"Kopi ?"
"Ah, kau Seulra. Ya terimakasih."Hoseok menerima satu cup kopi hangat gadis manis berambut kecoklatan yang kini sibuk dengan kue red velvet membuatnya teringat seseorang yang selalu membuat hatinya ngilu jika mengingatnya.
"Aku sedang merindukannya, dia suka kue ini kan ?"Hoseok tersenyum getir sembari menyesap kopi susu yang terasa begitu sulit melewati tenggorokannya yang kering.
"Kau masih akan menahannya disini ? Apa kau tak kasihan melihatnya---"
"Aku masih ada urusan. Kau masih mau disini kan ? Tolong jaga dia, aku pergi dulu."selanya lalu bangkit dari duduknya dan pergi entah kemana, Seulra menatap nanar punggung yang kini menghilang dibalik koridor lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tersedu-sedu.
"Kau hanya akan semakin menambah deritanya walau aku tahu kau melakukan ini semua karena kau begitu mencintainya."
**
"Sudah, hari ini selesai sampai sini saja. Bob, bungkus semua!"teriak sang sutradara pada para krunya sembari menghela nafas kasar, melempar topinya kesal. Syuting kali ini benar-benar kacau.
"Kau beritahu si alien itu untuk mengatur si kuda tak tahu aturan itu, bilang padanya jika ia memang sudah tak minat bekerjasama dengan kita suruh dia undur diri. Masih banyak aktor yang lebih baik dan lebih mempuni daripada dia."ujarnya lalu memijat pelipisnya, sang astrada menangguk paham lalu undur diri menghampiri pemuda tinggi kurus yang tampak kesal pada pemuda kurus yang sibuk melamun didepan kolam renang yang menjadi tempat syuting mereka hari itu.
"Ah, Pak Heri. Pasti mau menyampaikan keluhan lagi ? Maafkan si bebal itu, galaunya masih berkelanjutan dan mungkin sukar diselesaikan."ucap Taehyung sembari membungkkukan badannya pada pria bermata sipit yang kini hanya menyunggingkan senyum maklum.
"Boleh aku berbicara berdua dengan Hoseok ?"pintanya, Taehyung menatap sebentar Hoseok yang masih setia diposisinya, menghela nafas panjang namun tak urung menuruti. Memberi akses asisten sang sutradara yang terkenal begitu penyabar itu berbicara pada sosok pemuda yang terus larut dalam dukanya. Ia berlalu menuju kearah kru lain yang sibuk berbincang-bincang. Membaur dan terlibat obrolan random seperti yang ia lakukan selama hampir lima tahun ini sebagai manager seorang Jung Hoseok---Aktor muda penuh talenta yang kini digandrungi karena aktingnya disalah satu serial drama negara gingseng dengan rating tertinggi.
"Masalahnya masih sama ?"Hoseok melirik sekilas Heri yang kini duduk bersila disampingnya, ikut menatap lurus. Memandangi deretan pohon hias yang terjejer rapi diseberang kolam luas itu sebagai aksen pemanis disana. Menunggu reaksi sang aktor yang masih diam seribu bahasa.
"Mungkin ini adalah hal terberat yang pernah kau alami, aku bisa memahami walau diriku belum mengalaminya. Ini hanya saran dari seorang teman, aku hanya mengutarakan apa yang ada dipikiranku atas rangkuman masalah yang aku lihat dari sudut pandangku."ia menjilat bibirnya lalu tersenyum singkat kala menyadari sang aktor mulai tertarik dan menunggu kelanjutan ucapannya.
"Kau hanya perlu berusaha untuk mengiklaskannya layaknya keluarganya yang mencoba lebih lapang---"
"Kau tidak perlu menyimpulkan apapun karena kau tak tahu apa-apa!"Heri mendengus samar mendengar desisan tajam dari sang aktor yang mulai tidak suka dengan apa yang akan dilanjutkannya. Ia tidak perduli, kalau tidak sekarang kapan lagi. Semuanya harus selesai sekarang juga.
"Kan aku sudah bilang tadi, tuan muda. Aku hanya menyampaikan pendapatku sebagai seorang teman. Dia sudah lama tersiksa akan penyakit yang dideritanya dan kau dengan hati batumu tetap berusaha menyangkal. Jika kau mencintainya seharusnya kau melakukan tindakan yang akan berdampak baik baginya bukan seperti ini."