam mulai bersuara, mengajukan protes."kok jadi aku yang kena, sayang ? Aku diam saja lho, dari tadi.

"Ya, memang kamu yang paling salah disini. Karena kamu ayah mereka."ujarnya sebelum beranjak dari kursinya menuju kamar dan di akhiri dengan suara debuman pintu cukup keras setelahnya membuat ketiganya meringis pelan.

"Sepertinya mommy tengah mengalami siklus datang bulannya deh."ujar Jimin dengan wajah polosnya, imut >.<. Yoongi mendengus samar sebelum meraih tasnya dan beranjak dari kursinya. Lebih baik dia segera berangkat ke kampus dan berburu dosen pembimbingnya agar cepat lulus dibandingkan ikut dalam pembicaraan absurd daddy dan si bungsu Min.

Si daddy sweetdrop,"Chiminie~mommymu 'kan sudah menopause."

Manik kecil Jimin terbelalak,"A..APA ?!"

Nah, kan. Yoongi sudah memperingati loh sebelumnya. Obrolan yang di bangun sang adik dan daddy tidak pernah ada yang bermutu. Ckck.

.

.

Jimin benar-benar Check up ke rumah sakit siang harinya, di temani Sunny yang sesekali menyapa para perawat yang mengenal mereka. Memasuki lift ke lantai 5 menemui Joohyuk yang sudah menunggu mereka untuk konsultasi seperti biasa.

Sampai di lantai 5, mereka berjalan santai menuju ruangan sang dokter dan berpapasan dengan Namjoon yang kini melemparkan senyuman kikuk kearah mereka setelah membungkukkan badannya sopan kearah Sunny yang mengusap puncak kepala si pemuda jangkung itu.

"Namjoon-ah, sedang apa kau disini ? Apa kau sedang sakit ?"tanya Sunny diselipi nada khawatir, bagaimanapun juga, pemuda dihadapannya ini adalah 'keponakannya'.

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang