---
Seusainya ia mengantar si gadis Kim sampai kediamannya dengan selamat, Seokjin kembali kerestorannya. Masuk kearea dapur dimana ada Lee Jaehwan--sahabat karibnya yang kini mengambil alih tempat kesayangannya itu sebagai chef utama Bunny Bar and Resto itu. Duduk termenung disebuah kursi yang tak jauh dari pandangan lelaki tinggi itu.
"Kenapa wajahmu murung begitu setelah datang berkunjung ketempat ibu dan Gukie ?"tanyanya disela mencincang bawang bombai dan menyangrainya diatas pan, Seokjin menghela nafas berat.
"Aku bertemu dengan nona Kim."
"Oh, pacarnya Gukie ? Lalu ?"
Seokjin malah kembali termenung dengan pandangan kosong membuat Jaehwan khawatir, memberi cubitan keras dipipinya hingga Seokjin mengaduh kesakitan karenanya.
"Ck, kau ini kenapa sih ?!"
Jaehwan berdecak,"kau yang kenapa ? Bercerita tentang gadis manis itu lalu melamun tak karuan. Aku hanya memastikan kau tak kerasukan makhluk astral."dan kali ini Seokjinlah yang berdecih.
"Iya, kalau aku kerasukan orang pertama yang akan kucekik adalah dirimu Tuan Lee."ujarnya kesal, Jaehwan memberengut sebal.
"Lanjutkan ceritanya!"
Seokjin menghela nafas berat, tersenyum pahit kearah sang sahabat yang merasa ada sesuatu yang buruk terjadi pada dirinya.
"Ternyata tunanganku adalah cinta matinya sahabat adikku."
Jaehwan terhenyak, yang benar saja ?!
"Lantas apa hubungannya dengan nona Kim itu ?"
"Karena Min Yoongi adalah salah satu alasan kenapa gadis itu sukar membalas perasaan adikku."hah, apa katanya ? Jaehwan gagal paham.
"Hah ?"
"Ck, jangan berkomentar dulu bisa kan ?"
Jaehwan berdecih, "lanjutkan."Seokjin menghela nafas, lagi.
"Ya, karena nona Kim itu mencintai Jimin dan Jimin mencintai Yoongi dan Jungkook mengetahui itu dan ironinya---"
"Yoongi hanya mencintaimu, sejak dulu."Seokjin meringis, kembali merutuki dirinya.
"Ternyata akulah penyebab patah hati terdalam beberapa orang, termasuk adikku sendiri."
"Karena sejatinya kau hanya mencintai gadis bermarga Jung yang bahkan kini tengah mengandung."
Seokjin mendelik tajam, melempar potongan tomat kearah Jaehwan yang tergelak disampingnya."jangan keras-keras, bodoh. Kalau dia dengar bagaimana ?"
"Dia sedang bobok cantik dengan kedua makhluk mungil dalam perut besarnya."sial, hatinya kok sakit ya ?
"Diamlah, Ken!"
"Oho, benar dugaanku. Kau masih mencintainya, kak Dawon! Oh Seokjin masih mencintai adikmu nih."
Ingatkan Seokjin untuk menunda jatah gajian makhluk tinggi itu.
"Huh, siapa yang masih mencintaiku ? Eh, selamat siang kak J. Maaf aku tadi ketiduran."ah, sial. Senyumnya semakin manis saja.
"Tak apa Sikie man---ehem maksudku Hoseok. Lanjutkan saja jika masih mengantuk, biar Sandeul yang mengambil alih bagian kasir."ujarnya sembari memelototi Jaehwan yang terus bersiul jahil disampingnya, si manis berperut buncit nan lucu itu hanya menggeleng. Sudah tak mengantuk lagi.
"Tidak, aku sudah segar sekarang. Lagipula tak baik juga bumil ditrimester akhir sepertiku keseringan tidur, bermalas-malasan. Harus lebih banyak gerak agar persalinannya lancar."