---
Temui aku di sevel yang berada tak jauh dari tempat tinggalmu pukul 7, malam ini.
Aku harap kau datang.
-Sunny-
Hoseok menghela nafas pelan, melirik pria berjaket hitam yang kini berlalu pergi setelah menyerahkan sebuah post it hitam padanya. Itu pesan dari mommynya yang memintanya untuk bertemu dengannya di minimarket yang berada di ujung jalan, dekat kediaman Jeon bersaudara, tempat tinggalnya saat ini.
"Ada apa ? Siapa pria itu ? Apa kau mengenalnya ?"tanya Sehun setelah urusan mengantarkan pesanan pelanggannya selesai, Hoseok hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban lalu berlalu menuju dapur untuk kembali melanjutkan pekerjaannya mengantarkan makanan ke pelanggan selanjutnya. Menuntaskan tugasnya sebagai pegawai disana sebelum besok lusa dia resmi mengundurkan diri, sesuai perjanjiannya dengan Seokjin agar dia bisa fokus pada pengobatan penyakitnya.
Sebenarnya, Hoseok berat melakukannya. Meninggalkan teman-temannya di kedai yang selalu peduli padanya. Tetapi, dia harus melakukannya. Dia sudah berjanji pada Seokjin dan dia tidak mungkin mengingkarinya. Itu hanya akan membuat sahabatnya itu kecewa dan bersedih. Hoseok tidak ingin sampai itu terjadi. Dia begitu menyayangi si sulung Jeon, si bungsu juga. Sama besarnya seperti rasa sayangnya pada keluarga Min, ayah Joohyuk dan bunda Tiffani dan juga Namjoon. Ah, Taehyung juga-tentu saja.
Jadi, dengan berat hati. Dia harus melakukannya. Toh, ini juga demi kebaikannya. Demi kebahagiaan semua orang yang menyayangi dan di sayanginya saat melihat dirinya sembuh. Hoseok ingin sembuh untuk mereka. Hoseok ingin hidup lebih lama lagi untuk mereka. Itu harapan terbesarnya saat ini. Semoga Tuhan memberinya kemurahan hati untuk bisa tetap bertahan di tengah rasa sakit bisa datang kapan saja.
.
Sepulangnya dari kedai, dia tidak langsung ke rumah melainkan langsung melangkahkan kakinya ke sevel yang ada di ujung jalan. Seperti permintaan sang mommy di post it hitam itu. Menghela nafas panjang sebelum melangkah mendekat kearah sang mommy yang ternyata sudah datang. Duduk dengan satu cup kopi susu hangat di tangannya.
"Mommy..."
"Ah, kau sudah datang rupanya."ujar Sunny kala menyadari kehadiran Hoseok, menarik kursi kosong untuk mempersilahkannya mendudukkan dirinya disana. Hoseok paham dan mendudukkan dirinya disana lalu menundukkan kepalanya. Tidak berani membalas tatapan sang mommy yang sebenarnya tidak melemparkan tatapan dingin maupun tajamnya, yang biasa dilakukan wanita itu. Manik beningnya hanya menatapnya dengan tatapan biasa. Tak berarti.
Sunny menghela nafas lalu berujar,"berhenti menundukkan kepalamu, Hoseok. Dibawah sana tidak ada uang receh yang bisa kau temukan."
Mendengar ucapan sang mommy dengan nada geli membuat Hoseok menegapkan tubuhnya dalam sekejap, menatap lurus sang mommy yang sudut bibirnya berkedut lalu berdeham pelan sebelum kembali berujar,"bisakah kita langsung membicarakan inti pertemuan kita kali ini ?"
Hoseok mengangguk pelan, menunggu dengan sabar untuk apapun yang ingin Sunny bicarakan padanya. Dia melihat sang mommy menghela nafas berat beberapa kali sebelum tangan lembutnya meraih salah satu tangannya dan merematnya lembut membuat Hoseok tertegun. Ini sentuhan pertama sang mommy padanya kejadian buruk menimpa mereka, 5 tahun lalu. Begitu menghangatkan dan menyesakkan untuknya. Perlahan, Hoseok membalasnya tidak kalah lembutnya, manik beningnya menyayu, menatap manik sang mommy yang memerah karena menahan tangis sebelum bulir-bulir air mata mulai meluruh di kedua pipinya. Hoseok segera menyekanya dengan ibu jari tangannya yang bebas lalu mencicit,"mommy..."
Sunny tersenyum sendu sebelum mengucapkan sederet kata yang membuat Hoseok membeku dan tercenung cukup lama di tempatnya. Menatap sendu sang mommy yang membalasnya dengan tatapan penuh permohonan membuatnya tidak punya pilihan lainnya selain mengiyakan. Walaupun, setelah itu Hoseok tahu, dia tidak akan baik-baik saja.