Let Go

360 14 0
                                        

----

Aku melihatnya menangis,
Tersedu. Menatap kosong kearah gundukan tanah merah basah yang disiram hujan.
Namun aku tak bisa berbuat banyak,
Hanya memandanginya dari kejauhan karena kurasa itu akan sia-sia.

Karena yang ditangisinya ialah nama yang terukir jelas dinisan yang tertancap apik digundukan tanah itu.

Itu namaku,

Yang kini hanya menjadi seberkas bayangan yang tak tersentuh....

**

"Tidak!"

"Ah, Hoseok ada apa ? Yatuhan kau berkeringat sekali. Apa kau selesai mimpi buruk ?"Jin beringsut bangkit dari tidur ayamnya disofa, menghampiri adiknya yang berteriak keras setelah bangun dari tidurnya. Gadis itu nampak kacau dengan peluh menghiasi keningnya, wajahnya lebih pucat membuatnya khawatir. Mengangsurkan segelas air yang kini tandas dalam sekejap.

"Dia tidak pergikan kak Jin ? Dia tetap bersamaku, disini."Jin menyernyit, bingung untuk menanggapi pertanyaan adiknya. Siapa yang akan pergi ? Siapa yang dimaksud adiknya ?

"Hosiki..."

"Yoongi tetap bersamaku, kan. Dia tidak akan menyerah dan pergi kan ?"pemuda itu kini mengerti. Yang dimaksud adik semata wayangnya itu pemuda manis yang masih terlelap damai diruang ICU setelah kejadian buruk itu terjadi hampir setahun lalu. Kecelakaan yang hampir merenggut adiknya karena mengalami luka cukup parah dikepalanya walau tak separah Min Yoongi, kekasih sang adik yang mengalami gagal ginjal dan masih menunggu pendonor dan entah kapan. Mereka masih menunggu keajaiban.

"Dia akan baik-baik saja. Dia menyayangimu dan dia akan terus bertahan untukmu. Seperti apa yang selama ini dia lakukan."Jin mengulum senyum kala tangis sang adik mereda, namun dekapan mereka tak kunjung mengurai. Pemuda itu tak keberatan, ia senang memeluk gadis itu. Karena Hoseok hangat, persis seperti ibu mereka yang telah lama pergi meninggalkan mereka.

"Kak Jin..."

"Ya, sweetheart ?"Jin menatap manik kembar Hoseok yang nampak menatapnya dengan tatapan memohon, menelisik kedalam kelereng cokelat terang itu, apa yang ingin diutarakan adiknya.

"Antar aku ketempat Yoongi, aku memohon."Jin menelisik sekali lagi dan lagi-lagi hanya jawaban yang baru dilontar gadis itu yang tersirat. Hoseok ingin menemui Yoongi, hanya itu. Pemuda itu menghela nafas panjang lalu mengangguk pelan membuat senyuman sehangat mentari yang sudah lama tak dilihatnya dari sang adik terbit, indah sekali.

"Baiklah tapi pakai kursi roda ya,"Hoseok mengangguk patuh dan mendapat kecupan lembut didahinya dari sang kakak.

"Kakak akan menunggu diluar. Ingat Seok, jangan terlalu banyak menangis. Yoongi akan berlari menjauh jika kau tetap melakukannya."kelakarnya mencoba mengalihkan rasa sesak yang ia yakini bergelayut direlung gadis itu, Hoseok hanya mengangguk lemah. Membiarkan sang kakak berlalu keluar. Meninggalkannya dan sosok pemuda manis yang menyelami alam mimpi dengan berbagai alat penopang yang terhias ditubuh kurusnya. Hoseok menggigit bibir bawahnya, tak sanggup melihat apa yang tertangkap manik kembarnya. Sosok yang selalu bersikap cuek namun terkadang bersikap manis tiba-tiba itu kini nampak begitu rapuh, dengan kulit pucatnya yang semakin pucat membuatnya merutuki diri. Ini semua salahnya. Jika saja ia bisa mengontrol diri dan mengurangi sifat kekanakannya mungkin...

"Maafkan aku..."

Hanya itu yang bisa dilontarkan bibir tipis yang bergetar itu, menangis tersedu sembari mendekap salah satu tangan kekasihnya yang bebas dari alat-alat mengerikan itu. Menikmati segala rasa sesak yang menjalari ulu hatinya.

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang