Part 2
---
.
"Kamu masih mau nongkrong disini ?"
"Hm, aku malas pulang Chim."
Jimin menghela nafas berat, menatap sendu sahabat kecilnya yang lagi-lagi berakhir mabuk di pub. Selalu begitu setiap orang-orang disekitarnya mengingatkannya pada seseorang dimasa lalu gadis itu. Jimin selalu merasa sakit melihatnya, dia tak tega melihat Taehyung terpuruk seperti itu.
"Dia bahkan mungkin udah engga ingat sama lo, Tae."
Manik kucing itu menatapnya nanar, bangkit dari duduknya dan menghampiri Jimin dengan berjalan terhuyung. Menunjuk-nunjuk dadanya dengan jemari lentiknya.
"Lo engga tahu apapun tentang dia, Chim. Gue yang tahu dia kayak gimana."ujarnya dengan nada marah, manik cokelatnya berkilat. Membuang arah pandangnya dan terisak.
"Gue yakin kok, dia masih ingat gue. Mengingat kebersamaan kita selama lima tahun. Selayaknya gue yang masih enggan melepas dia dari ini dan ini."kini jemari lentik itu menekan-nekan kepala dan dadanya sendiri, terkekeh pahit lalu bergumam tak jelas.
"Tae...please jangan kayak gini..."Jimin sudah tak tahan lagi, lelah melihat sahabatnya terpuruk sendirian. Dengan cepat tubuh ramping itu berada dalam dekapannya, membiarkan kemeja biru tua pass bodynya basah karena air mata gadis itu. Biarlah dia menjadi tumpuan Taehyung. Dia rela, karena baginya tawa Taehyung adalah hal yang paling indah dalam hidupnya.
"Bisa kita pulang sekarang ?"
Taehyung menatap manik Jimin lama sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan.
"Chim..."
"..ya, sweety ?"
"Lo mau engga temani gue, malam ini ?"
Jimin tidak mengerti arti tatapan Taehyung sekarang, yang ia tahu, gadis itu membutuhkan bantuannya.
"Oke."
.
.
Taehyung mengerang pelan, mencoba duduk bersandar pada kepala ranjangnya. Tubuhnya terasa pegal-pegal, apa dia tidak enak badan ya ?
Beralih mencari ponselnya yang tak ditemukannya dimanapun, dia mengedarkan pandangannya. Dia terperanjat, ini bukanlah kamarnya di kostan. Ini kamar...
"Kamu sudah bangun ? Mau makan atau mandi dulu ? Biar aku siapin buat kamu."
"Chim, kok aku disini ?"tanyanya pada sosok tampan berbalut bathrobe yang malah tersenyum kecil kearahnya, melempar sembarang handuk kecil yang sempat dipakainya untuk mengeringkan surai basahnya dan mendudukkan dirinya ditepi ranjang, mengelus surai cokelat madu Taehyung yang kini panjang sepunggung.
"Bukannya kamu minta aku temani sepulangnya kita dari pub, kamu lupa ?"
Taehyung melongo, mengerjapkan matanya pongo."masa sih, Chim ? Terus kenapa pula aku cuma pake kemeja kebesaran kayak gini ? Pasti ini punya kamu kan ?"
Jimin mengangguk, masih setia mengusap surai Taehyung terasa begitu halus ditelapak tangannya.
"Terus baju aku mana ? Kamu engga aneh-aneh kan, Chim."kini manik kucing Taehyung memicing curiga dan dibalas kekehan geli Jimin yang kini menindihnya, membuatnya kembali berbaring.
"Engga aneh-aneh, kok. Cuma..."
Tiba-tiba hawa disekitar Taehyung berubah, terasa lebih panas dibanding biasanya.
"Chim, badan kamu berat ih!"rengeknya karena merasa terhimpit badan Jimin, pria itu hanya menyeringai tampan dan setelahnya yang Taehyung ingat hanya dia menyesal telah meminta bantuan pada sahabat sejak kecilnya itu.