Jin's Twin -02-

150 8 0
                                    

---

"Selamat datang..."

Jinyoung menyambut pelanggan yang baru saja memasuki kedai bersama anak berumur 6 tahun yang bertubuh montok, masih mempertahankan senyum hangatnya walau jantungnya bertalu keras saat menyadari siapa yang datang. Itu sang bunda bersama Jinwoo si bungsu yang menyambut ramah tamahnya tak acuh lalu memilih mendekati Hayoung--si sulung Jung yang sibuk membantu menata beberapa roti yang hangat dietalase. Jinyoung tersenyum pahit.

"Oh, ada didapur Bik. Bersama Haenggi membuat kue beras."ujar Hayoung pada Miyoung yang kini mengangguk paham lalu berlalu kedapur kedai itu, Jinwoo tak mengekori sibuk cari perhatian Jinyoung yang kini sibuk melayani pelanggan lain.

"Kak Jinyoung sedang apa disini ? Ayah sama kak Jaejin aja libur, tanding basket dilapangan bersama kak Jinseo dan kak Jisung."tanya si bungsu polos membuat Jinyoung merasa rambutnya gatal, bingung untuk menjelaskan pada adiknya itu.

"Eung..."

"Haru, diatas kuenya sudah ditulis nama Jinseo kan ? Brownies kan ? Putraku suka sekali kue itu."ujar Miyoung pada Haru yang baru mengeluarkan kue pesanannya dari lemari pendingin, sudah terbungkus dengan cantik membuatnya tersenyum puas.

"Perayaan ulangtahun ya ?"tanya Haru yang dibalas anggukan mantap Miyoung yang wajahnya dipenuhi senyuman, tampak bahagia.

"Berarti Jinyoung juga dong ? mereka kan kembar."pancing Haru yang sukses menghilangkan senyum Miyoung sempat merekah, Haru melirik Jinyoung yang memilih menyibukkan diri berbasa-basi pada pelanggan yang tengah memilih beberapa roti aneka rasa. Ia tahu pemuda itu tengah mencuri dengar percakapan ia dan bundanya itu.

"Ah, sudah waktunya aku pulang. Ini uangnya, terimakasih ya Haru. Sampai jumpa, ayo Jinwoo."Minyoung memilih bergegas pergi, menggandeng Jinwoo yang tampak protes karena aksi menyicip kue beras bersama Haenggi diganggu sang bunda, Haru dan Hayoung serempak melempar pandang lalu menatap Jinyoung yang tersenyum simpul seolah tak terjadi apapun terus menyimpan rasa sakitnya sendirian.

"Ah, ada apa ? Apa aku melewatkan sesuatu ?"itu Hoseok yang baru sampai bersama Hana setelah hunting spot terbaru untuk blog yang dimiliki keduanya, membahas berbagai macam tempat yang banyak terdapat hamparan bunga cantik. Kesukaan Jung Hana.

"Ah, tidak ada. Ayah pasti lapar, tadi bunda buat kue beras. Cepat icip sebelum ludes dimakan Haenggi."ujar Haru yang sukses membuat tuan Jung memekik heboh, takut kehabisan jatah kue beras dan bergegas mendekati putra bungsunya yang sibuk makan kue beras, Haru dan si sulung menggeleng serempak melihat tingkah sang ayah sedangkan Hana memilih melirik Jinyoung yang tampak termenung dimeja kasir dengan memandangi suasana dari balik pintu kaca kedai itu. Memang ada sesuatu yang terjadi.

**

"Ah, maaf mengganggu kesenangan kalian. Silahkan lanjutkan, aku akan kekamar."

Jinyoung tersenyum kaku kala memasuki ruang tengah rumahnya yang masih ramai ditengah malam, ia baru pulang dari kedai ramen dipersimpangan dekat sekolahnya yang baru buka sejak pukul 7 malam hingga tengah malam. Untuk menambah tabungannya, ia sudah putuskan untuk melakukan kemoterapi sesuai anjuran Hana dan bundanya. Jinyoung tak ingin mengecewakan mereka. Jinyoung berlalu menuju kamarnya lalu duduk ditepi kasurnya, menatap lurus kedepan lalu melirik nakas kecil disamping ranjangnya. Ada lilin berbentuk angka tergeletak disana, meraihnya bersama pematik api yang selalu ada dilaci nakas itu dan menyalakan lilin itu. Memandanginya dalam jeda waktu yang lama sebelum akhirnya lilin itu padam bersama lelehan airmata yang berlomba mengalir dipipinya yang semakin tirus itu.

"Happy Birthday, Kim Jinyoung..."

**

"Siapa didalam ?"

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang