---
"Taetae engga balik lagi? Kamu sendirian dong hari ini. Engga apa?"tawa Jiwoo sembari membantu adiknya berganti pakaian seusai mandi pagi ini. Hoseok mengangguk kecil, merasa tidak ada masalah untuk itu."iya, engga apa-apa. Lagipula, kan ada perawat disini. Kalau butuh apa-apa, aku bisa minta bantuan mereka. Engga usah cemas, teh."
Jiwoo menghela nafas pelan,"iya sih, tapi kan Taetae udah janji..."
"Teh, kita sudah bahas soal ini sebelumnya dan aku pikir, teteh sudah mengerti maksud ucapan aku kemarin malam."sela Hoseok dengan nada dingin, Jiwoo terhenyak sesaat lalu memandang sendu adiknya,"teteh ngerti, Hoseokie. Tapi kan dia udah janji sama teteh buat bantu teteh dan ibu buat jaga kamu. Apa itu berat buat dia?"
Hoseok menghentikan aktifitas menyisir rambutnya sejenak, manik teduhnya menatap sang kakak dengan tatapan tak terbaca,"dia punya kehidupannya sendiri, teh. Dan yang lebih penting lagi adalah, dia bukan siapa-siapanya aku. Dia berhak untuk melakukan apapun di luaran sana tanpa perlu mengkhawatirkan apapun termasuk aku yang jelas-jelas engga memiliki hubungan spesial sama dia. Tolong berhenti bersikap egois, teh. Teteh cuma bikin semua ini makin sulit..."
"Hoseokie..."
"Aku tahu, teteh cuma mau aku bahagia. Aku bahagia, teh. Selama beberapa minggu terakhir ini aku merasakan itu dan aku engga pandai buat menutupi itu dari siapapun. Tapi apa arti itu semua kalau pada nyatanya dia bukan milik aku, teh. Dia sudah punya tambatan hati lain. Posisi aku yang sebelumnya tak tergantikan kini udah tergeser jauh sama sosok lain. Taehyungie sayang sama cowok itu, teh dan aku sangat tahu itu. Itu semua terlihat jelas di matanya dan hal itu buat aku sedikit banyak ngerasain sakit. Rasanya ada patah disini, teh."Hoseok menepuk-nepuk bagian dadanya, berharap rasa sesak nan menyiksa itu segera sirna. Sorot manik Jiwoo meredup. Ia tidak tahan melihat raut kesedihan adiknya. Ia bawa tubuh kurus itu dalam dekapannya. Wajah basahnya ia sembunyikan di atas dada Hoseok yang sibuk menahan tangisannya sendiri. Keduanya saling terdiam untuk beberapa saat. Mencoba meredakan emosi mereka yang semakin merangkak kepermukaan.
"Hoseokie mohon, jangan lakuin itu lagi ya.. berhenti paksa Taetae buat temani aku lagi, teh. Teteh sayang aku, kan?"Jiwoo mengangguk kecil, tidak kuasa untuk mendebat apalagi menolak permintaan adik tercintanya. Melihat itu, Hoseok mengulum senyum. Sedikit banyak merasa lega dan tak memperdulikan rasa nyeri di kepalanya bersamaan dengan lelehan cairan merah yang perlahan meluruh dari hidungnya.
Ia hanya bisa berharap, sang kakak tidak menyadarinya...
.
.
"Enak engga makanannya?"tanya Taehyung seraya menggigit kecil sumpitnya, menatap kearah Jeongguk dengan pandangan was-was. Jeongguk menghentikan acara makannya sejenak, membalas tatapan Taehyung dengan seulas senyum kecilnya."ini enak kok. Cobain saja, deh."
Ia mengangsurkan kotak bento itu kearah Taehyung. Dengan gerakan ragu, Taehyung mengambil satu buah nasi gulung buatannya dan mengunyahnya dengan gerakan perlahan. Ia tertegun. Manik cantiknya melebar lalu wajahnya berubah sumringah. Menatap Jeongguk dengan binar senang yang menggemaskan. Jeongguk tersenyum gemas lagi untuk kesekian kalinya hari ini. Benar-benar tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Ini enak banget, sumpah! Ternyata aku jago masak juga ya..."pekiknya heboh, terselip nada bangga disana. Jeongguk mengangguk mengiyakan. Mengulas senyum kelewat lembut membuat Taehyung tersipu. Mereka itu sudah lama menjalin hubungan, tapi rasanya masih saja belum terbiasa menghadapi sikap manis Jeonggukienya. Hm.
"Kalau enak, makan lagi dong. Yang banyak, biar gendut."kata Jeongguk seraya menyuapkan kembali nasi gulung ke dalam mulut kecil Taehyung. Taehyung merengut, memberi pukulan main-main di lengan Jeongguk,"nanti kalau aku gendut kamu pergi lagi ninggalin aku."membuat Jeongguk tergelak mendengarnya.
"Ya, engga mungkin lah, Taehyungieku sayang. Mana mungkin aku ninggalin kamu cuma karena alasan konyol kayak gitu. Aku suka, cinta dan sayang sama kamu karena kamu itu Kim Taehyung, bukan karena alasan fisik atau apapun."katanya sembari memberikan jawilan gemas di pucuk hidung dan kedua pipi gembil Taehyung, Taehyung masih mencebikkan bibir seksinya,"masa sih? Bohong ah, kamu..."
"Benaran loh ini...masa engga percaya sih sama aku?"Taehyung mengangguk dan kini pucuk hidungnya menjadi sasaran Jeongguk lagi. Diberikan gigitan gemas hingga memerah membuatnya merengek minta di lepaskan karena merasa risih, Jeongguk terkekeh kecil. Mengusap lembut pucuk hidung kesayangannya dengan sayang."maafin aku, ya..."
Taehyung mengangguk walaupun bibirnya masih mencebik lucu,"jangan begitu lagi. Akunya risih tau. Sakit pula. Lihat, nih. Hidung aku merah kayak badut."tunjuknya dengan jemari lentiknya yang cantik, Jeongguk tersenyum lalu membawanya dalam dekapan hangatnya,"mana ada badut secantik kamu, sayangku...?"
Taehyung menggeleng kecil,"engga tahu. Mungkin ada. Lagipula, emangnya aku secantik itu apa?"Jeongguk mengangguk mantap sebagai tanggapan, mengurai sejenak dekapannya dan memandangi wajah cantik itu lamat-lamat, Taehyung merona hingga ke telinga. Masih tidak terbiasa di beri tatapan se intens itu dari Jeonggukienya.
"Jeonggukie..."cicitnya pelan, sebelah tangannya meremat bagian depan kaus putih polos yang di kenakan Jeongguk. Pemuda di hadapannya bergeming, masih setia memandanginya dengan tatapan dalamnya membuat jantungnya serasa ingin meledak. Oh, Tuhan ia bisa mati lemas jika terus seperti ini...
"Taehyungienya aku itu cantik, lebih cantik dari kerlipan sejuta bintang di langit malam dan sinar rembulan. Lebih indah dari sinar mentari pagi di ufuk timur dan siluet jingga di hari petang. Lebih mengagumkan dari segala keindahan yang pernah aku lihat. Kamu percaya engga?"Taehyung tak memberi tanggapan. Tak kuasa. Sibuk sendiri menangani debaran senang di hatinya. Pipinya semakin terasa panas.
"Jeonggukie, sudah ah. Aku malu, tahu."rengeknya, Jeongguk tersenyum pengertian lalu kembali membawanya dalam dekapan. Memberi usapan lembut di sepanjang surai Taehyung, menyalurkan rasa hangat yang membuat Taehyung enggan beranjak. Semua yang ada pada Jeonggukienya terasa menenangkan. Pelukannya, suaranya dan bahkan degub jantungnya. Semua itu membuat Taehyung merasa nyaman dan aman. Seandainya ia bisa menghentikan putaran waktu, Taehyung ingin terus berada di waktu ini saja. Tenggelam dalam rasa hangat yang Jeonggukienya ciptakan. Kebahagiaannya yang sederhana.
"Jeonggukie, apa aku sudah mengatakan ini sebelumnya?"tanyanya dan di tanggapi gumaman pelan, Taehyung tersenyum kecil. Pipinya memanas lagi diiringi degupan jantungnya yang semakin menggila di dalam sana.
"Kalau aku sayang sekali sama Jeon Jeonggukie... sayang Jeonggukie banyak-banyak."
Taehyung berucap setengah berbisik dan di akhiri sapuan lembut di belah bibir tipis Jeongguk yang terpaku beberapa saat sebelum akhirnya membalasnya dalam jangka waktu yang lebih lama.
Dahi keduanya ia satukan lalu berbisik,"Jeonggukie lebih sayang Taehyungie dan stoknya akan terus ada sampai batas waktu yang tidak di tentukan."
Keduanya mengurai derai tawa setelahnya. Kedua tangannya saling bertautan dengan kedua pandang yang terkunci satu sama lain. Jeongguk mengucap janji dalam hatinya, tidak akan melepaskan genggamannya pada sang kesayangan apapun yang terjadi. Sekali pun di masa depan Taehyungienya lah yang memintanya untuk pergi menjauh. Karena yang ia tahu, hanya Taehyungienya yang ia cintai dan sangat ia sayangi. Hanya Kim Taehyung yang paling ia inginkan di dunia ini.
.
.
Bersambung