***
"Kau mau kemana ? Diluar hujan deras."
"Aku akan ke halte depan komplek, memastikan si sipit itu pulang dengan selamat."
"Jangan lupa pakai jas hujanmu, kuda. Demammu baru saja turun."
"Iya, kau cerewet sekali!"Hoseok bersungut sembari memakai jas hujan hijaunya tergesa, sesekali melirik jam tangannya. Ia tak boleh terlambat.
"Sampai sini saja, Joon. Terimakasih sudah mengantarku."Langkahnya terhenti mendapati sosok yang sedari tadi dikhawatirkannya tengah tersenyum manis kearah pemuda jangkung yang menangguk pelan dengan seulas senyum tipis membuat dadanya sesak lalu berbalik dan beranjak pergi.
"Lho, kau sudah kembali ? Tidak mengawasi si sipit dulu ?"Hoseok hanya menggeleng lemah membuat sang kakak menatapnya bingung.
"Ada apa, Hobi ? Kenapa lesu begitu ?"
"Aku tidak apa-apa, kak Jin. Tolong bangunkan aku jika sudah waktunya makan malam."ujarnya seraya menaikkan selimut tebalnya sampai leher, Jin menghela nafas lalu berlalu membiarkan sang adik kembali beristirahat. Hoseok menyibak selimutnya lalu duduk bersila, memandangi bingkai berukuran sedang berisi foto gadis manis yang tengah tersenyum lebar memeluk boneka kumamon besar membuatnya tersenyum getir.
"Apakah kesempatan itu takkan pernah ada untukku, Yoonji ? Apa aku harus memandangimu dari kejauhan saja ?"lirihnya bersamaan dengan setitik cairan merah pekat menitik dari hidungnya.
**
"Ada hadiah misterius lagi di lokermu, Yoonji ?"gadis manis berambut hitam sebahu itu hanya mengangguk lalu kembali memasukkan kotak cokelat berbentuk hati itu kedalam lokernya dan mengambil seragam olahraganya.
"Kau sudah tahu siapa orangnya ?"Yoonji memandangi sang sahabat lalu mengangkat bahu membuat gadis berkaki jenjang itu mendengus.
"Kau tidak mencurigai siapapun ? Kau itu punya penggemar rahasia tahu."
"Apa peduliku ?"ujarnya tak acuh membuat sang sahabat mendesah lelah.
"Ayolah, kau ini cuek sekali. Ah pasti pemuda yang memakai kacamata tebal yang selalu menyendiri dipojok perpustakaan. Diakan selalu memperhatikanmu jika kau sedang latihan volly."ujarnya dengan wajah antusias yang kentara, Yoonji memutar matanya malas.
"Orang buta juga tahu dia itu hanya memperhatikanmu jika kau tengah tertawa bersama Seulra, sudah aku mau ganti baju."ujarnya lalu mulai memasuki toilet meninggalkan sang sahabat yang masih termenung.
"Irene, kau tak mau berganti baju ? Sebentar lagi kita akan melakukan pengambilan nilai senam lantai."
"Ah, iya Seulra. Aku akan berganti baju, bisakah kau menungguku disini ?"pintanya dibalas anggukan membuatnya tersenyum sumringah lalu memasuki toilet, Seulra yang melihatnya hanya menggelengkan kepala. Sesekali gadis cantik berambut hitam keunguan itu membalas sapaan murid lain yang melintas yang dikenalinya.
"Eh, kak senior. Bajumu basah ? Kenapa ?"tanyanya saat melintas seniornya keluar dari toilet pria dengan kemeja seragamnya yang basah, pemuda kurus itu hanya tersenyum dan menggeleng.
"Aku tidak sengaja memutar kerannya terlalu besar jadi airnya mengenai kemejaku, kau menunggu siapa ?"ujarnya, Seulra mengangguk mengerti.
"Irene dan Yoonji, mereka tengah berganti baju olahraga."ujarnya, pemuda itu mengangguk lalu berlalu.
"Siapa tadi yang berbincang denganmu, tampan juga."Seulra mengusap dada montoknya karena terkejut, memukul pelan lengan Irene yang tertawa jahil.
"Dia senior kita bodoh! Kau saja yang terus terpaku pada pemuda pendiam yang selalu anteng dipojok ruangan perpustakaan."cibirnya, Irene mendelik tak suka.