---
Happy Reading, Chingu 😊
"Tae, sudah siap? Mobil jemputan agencymu sudah sedari tadi menunggu."
Nyonya Kim melongokkan kepalanya dari belah celah kecil pintu kamar putrinya, menampilkan Taehyung yang sibuk mematut diri di depan cermin, bersiap untuk menghadiri acara konferensi pers yang di buat agency yang menaunginya selama ini dan memberikan alasannya hengkang dari grup yang telah membesarkan namanya. Ia tidak bisa bersembunyi lagi. Semua perbuatan, mau benar atau pun salah pasti ada ganjaran yang harus di terima. Dan kali ini, ia harus berlapang dada menerima ganjaran dari kesalahan yang ia perbuat. Ia hanya berharap, para penggemarnya bisa menerima alasan dan permohonan maafnya. Ia sungguh merasa menyesal...
Taehyung memoles sedikit pelembab bibir sebagai pulasan terakhir. Ia sudah benar-benar siap. Merapikan sejenak rok mengembang yang dikenakannya sebelum akhirnya menghampiri sang ibu dan keduanya beranjak dengan langkah beriringan, menghampiri sang ayah yang sudah lebih dulu berada di dalam mobil jemputan.
Kini, mereka telah sampai di tempat tujuan dan di sambut oleh manager Sejin yang menggiring ketiganya menuju tempat di mana di adakannya konferensi pers itu. Beberapa media sudah berdatangan dan siap untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang merupakan perwakilan dari para penggemar yang masih tak menyangka kalau salah seorang idolanya harus mengundurkan diri di saat masa kejayaan grupnya. Mereka langsung mengalihkan pandangan kearah Taehyung dan keluarga dengan kerutan di dahi, bertanya-tanya tentang sosok super cantik yang mengenakan kemeja berwarna pastel dan dipadukan dengan rok mengembang selutut berwarna putih, bersurai kamarel yang menjuntai hingga pinggangnya dan hanya di hiasi jepitan sederhana berbentuk kupu-kupu kecil berwarna biru tua. Menempati kursi yang sudah di berikan penanda dengan tulisan, Kim Taehyung.
Kasak-kusuk mulai terdengar, mereka saling berbisik, mengomentari Taehyung dengan pandangan penuh minat seolah dirinya adalah sebongkah berlian yang baru saja di temukan dan sedikitnya membuat Taehyung risih, mencari-cari tangan sang ibu sebelum ia remat kuat. Nyonya Kim mengulas senyum lembutnya, mencoba memberi kekuatan untuk sang putri. Sang ayah juga memberikan suntikan semangat dengan senyuman kotaknya yang khas dan itu membuat perasaan Taehyung perlahan terasa ringan. Bang Sihyuk, sang produser datang setelahnya di dampingi oleh manager Sejin, menandakan kalau acara konferensi pers tersebut akan segera berlangsung.
"Jadi, Bang Pd-nim, siapa kah sosok cantik yang berada di tengah-tengah kalian itu? Mengapa dia menempati kursi Taehyung-ssi dan dimana Kim Taehyung-ssi. Apakah dia tidak jadi menghadiri acara ini?"salah satu dari wartawan mengajukan pertanyaannya membuat Taehyung berjengit, menggigit bibir bawahnya gusar lalu setelahnya tertunduk dalam, menunggu aba-aba dari sang produser yang tengah mencoba menanggapi pertanyaan tersebut dengan setenang mungkin, sebelum akhirnya Taehyung sendiri yang akan meneruskannya, menjelaskan serinci mungkin alasan dibalik mundurnya ia dari dunia hiburan.
"...saya, Kim Taehyung, dengan segenap kerendahan hati saya, memohon segala pengampunan kepada semua pihak yang mungkin merasa kecewa dan dirugikan. Saya benar-benar tidak bermaksud melakukan semua ini secara sengaja. Saya benar-benar minta maaf. Saya harap kalian semua bisa mengerti dan menerima permohonan maaf saya. Sekali lagi, saya minta maaf. Maafkan saya, army-deul. Aku akan selalu menyayangi kalian..."
Tubuhnya membungkuk dalam hingga beberapa saat, ibunya memohon agar dirinya berhenti. Taehyung menegakkan tubuhnya, membiarkan kilatan cahaya kamera membidik wajah cantiknya yang berlinang air mata. Hatinya sakit tak terkira dengan sepasang kakinya yang melemas, sang ibu senantiasa memapahnya. Ayah dan manager Sejin menghalau para pewarta agar tidak menghalangi jalan mereka menuju mobil jemputan yang akan mengantarkan mereka kembali ke rumah.
Taehyung bersandar lemas di kursi belakang. Air matanya semakin menderas walau pun tanpa isakan membuat kedua orang tuanya cemas. Sang ibu mendekapnya dari samping, menaruh kepalanya di pundak agar bersandar nyaman disana. Tak lama isakan mulai terdengar, begitu pilu dan menyesakkan membuat sang ibu ikut menitikkan air mata begitu pun sang ayah. Sang supir tak pelak merasakan keharuan yang sama. Sedikitnya ia merasa iba, ia tahu ini hal yang begitu sulit untuk Taehyung.