---
(05)"Kalau ini menyangkut rasa simpatikmu terhadap anak itu, maaf saja oppa. Aku tidak ingin mendengarnya."ujar Taehyung dengan nada dinginnya juga masih begitu enggan mengarahkan pandangannya kearah Namjoon—kakaknya—yang kembali membuang napasnya kasar,"Tae..."
Taehyung mengangkat sebelah tangannya sebelum akhirnya berlalu lebih dulu dan tinggalkan Namjoon yang menatap nanar punggung sempitnya dari kejauhan. Merasa begitu gagal menjadi seorang kakak dan juga paman untuk adik serta keponakannya.
.
.
Jimin melangkahkan dirinya masuk ke dalam rumah sembari berseru memanggil Chaeyoung serta Beomgyu yang ternyata berada di dapur dan tercenung kala dapati sosok lain disana. Itu Taehyung yang memasang senyuman samar sembari menyesap cangkir tehnya lamat-lamat membuat Jimin mengernyit heran. Merasa janggal dan bertukar tatapan dengan istrinya. Wanita asal Australia itu hanya bisa mengedikkan kedua bahunya samar membuat Jimin mendesah lelah dan memilih pamit untuk beranjak menuju ke kamar dan membersihkan diri. Dan sekitar 20 menit setelahnya, ia pun kembali hampiri ketiganya yang kini berpindah ke meja makan dengan segala hidangan makan malam yang sudah tersaji rapi disana. Hampiri Chaeyoung dan berikan kecupan ringan dipelipisnya yang mengundang siulan jahil dari anak semata wayang mereka yang memang gemar berseloroh kala melihat kemesraan mereka. Jimin hanya mengerling malas sebelum akhirnya memberikan jitakan main-main di atas pucuk kepala anaknya yang malah tergelak lucu membuat perasaan Taehyung yang sebelumnya dalam keadaan jauh dari kata baik semakin campur aduk. Kembali teringat kejadian beberapa saat yang lalu dimana dirinya yang kembali bersitegang dengan Jeongguk dan mendapatkan tamparan cukup keras dibelah pipinya dari sang kakaknya yang sengatan perihnya masih terasa hingga saat ini. Juga bagaimana tatapan putus asa dan sedikit ketakutan yang terpancar dari sepanjang mata bundar milik Soobin saat keduanya bersitatap di ruang rawat bocah remaja tanggung itu. Juga bagaimana bocah itu mencoba membelanya tanpa pedulikan perasaannya sendiri yang mungkin kembali hancur karena sikap Taehyung yang selalu saja kasar padanya. Dan Taehyung menyadari itu, tapi tetap saja, marah juga ego yang ia miliki selalu mendominasi dan membuatnya sukar untuk berpikir lebih rasional.
Kehilangan sosok sang putri membuatnya begitu terpukul hingga sukar mengendalikan emosinya sendiri. Masih enggan menerima kalau apa yang terjadi pada keluarga kecilnya sekarang ini adalah salah satu cobaan yang sang pemilik hidup berikan untuk mereka agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik dimasa mendatang dan bukannya melemparkan kesalahan secara telak tanpa peduli dengan perasaan sang penerima kesalahan tersebut seperti apa. Hhh, mungkin benar apa yang dikatakan Yoongi, kalau dia adalah seorang ibu yang tidak berhati dan mungkin juga itu alasan Tuhan yang pada akhirnya memilih memanggil Somi lebih cepat, karena mungkin Tuhan tidak begitu percaya padanya. Sudah muak dengan tingkahnya yang selalu saja berlaku semaunya.
Taehyung terisak pelan dan membuat semua atensi orang yang ada di rumah itu tertuju padanya dengan Jimin yang memilih beranjak dari tempat duduknya dan hentikan sejenak kegiatan makan malamnya lalu merengkuh tubuh ramping itu ke dalam dekapan hangatnya sembari bisikan kata-kata menenangkan diiringi usapan lembut di sepanjang bahu sempitnya. Chaeyoung menatap keduanya dengan sendu, bagaimana pun ia seorang ibu dan sedikit banyak ia bisa mengerti akan apa yang tengah dirasakan Taehyung saat ini. Bagaimana beratnya untuk mencoba tetap waras ditengah gempuran cobaan bertubi-tubi yang menimpa keluarga kecilnya. Membuatnya kehilangan Somi dan juga terancam kehilangan kedua putranya yang kini berada diambang batas mereka dengan kondisi yang berbeda-beda. Terlebih si tengah Jeon yang memang semakin mengkhawatirkan disetiap harinya. Chaeyoung tidak bisa membayangkan bagaimana jika dirinya berada di posisi Taehyung sekarang, ia mungkin kehilangan kewarasannya di detik pertama ia mendapatkan kabar kalau putra kesayangannya di vonis mengidap penyakit mematikan seperti kanker darah kronik yang mulai memasuki stadium tiga.
