---
Yoongi berlari secepat mungkin setelah dia turun dari bus yang di tumpanginya menuju rumah Jeon bersaudara yang nampak begitu lengang. Kemana si sulung?
Dia menggedor pintu reyot itu dengan brutal, tidak peduli lagi kalau sampai pintu itu akan rusak karena tindakan bar-barnya. Yang ada di otaknya sekarang hanya segera menemui Seokjin dan memberitahu anak remaja itu kalau adiknya sekarang sedang berada di rumah sakit karena menjadi korban tabrak lari. Kondisinya parah. Dia mengalami pendarahan cukup serius di bagian kepalanya. Yoongi yang menjadi saksi mata dan dia terus merutuki dirinya karena terlambat menolong bocah itu. Harusnya, saat itu dia bisa lebih mempercepat laju larinya. Salahkan saja bentuk kakinya yang pendek.
"Aish, kemana dia? Disaat genting seperti ini dia malah tidak ada dimanapun. Atau sudah ada orang lain yang memberi tahunya, ya?"gumamnya pada dirinya sendiri sembari mengusap wajahnya kasar karena tidak bisa menemukan Seokjin di rumah itu. Dia harus mencari Seokjin dimana.
"Ah, ini dia. Tempat katering ini tidak begitu jauh dari sini. Aku harus segera kesana."gumam Yoongi lagi kala mendapatkan sebuah petunjuk dari notes kecil yang di ganjal oleh sebuah batu di atas kursi kayu yang ada disana lalu segera beranjak menuju tempat yang selanjutkan ia tuju. Katering nyonya Ahn. Letaknya dua blok dari rumah Jeon bersaudara.
Sesampainya disana, dia langsung mendekati seseorang yang tengah menyapu halaman yang tampak terkesiap akan kehadiran Yoongi yang begitu tiba-tiba. Bahkan pria itu dengan terang-terangan menatap penuh curiga kearahnya membuat Yoongi mendengus samar. Bukan saatnya untuk tersinggung. Dia harus secepatnya menemui Seokjin.
"Ah, tuan maaf mengganggu. Aku hanya ingin bertanya satu hal. Apakah di tempat katering ini memiliki pegawai bernama Jeon Seokjin?"tanyanya dengan nada bicaranya yang dia buat seramah mungkin, tatapan penuh kecurigaan itu perlahan menghilang lalu bergantu dengan raut cemasnya membuat dahi Yoongi mengerut heran.
"Iya, nak. Disini memang memiliki pegawai baru bernama Jeon Seokjin. Tetapi, dia sedang tidak ada disini, nak. Dia baru saja di bawa anak majikanku menuju rumah sakit."
Manik kecil Yoongi membulat. Bibirnya menganga. Seokjin masuk rumah sakit? Kenapa?
"B-bagaimana bisa? Dia sakit apa, tuan?"tanya Yoongi tak sabar, dadanya bergemuruh tak tenang. Mengapa hari ini dia dihadapkan berbagai macam kejadian buruk dari sepasang saudara kandung?
"Aku tidak tahu pasti. Yang jelas, dia sempat tak sadarkan diri di kamar mandi dengan bagian kausnya yang dipenuhi noda darah dan keringat. Sepertinya dia mengidap penyakit serius. Mungkin sekarang tengah di tangani. Ehm, maaf kalau aku lancang. Apakah kau mengenalnya, nak?"
Yoongi mengangguk kecil, rautnya menyiratkan kesedihan dan rasa prihatin."iya, tuan. Keduanya adalah tetanggaku. Sebenarnya aku kemari ingin bertemu dengan Seokjin dan memberitahukannya tentang adiknya yang menjadi korban tabrak lari di pusat kota dan sekarang masih di tangani para medis. Kondisinya cukup parah. Tapi, aku malah mendapatkan kabar buruk lainnya. A-aku tak tahu harus bagaimana lagi..."
Tubuh kurus pemuda pucat itu meluruh di tanah membuat pria itu panik dan semakin parah kala Yoongi menangis terisak. Ini sangat aneh bagi Yoongi. Dulu, saat dirinya harus kehilangan kedua orangtuanya karena sebuah kebakaran yang di alami mereka di kampung halamannya dia tidak sesedih ini. Tetapi untuk kedua orang itu, hatinya begitu sakit. Dadanya luar biasa sesak. Ada apa dengannya. Apakah rasa empatinya pada sang Jeon bersaudara begitu besar?
"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit. Ayo, kita ke rumahku. Dekat kok dari sini untuk mengambil motor bebekku. Kita akan cepat sampai jika menggunakan itu."Yoongi hanya bisa mengangguk lemah dan mengekori pria itu menuju rumahnya untuk mengambil motor bebek yang akan membawa mereka menuju rumah sakit. Dia berhutang banyak pada pria baik hati itu.