---
Jangan lupa vomentnya, Chingu :)Taehyung dan Jimin telah sampai di rumah. Jimin segera beranjak turun dari mobilnya dan langsung berlari kecil menuju Taehyung dan membantunya turun dari sana. Menuntun si manis kesayangannya beranjak memasuki rumah. Kondisinya sangat gelap membuat Jimin memilih meninggalkan Taehyung di ruang tamu dan mendudukkan sang kesayangan di sofa sebelum akhirnya beranjak pergi untuk menyalakan lampu dan setelahnya, seisi ruangan menjadi terang. Jimin kembali menghampiri Taehyung dan kembali menuntunnya menuju kamar mereka namun terdengar suara krasak krusuk yang mencurigakan membuat Jimin siaga, memilih merangkul Taehyung yang mulai bergetar takut. Dengan langkah ragu, mereka melangkah mendekati sumber suara itu dengan perasaan was-was. Tangan Taehyung meremat kuat bagian belakang kemeja yang di kenakan Jimin. Jimin melempar senyuman, memberi isyarat pada sang kesayangan bahwa semua akan baik-baik saja. Tak lama suara krasak-krusuk itu tergantikan oleh suara rintihan lirih. Keduanya menegang, merasa tak asing dengan suara itu dan setelahnya keduanya terkesiap. Mereka tahu suara apa itu.
"Hey, Jeong. Kau mendengarku?"lagi, suara itu kembali terdengar dan semakin memilukan. Taehyung ikut berseru, memanggil nama sang pemilik kamar berulang-ulang. Jimin menghela nafas dan meminta Taehyung untuk beringsut mundur. Setelah merasa Taehyung sudah aman, Jimin langsung mengambil ancang-ancang, bersiap mendobrak pintu itu dengan keras. Pintu itu menjeblak terbuka, Taehyung langsung berhambur masuk, memekik histeris kala mendapati Jeongguk yang tergeletak di lantai dengan kondisi mengenaskan. Ceceran darah mengotori lantai yang berasal dari mulut dan hidung Jeongguk. Taehyung menangis melihat kondisi si jangkung yang tampak kepayahan meraup udara dan itu tidaklah baik. Jimin mencoba menghubungi ambulans untuk segera datang agar Jeongguk bisa secepatnya mendapatkan penanganan.
Tak lama, ambulans datang dan para petugas membawa Jeongguk pergi untuk segera di tangani. Taehyung dan Jimin ikut serta dengan si manis kesayangan yang tak hentinya terisak seraya menggenggam sebelah tangan si jangkung dengan erat. Jimin melihat itu semua dan hanya bisa diam, mencoba menekan rasa tak nyaman yang menyeruak dan membuat rongga dadanya sesak. Ia menarik nafas panjang, bukan saatnya untuknya merasa cemburu, bukan?
.
Taehyung dan Jimin di minta untuk menunggu di ruang tunggu. Duduk berdampingan dengan perasaan gusar. Jimin meraih sebelah tangan Taehyung dan memberi rematan lembut, menguatkan. Taehyung mengulum senyum, tampak lemah dengan wajah cantiknya yang basah. Ia benar-benar mengkhawatirkan kondisi si jangkung.
"Dia akan baik-baik saja, Tae. Percayalah."kata Jimin lembut, Taehyung tak membalas. Memilih menyandarkan kepalanya di bahu Jimin seraya menangis tanpa suara. Jimin mendesah pelan, tangannya terulur dan memberi usapan sayang di pucuk kepala Taehyung, mencoba menenangkannya. Terus begitu sampai salah seorang petugas medis keluar dari ruang IGD dan membuat keduanya beringsut berjalan mendekati pria bersneli itu."kalian keluarga pasien Jeon?"
Keduanya mengangguk serempak, Taehyung berucap cepat tanpa menyadari kalau hal itu membuat perasaan seseorang semakin tak keruan karenanya...
"..ya, aku Kim Taehyung, istrinya."
.
.
"S-sudah, Tae. A-aku sudah kenyang."tolak Jeongguk kala Taehyung kembali mengangsurkannya suapan ketiga, Taehyung mendesah pelan. Sudah dua hari ini Jeongguk sulit sekali di bujuk untuk makan dan ada saja alasannya untuk membuatnya berhenti karena tidak tahan melihat raut si jangkung yang memelas dan itu terlihat menyedihkan. Taehyung tidak tega. Menaruh kembali mangkuk buburnya di atas nakas dan memilih mengangsurkan segelas air dan di teguk hingga seperempat bagian. Ya, setidaknya itu lebih banyak dari kemarin yang hanya seteguk. Dokter belum bisa memastikan penyakit apa yang tengah di idap Jeongguk dan menyarankan si jangkung untuk menjalani beberapa tes.