---
[Chap.4]
Hari ini akhir pekan, sekolah libur dan Jeongguk bersiap untuk pergi menuju agency yang akan mengorbitkannya sebagai penyanyi. Agency itu milik pamannya—adik kandung sang ayah yang memang dekat dengannya dan melihat potensi besar dalam diri Jeongguk yang memang cukup mempuni untuk menjadi seorang idola baru.
Sang paman bilang, hari ini dia harus menghadiri pertemuan penting terlebih di kantor bersama sang paman sebelum melaksanakan tugasnya sebagai seorang trainner. Jeongguk hanya menurut saja. Toh, pamannya yang lebih ahli dalam bidang itu.
Dengan balutan pakaian semi formal, Jeongguk beranjak keluar dari kamarnya dan berpapasan dengan sang kakaknya yang nampaknya bersiap untuk pergi. Mungkin ada janji dengan kekasihnya.
"Mau kemana lo pake pakaian kayak gitu? Emang lo engga ada jadwal latihan di agency?"tanya sang kakak—Seokjin kala mereka berpapasan di teras rumah, bersiap untuk menaiki mobil hitamnya sedangkan Jeongguk menaiki motor besarnya.
"Ini juga mau berangkat. Kata om Hae sih, gue harus hadirin rapat penting gitu. Tau deh, rapat apa. Gue engga paham sama yang begituan."ujar Jeongguk sembari mengedikkan sebelah bahunya, Seokjin mengangguk paham lalu menepuk bahu sang adik sebelum beranjak memasuki mobilnya.
"Hati-hati dijalan. Jangan terlalu ngebut. Keselamatan yang utama, brader!"
Jeongguk hanya membalasnya dengan gumaman malas, beranjak menaiki motornya dan mulai melajukannya dengan cepat. Meninggalkan Seokjin yang kini menggelengkan kepalanya. Cukup maklum dengan sikap Jeongguk yang sudah menyebalkan sejak dalam kandungan.
"Hh, dasar anak muda jaman sekarang."
Ckck.
.
.
Sesampainya di agency, bagian resepsionist yang ada disana menggiringnya menuju sebuah ruangan besar. Itu adalah ruangan yang akan digunakan sebagai ruang pertemuan yang akan di hadirinya. Masih sepi dan Jeongguk adalah peserta rapat yang pertama hadir. Dia cukup berbangga diri untuk itu. Dan semoga saja, dia tidak salah kostum.
.
Pertemuan penting itu berjalan lancar. Hanya membahas tentang beberapa pekerjaan yang akan di lakukannya sebagai Idola dan perkenalan diri pada para kolega yang memang akan bekerja sama dengannya. Pertemuan yang di hadirinya ternyata tidak terlalu buruk. Dan kabar baiknya adalah, dia tidak salah konstum. Para koleganya ternyata memiliki pembawaan yang santai, jauh dari bayangannya. Hh, dia bersyukur untuk itu.
Kini, dia berada di tempat lain. Jeongguk berada di sebuah studio. Dia memang di jadwalkan untuk menemui seorang produser musik termuda di Agency ini. Nama panggungnya adalah Sugar.
Hm, nama yang unik bukan. Jeongguk jadi penasaran, bagaimana penampakannya. Apakah semanis namanya? Jeongguk berharap begitu.
Dengan sedikit ragu, Jeongguk menekan bel kecil yang ada di samping pintu, sebanyak dua kali. Tidak mendapat respon membuatnya menghela nafas dan hendak menekan bel kecil itu lagi bersamaan pintu studio itu terbuka dan menampilkan sesosok pemuda berkulit pucat dan memasang wajah mengantuk. Suara beratnya menyentak lamunan Jeongguk.
"Siapa kau?"tanya dengan nada dingin membuat Jeongguk mendadak bodoh. Otaknya kosong. Mengerung untuk beberapa saat membuat sosok di hadapannya mendengus malas dan merogoh kantung celananya, meraih benda pipih itu dan menempelkannya di telinga. Mencoba menghubungi seseorang dan Jeongguk hanya memperhatikannya dalam diam.
"Oh, jadi lo ini yang namanya Jeon Jongkok."tanyanya tanpa minat dan asal membuat Jeongguk menahan dongkol dalam hati. Huh, sabar Jeon."nama saya, Jeon Jeongguk kak. Ehm, hanya sekadar mengoreksi."ujarnya diselingi cengiran kaku dan di tanggapi tatapan datar sosok itu membuat Jeongguk canggung sendiri.