---
Sudah hampir dua bulan lamanya Hoseok di rawat di rumah sakit, namun sejauh ini, kondisinya belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Hoseok masih terlelap begitu damai di ranjang pesakitan itu. Seolah enggan kembali menyambut dunia yang mungkin hanya bisa memberikannya nestapa.
Seokjin dan Jeonggukpun masih setia mendampinginya, bergantian dengan Namjoon disela kesibukannya menjadi komposer muda di salah satu label musik terkemuka di kota mereka. Sesekali Taemin---teman dekat Hoseok di tempat kerja sambilannya di kedai paman Hong datang untuk sekadar mengetahui info terbaru mengenai kondisi Hoseok. Dia juga rajin mengganti bunga yang sudah mengering di vas bunga dengan yang baru. Seokjin tidak melakukannya karena dia alergi serbuk bunga. Lagipula, dia sudah cukup sibuk menjaga adiknya dan Hoseok disela kegiatan kuliahnya sebagai mahasiswa management bisnis tingkat akhir dan juga kerja paruh waktunya yang kadang kala membuat dirinya tak punya waktu lebih untuk sekadar menghabiskan waktunya bersama sang adik di rumah mereke yang mungil.
Mereka hanya tinggal berdua, sebelum Hoseok datang dan menjadi housemate mereka. Kedua orangtua Jeon bersaudara telah meninggal sejak Jeongguk masih berumur 2 tahun karena kecelakaan yang di alami mereka lalu mengakibatkan Jeongguk kehilangan fungsi indera penglihatnya sejak saat itu. Masa-masa berat, mereka hadapi berdua. Dengan keringat, darah dan airmata. Mereka saling menguatkan satu sama lainnya. Berjanji, kalau sampai kapanpun, apapun yang terjadi nantinya, mereka tidak akan meninggalkan satu sama lain hingga helaan nafas terakhir mereka. Janji mati!
Namun, sejak kedatangan Hoseok empat tahun lalu banyak membawa perubahan positif bagi mereka. Mereka semakin solid, kompak menjadi sandaran si tengah Min menjalani takdir hidupnya yang sulit.
Mereka begitu salut dengan Hoseok yang selalu tegar menjalani segala cobaan yang silir berganti dalam hidupnya. Seokjin maupun Jeongguk tidak bisa membayangkan, jika mereka yang mengalaminya, berada di posisi Min Hoseok yang mendapatkan kebencian begitu besar dari keluarganya karena sebuah alasan tidak masuk akal. Mereka melempar tuduhan lurus-lurus pada si tengah Min karena telah membuat mereka mengalami berbagai rasa sakit karena kehilangan dua orang yang mereka sayangi, membuat Taehyung---sepupu Hoseok kehilangan orangtuanya dan nyaris lumpuh permanen dan si bungsu Min yang mengidap lemah jantung dan gagal ginjal karena kejadian tersebut. Hell, ayolah, itu hanya kecelakaan. Semua yang terjadi sudah digariskan oleh Tuhan untuk di terima dengan dada yang lapang. Bukan menghardik dan menghakimi apalagi sampai membalasnya dengan rasa sakit yang mungkin lebih daripada yang mereka terima. Itu tidak adil untuk Hosiki mereka.
Jika mengingatnya, Seokjin ingin berteriak keras didepan wajah mereka kalau suatu hari nanti, mereka akan mendapatkan penyesalan yang begitu dalam karena telah menyiayiakan Hoseok dalam hidup mereka.
Dengan usapan lembut, dia mengusap kepala Hoseok yang terbalut perban. Bergantian dengan Jeongguk yang terlelap dengan posisi duduk disamping ranjang rawat setelah lelah menangisi kemalangan hyung kesayangannya.
Merapalkan doa dalam hati, semoga keajaiban datang menghampiri mereka, kebahagiaan merentangkan tangannya untuk merengkuh mereka yang hampir putus asa mengarungi jalan hidup mereka yang penuh dengan kesedihan yang berkepanjangan.
"Cepatlah sadar, Hosiki. Karena aku dan Jeongguk begitu merindukan senyumanmu."
Lagi dan lagi, Seokjin menangisi Hoseok. Tidak sanggup menahan rasa sesak didadanya karena rasa iba. Hoseoknya yang malang.
.
.
"Jadi, Hoseok masih koma Taemin ?"
Taemin yang tengah sibuk mencuci piring yang menumpuk di dapur, mengangguk lesu kala Jongin---koki di kedai paman Hong---teman kerjanya juga---bertanya tentang kondisi Hoseok sore itu. Wajahnya menyiratkan kesedihan karena temannya tengah dalam kondisi buruk. Masih enggan membuka matanya selama hampir dua bulan lamanya dengan kondisinya yang naik turun. Ia begitu iba, mengapa selalu nestapa yang merundungi Hoseok ? Kapankah kebahagiaan merengkuhnya ? Sungguh, demi apapun, Taemin ingin sekali Min tengah itu mendapatkan kebahagiaan dan melihat senyuman tulusnya tanpa menahan segala lukanya dibaliknya.