***
"Jangan beli yang itu, memangnya dia sudah balita apa ?"
"Itu untuk anak sekolah dasar, bodoh!"
"Stollernya kemahalan, yang biasa saja."
"Kau saja yang belanja! Aku mau pulang saja."rajuknya seraya melenggang pergi sembari memegangi perut besarnya meninggalkan sang suami yang kini menghela nafas berat.
"Baiklah, aku biarkan kau memilih sesuka hatimu. Jangan mengembungkan pipi seperti itu kau sudah tidak terlihat mengge---kenapa kau suka sekali memukul kepalaku sih ? Kalau aku amnesia dan lupa padamu bagaimana ?"
"Ya aku tinggal kembali pada Kak Jin yang masih setia membujang karena menungguku."
"Cih, dianya saja yang memang tidak laku."
"Yang penting dia lebih tampan dan lemah lembut dibanding dirimu, kuda!"
"Yang penting aku yang membuat perutmu melendung."ucapnya enteng sembari merangkul mesra pundak mungil istrinya untuk kembali kedalam toko perlengkapan bayi, mengabaikan segala bentuk protesan calon ibu itu.
"Ayo, pilih. Aku yang bayar."
"Ya memang seharusnya begitu, dasar suami tak waras!"
"Berhenti mengumpat sayang, kau mau anak kita meniru kelakuan mulut 'manis'mu itu kelak ?"ujarnya memperingati, istrinya membeo sembari sibuk memilih perlengkapan bayi yang lucu dengan berbagai macam dan model yang beragam.
"Ini box bayinya lucu, bentuk Kumamon. Biar si kecil suka beruang buluk---iya sayang duh matamu jadi cantik sekali melotot seperti itu, lekas pilih yang kau suka lalu kita kerestoran. Perut roti sobekku minta diisi."
"Roti sobek darimana ? Perutmu bahkan hampir menyamaiku padahal tubuhmu kurus."
"Banyak gelandangan disana, sudah beli yang sangat diperlukan saja. Jika masih kurang nanti kita membelinya lagi lain waktu."Yoonji berdecih namun tak urung menuruti saran sang suami dan mulai mengantri dikasir untuk membayar tagihan, suaminya sih kalau dia sih sibuk berselonjor kaki sembari menggoda balita cantik berpipi gembil yang sibuk dengan es krim vanillanya.
"Aku mau yang seperti itu."ujarnya kala mereka sudah keluar dari toko, Hoseok mengangguk sembari mengamit pinggul sang istri.
"Tentu, itu urusan gampang. Lahirkan saja dulu yang diperut lalu kita langsung membuat yang baru."
"Lakukan saja sendiri, dasar mesum!"
"Kau pikir aku apaan ? Memangnya aku bisa membelah diri ? Sayang kau mau kemana ? Kau tidak boleh makan sushi dulu..."
"Siapa sih ? Aku mau makan sup miso."Hoseok menghela nafas lega, ikut mendudukkan dirinya disamping sang istri yang mulai menyantap sup miso favoritnya penuh minat. Calon ayah itu tersenyum sembari mengusap rambut istrinya yang mulai memanjang.
"Makan yang banyak ya, biar kalian bertiga tumbuh sehat."
"Terimakasih ayah Hobi."hatinya menghangat, sehangat pipinya yang memanas mendapati senyuman manis sang istri.
"Boleh tambah lagikan ?"ia mengangguk sembari meringis menepuk kantungnya berisi dompet buluk kesayangannya yang akan menipis dalam sekejap.
**
"Kau sudah bangun, sleepy head..."
"Aku dikamar ? Kau yang membopongku kesini ?"tanya Yoonji dengan suara parau efek bangun tidur, Hoseok mengangguk.
"Tentu dan itu membuat punggungku rasanya mau remuk karena membopong tubuhnya yang sudah selebar ka---aduh sayang, aku hanya bergurau. Kau lebih seksi kok dibanding Anko si tukang makan Dangu diserial anime Naruto favoritmu---aduh baiklah, galaknya istriku. Kurang jatah ya ?"
"Kepalamu memang harus dibawa kebinatu keluarga Kim agar bersih dari pikiran sampahmu, kau terlalu dekat dengan atasanmu yang mesum itu."
"Ya mau bagaimana lagi, daripada bulan depan kau tak bisa beli tas mahal."
"Itu sih kebiasaan, ibumu. Kuda buluk! Sudah singkirkan tanganmu, aku mau mandi sudah sore."
"Mau kutemani ?"
"Terimakasih atas tawarannya, tuan Jung."Hoseok terpingkal sembari menatap punggung istrinya yang kini menghilang dari balik pintu kamar mandi, membaringkan tubuhnya diranjang sembari menatap bingkai foto pernikahan mereka yang terpajang didinding kamar utama itu. Senyumnya mengembang.
"Aku akan selalu menyayangi dan akan berusaha menjadi lebih baik lagi untuk dirimu dan anak kita."
"Kuda, bisakah kau ambilkan handuk milikku dilemari ? Aku lupa membawanya."
"Iya, sayangku..."
END