Kembar Tiga -02- (End)

357 23 2
                                    

---


Jin beringsut mundur, segera mendekati ketiga bayi itu seolah membentengi ketiganya dari sosok cantik yang kini memandangi mereka dengan manik indahnya yang berembun.

"Kau pasti salah orang. Mereka pasti bukan milikmu."ujarnya dengan kedua maniknya yang berpendar panik, Namjoon mengusap bahu lebarnya menenangkan sang kakak sepupu yang terlihat kalut. Hoseok beringsut bangkit lalu bersembunyi dibalik punggung Yoongi yang bahkan lebih pendek darinya membuat bocah pucat itu mendengus jengah, lelah dengan kelakuan sahabatnya itu.

"Wanita itu mau mengambil si kembar, Yoon. Kasihan kak Jin."lirihnya penuh simpati pada si tampan yang begitu baik padanya, Yoongi menghela nafas berat. Ia juga sebenarnya tak tega dengan pemuda itu tapi bagaimana lagi ? Mereka tak bisa berbuat apapun untuk membantu Jin lagipula ia tak ada andil apapun untuk ikut campur, bukan gayanya.

Ikut campur urusan orang itu engga swag--Min Yoongi, bocah maniak swag 2k18.

"Mereka anakku, aku rela untuk bersumpah demi apapun juga."ujar si cantik menyakinkan, Jin menggeleng. Enggan untuk percaya. Masih mencoba menjadi tembok besar China untuk si kembar tiga yang disayanginya sepenuh jiwa. Mereka sudah berbulan-bulan dirumah sewanya, melewati banyak moment indah bersamanya dan ia sukar menerima kalau ia akan segera berpisah dengan ketiga bayi lucu nan menggemaskan itu.

"Apa buktinya ?"tantang Jin yang membuat raut si cantik semakin sendu.

"Sepucuk surat disecarik kertas berwarna biru muda dan sebuah liontin berisi foto sesosok pria tampan berwajah mungil disana. Dia suamiku yang 5 bulan lalu meninggal, Byun Baekhyun."pungkasnya dengan bulir-bulir airmata yang menganak dipipi putihnya membuat Jin tertegun. Beringsut berdiri dan memberi dekapan menenangkan untuk si cantik yang kini tersedu. Seketika ia digelayuti rasa iba. Wanita itu begitu malang. Mempunyai tiga anak kembar tanpa didampingi suaminya yang sudah berpulang tidaklah mudah. Jin bersimpati untuk itu.

"Aku turut berbela sungkawa atas kepergian suamimu, nona. Jangan bersedih lagi, si kembar akan ikut merasakan kegundahan ibunya."bisiknya membuat tangis si cantik makin pecah lalu disusul tangisan nyaring si kembar yang membuat ketiga bocah tanggung panik. Jin meringis dalam hati.

"Mereka memang miliknya..."


**

"Kau bisa mengunjungi mereka kapan saja, semaumu, Tuan Kim."Jin menghentikan aktivitasnya memotong bawang bombay, ia dan si cantik tengah didapur untuk membuat makan siang setelah si tampan selesai menyelesaikan cuciannya dan menjemurnya dan jangan lupakan juga drama mengharukan yang sempat terjadi satu jam yang lalu yang kini membuat ketiga bayi itu terlelap karena kelelahan dan kekeyangan karena mendapat asupan makanan dari pabriknya langsung membuat Jin sibuk membalikkan badannya dan menutupi ketiga mata bocah tanggung yang sibuk berusaha mengintip dengan wajah memerah mereka. Hah, benar-benar ujian berat.

"Memangnya kau tak keberatan ?"tanya Jin yang ditanggapi tawa anggun si cantik yang membuat Jin lupa pijakan.

"Tentu saja, kau kan ayah asuh mereka."ujar si cantik membuat Jin tertegun, dia dianggap ayah asuh. Duh Jin jadi tersanjung.

"Kau terlalu berlebihan. Aku hanya berniat menolong mereka yang saat itu kedinginan didepan teras rumah sewaku dan aku tak tega menaruhnya dipanti atau ditempat penitipan anak."ujar Jin jujur, karena itulah yang dilakukannya. Ia tak tega pada si kembar yang malang. Si cantik tersenyum haru.

"Aku tahu, karena Tuan Kim orang baik dan berhati tulus. Terimakasih atas semua yang kau lakukan dan berikan pada putra-putraku, Tuan Kim entah apa yang bisa ku berikan untuk membalasnya."ujar si cantik yang kini menatap Jin dalam, si tampan meneguk ludah gugup lalu tersenyum tipis.

'Jadi suami barumu, mungkin...'Jin merutuki dirinya jika ia sampai mengucapkan permohonan itu, sungguh tak tahu malu. Ia ikhlas kok menolong si kembar karena ia menyayanginya. Diluar ia tahu kalau sang induk tiga ekor pitik yang ia tolong secantik bidadari, sungguh. Walau ia ingin memiliki si cantik itu sih... Ehe.

"Cukup membiarkanku ikut mengikuti tumbuh kembang si kembar, itu sudah cukup nona Ahn."ujarnya tulus lalu keduanya saling melempar senyuman.

"Ehem. Jadi kapan kita bisa makan siang ?"ketiganya menoleh mendengar nada datar Yoongi yang menginterupsi keduanya yang kini kikuk, Sora sibuk mengaduk kare sedangkan Jin sibuk memotong ayam menjadi dadu sedangkan Yoongi berdecih dan Namjoon serta Hoseok yang menggeleng serempak. Dasar orang dewasa.



**

"Maaf ya, jadi merepotkanmu lagi."Sora meringis tak enak sembari mengangsurkan segelas jus mangga yang tadi dibuatnya untuk Jin yang tengah duduk bersandar disofa ruang tengah rumah barunya, pemuda itu menggeleng.

"Tak masalah, aku tak merasa repot kok. Tak tegalah aku melihat ibu si kembar repot menata ini itu tempat barunya. Aku akan sangat merindukan mereka."ujar Jin membuat Sora mengulum senyum.

"Kau selalu bisa menemui mereka kapapun."ujar si cantik yang dibalas senyuman oleh Jin yang kini memandangi ketiga bayi kembar yang kini sudah bisa duduk itu, usia mereka kini 5 bulan. Padahal rasanya baru kemarin Jin menemukan mereka yang masih bayi merah didepan terasnya, kedinginan dan kelaparan. Hanya berbalut selimut merah muda yang menutupi ketiganya didalam keranjang yang lumayan besar. Wanita itu tak sengaja, Sora hanya ingin menyelamatkan ketiganya dari tindakan kejam mertuanya yang sejak awal tak menginginkan istri dari mendiang putranya melahirkan anaknya dan ingin menyingkirkannya yang membuat Jin yang kala itu diceritakan Sora menggeram tertahan tak habis pikir dengan sikap keji mertua si cantik. Seperti manusia tak berhati.

"Ah, kau melamun..."Jin mengerjap lalu tersenyum kikuk, meneguk jusnya hingga tandas membuat Sora tersenyum geli dibuatnya.

"Kalau begitu aku pamit ya, aku harus bekerja. Akhir pekan nanti aku akan kemari bersama Joon, Yoongi dan Hosiki. Mereka pasti senang bertemu si kembar."pamitnya pada Sora setelah memberi kecupan didahi ketiga bayi itu, Sora tersenyum lalu mengantar pemuda itu sampai pagar rumahnya dan melambai singkat saat pemuda itu berlalu dengan sepedanya.

"Terimakasih untuk segalanya, Seokjin."

Sora mungkin pernah menyesal karena terpaksa berpisah dengan ketiga putranya agar mereka selamat dari kekejaman mertuanya, menikmati kesedihannya berbulan-bulan setelahnya namun semuanya menguap,

Ia sesal itu berganti kebahagiaan dan geleyar aneh yang berkembang direlungnya,

Bahagia karena ketiga putra yang dicintainya kembali kedalam pelukannya dan timbul geleyar aneh kala berdekatan dengan pemuda yang lebih muda 5 tahun darinya itu, yang begitu mencintai si kembar dengan tulus membuatnya uring-uringan setiap saat.

Ia tak tahu kenapa tapi yang jelas ia tak ingin kedekatannya dengan Seokjin berubah, meningkat atau mengendur. Stabil sudah cukup karena sejujurnya ia masih begitu mencintai mendiang suaminya yang telah lama tiada.

Biarkan semuanya mengalir apa adanya, Jin. Aku tak ingin semua berlalu karena aku sudah mulai bergantung padamu.

Terimakasih, atas segala rasa cinta dan pedulimu untuk si kembar tiga.

Aku menyukaimu...

-Ahn Sora-





The End

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang