---
"Maafkan aku. Aku tidak bisa melakukannya."
Sontak tepuk riuh dari para tamu yang hadir seketika terhenti. Memandang penuh tanya pada sang calon pengantin wanita yang kini menarik pelan tangannya yang membuat rematan lembut sang calon pengantin pria terlepas. Beringsut mundur lalu berlalu pergi sembari menerobos kerumunan yang tampak tak habis pikir dengannya-meninggalkan calonnya begitu saja. Memandangi cincin sederhana yang ada di tangannya dengan pandangan nanar.
Dia hanya diam terpaku. Tak kuasa untuk mencegah sang kekasih hati pergi meninggalkannya begitu saja. Hancur, pasti. Namun, mungkin inilah yang terbaik. Lebih baik sekarang dia mengikhlaskannya. Mungkin, si manis bukan jodoh yang di kirimkan Tuhan untuknya.
Sekarang, waktunya dia menenangkan sang bunda yang hampir jatuh melemas jika tidak di pegangi sang ayah yang kini memandanginya dengan pandangan prihatin. Dia-Jeon Jeongguk tersenyum miris.
Lagi dan lagi, dia harus kehilangan seseorang yang begitu ia kasihi.
.
.
"Oppa!"
"Victory ?"
Taehyung mencoba mempercepat langkahnya yang terbatas karena gaun yang di kenakannya. Kaki jenjangnya tidak memakai alas kaki apapun karena sepatu berhak berwarna putihnya dia buang sembarangan agar bisa memudahkannya untuk kabur dan menghindari orang suruhan sang ayah yang tak henti mengejarnya. Dia tidak peduli apapun lagi. Salah ataupun benar, dia akan tetap melakukan ini. Demi sosok yang begitu dicintai dan yang paling dia inginkan di dunia-pria yang ada di depannya, pria yang kini merengkuhnya dalam dekapannya yang hangat dan bertanya ini itu dengan raut cemasnya. Taehyung melengkungkan senyumnya, mengangkup kedua pipi prianya dan memberi kecupan manis di sana-tepat di bibirnya membuat pria tampan kesayangannya itu diam terpaku."Tae..."
Senyum Taehyung semakin mengembang, maniknya mengerling jenaka."sudah aku bilang bukan kalau kita tidak akan berpisah. Apapun yang terjadi, Kim Taehyung akan tetap memilih Jeon Seokjin sebagai pendampingnya."
"T-tapi, bagaimana dengan adikku ? Jeongguk benar-benar mencintaimu, Tae. Aku tahu itu. Aku tidak mungkin terus bersamamu---"
"Kau tidak mencintaiku lagi ? Aku hanya menginginkanmu, oppa. Tidak dengan yang lainnya, begitupun adikmu itu. Tidak ada seorangpun yang bisa menggeser tempatmu disini,"tangan lembutnya menuntun tangan besar prianya dan menaruhnya di atas dadanya, maniknya menyendu."hanya kamu yang aku inginkan, oppa. Ku mohon jangan memintaku untuk lepas darimu. Aku tidak bisa. Jauh darimu sama saja kematian bagiku. Kau mau aku menyerah untuk hidupku, begitu ?"
Seokjin menggeleng, meremat kuat kedua tangan Taehyung lalu menggeleng ribut,"jangan pernah berujar yang tidak-tidak, Kim. Kau tau seberapa besar rasaku untukmu. Aku mencintaimu, semesta menjadi saksinya. Tetapi, ini tidak adil untuk adikku. Dia yang terpilih untuk mendampingimu. Dia yang pantas, Tae. Tolong, mengertilah. Ini juga sulit untukku. Kita sama-sama di posisi yang sulit sekarang ini."
Taehyung menghempaskan tangan Seokjin dari tangannya, menatap penuh kecewa kearah sang pria yang kini membalasnya dengan tatapan sayunya,"lalu bagaimana dengan aku ? Kau selalu mementingkan perasaan adikmu-orangtuamu. Sedangkan aku ? Setidak berharga itukah aku ini di matamu, Jeon ? Jika kau mencintaiku, seberapa sulit apapun itu kau akan tetap mempertahanku-hubungan kita. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Kau tidak lebih dari seorang pengecut, Seokjin. Aku kecewa padamu."
"Tae, aku mohon jangan seperti ini. Kau membuat semuanya semakin sulit."pinta Seokjin dengan nada memohon, mencoba meremat tangan si manis yang kembali menghindar. Menghunusnya dengan tatapan nyalang.