Choi Family

283 12 0
                                    

---

Seokjin mengutak atik kamera perekam videonya yang sedikit rewel hari ini karena saat mengambil gambar tidak bagus seperti biasanya. Yoongi menghampiri sembari menenteng kotak perkakas, itu inisiatifnya dan mulai mengambil alih benda itu dan mulai menunjukkan keterampilannya dalam memperbaiki. Seokjin berdecak kagum, menepuk pundak kecil Yoongi beberapa kali membuat adik pertamanya itu mendengus pelan, memalingkan wajahnya yang kini terasa panas karena dipuji secara berlebihan. Huh, dasar Tsundere!

.

Beralih pada Namjoon yang sibuk memperhatikan Hoseok yang sibuk dengan peralatan bercocok tanam. Keduanya berencana menanam bunga matahari dihalaman belakang rumah keluarga Choi, untuk menambah keindahan rumah mereka kata Hoseok dengan semangat dan Namjoon dengan senang hati menemani walaupun dia hanya ditugaskan mengumpulkan tanah dan pekerjaan yang lainnya diambil alih Hoseok. Sekarang Hoseok berada ditahap akhir bercocok tanam, sudah memasukkan bibit bunga mataharinya kedalam pot bunga yang sudah diisi tanah dan kompos organik sesuai takaran yang pas.

"Taraa! Akhirnya jadi 'kan ? Bagus tidak ?"ujar Hoseok ceria, menunggu tanggapan dari Namjoon akan hasil kerja kerasnya. Namjoon mengangguk penuh semangat, bertepuk tangan membuat Hoseok tersenyum lebar, mengalahkan silaunya mentari dipenghujung musim panas itu.

.

.

Beda lagi dengan si kembar, Jimin berniat membuat seribu bangau kertas seperti temannya Minjae untuk kado ulang tahun ibunya. Jimin tidak mau kalah, dia juga ingin memberikan hadiah yang sama untuk mommy Yurinya yang sebentar lagi ulang tahun. Namun, niat sucinya tak berjalan mulus. Sejak tadi Taehyung merecokinya, bertanya ini dan itu soal hobi barunya. Melukis pada kanvas kecil, hadiah dari sang Daddy saat pulang dari London kemarin. Jimin kesal, dia sudah bilang gambarnya bagus namun Taehyung tak puas juga. Menarik-narik kaus birunya yang kini penuh noda cat yang pasti akan sukar dibersihkan. Jimin ingin menangis rasanya.

"Dudududu~"

Hah, ini lagi. Jimin mengusak rambut cokelat mudanya kesal. Satu masalah belum beres, masalah yang lain datang. Si bayi hiperaktif itu kini berjalan sempoyongan kearah tempat bermainnya dengan Taehyung, meraup beberapa lembar kertas origami Jimin dan memasukkannya kedalam mulut membuat kertas warna-warni itu kini penuh dengan air liur. Manik kecil Jimin terbelalak, mencoba menarik kembali kertas origaminya dari cengkraman kuat tangan mungil gemuk Jungkook yang kini tampak protes. Melayangkan pukulan kearah wajah Jimin yang memerah menahan tangis, Taehyung melerai, mencoba mengangkat tubuh montok bayi 8 bulan itu menjauh dari kakak kembarannya yang siap memuntahkan lahar dengan tubuhnya yang kurus. Dia kepayahan, Jungkook lebih berat daripada yang dia kira.

Pluk

"Huuueee Mimimi huuuueee..."

Terlambat. Taehyung menatap horor Jungkook yang kini menjerit kencang karena pukulan Jimin dikepalanya. Tak main-main, kembarannya itu memukul kepala adik bayi mereka dengan kotak cat milik Taehyung. Kok Jiminie nakal sih ?!

"Kenapa harus mukul sih ? Kan dedek Kookienya jadi sakit! Jimin kok nakal sih ? Taetae engga suka, ah."ujar Taehyung tak terima sembari mencoba menenangkan Jungkook yang masih menangis keras, Jimin membuang mukanya. Nampak masih kesal. Taehyung menghela nafas berat, manik terangnya nampak berkaca-kaca. Tak tega melihat adik bayinya menangis sampai wajahnya memerah dan akhirnya ikut menangis. Jimin yang mendengarnya terkejut, mulai ketakutan dan berlari kedalam rumah. Menarik-narik dress sang ibu agar mengikutinya. Yuri terbelalak, mendapati kedua putra kecil lucunya menangis bersahutan. Menyerukan nama sang suami yang nampak tergopoh-gopoh menuju halaman belakang rumah mereka hanya dengan selembar handuk melilit dipinggang, bahkan masih ada sisa buih shampoo disurai hitam Siwon yang kini menggendong tubuh kurus Taehyung yang masih tersedu sedangkan Jungkook diambil alih sang istri untuk dia berikan ASI dan nampaknya mulai tenang dalam gendongannya. Jimin menghela nafas lega, tertunduk dalam sembari menekuk kedua lututnya dibawah pohon apel. Menyesali perbuatannya. Andai saja dia tidak memukul adik bayinya...

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang