Chap.4
Katanya, hari ini Jeongguk sudah diperbolehkan pulang dan keluarganya mengadakan acara kecil-kecilan di rumah. Sebagai tanda syukur atas membaiknya kondisi si bungsu Jeon. Keluarga Kim tentu saja di undang bahkan si bubun menyodorkan diri sebagai seksi sibuk yang hanya di tanggapi kekehan kecil nyonya Jeon.
Taehyung ikut membantu, walaupun hanya bertugas untuk memotong bawang dan sayuran. Oh, iya. Tunangannya si sulung Jeon juga turut hadir dan nampak akrab sekali dengan nyonya Jeon dan tak jarang pula si bubun ikut menimpali candaan membuat Taehyung merasakan panas di dadanya dan memilih beranjak pergi dengan dalih ingin menemani Jeongguk yang tengah asyik bersantai di gazebo yang ada di halaman samping.
Taehyung memang kesana. Berjalan ringan mendekat kearah Jeongguk yang lagi-lagi terlihat sibuk membaca. Terlihat begitu fokus sampai tidak sadar kalau kacamata yang dikenakannya melorot. Taehyung mendengus geli melihatnya lalu memberikannya tepukan pelan di bahu. Jeongguk berjengit lalu tersenyum kecil kearahnya."kenapa kesini?"
Taehyung mengerut,"kenapa emangnya? Engga boleh?"si manis malah balik bertanya membuat Jeongguk mendengus geli,"ya, engga apa. Cuma heran aja. Engga jadi bantuin para mama di dapur?"
Taehyung menggeleng, wajahnya di tekuk,"udah ada kak Jisoo disana. Akunya jadi bosan. Lebih baik kesini, temani kamu baca?"
Jeongguk tersenyum mendengarnya. Si bungsu Kim tengah cemburu dengan calon kakak iparnya. Dadanya berdesir sakit walau sedikit."oh, gitu. Yaudah duduk disini. Samping aku. Mau ikut baca? Ceritanya seru loh. Sad story gitu."
Taehyung menggeleng."aku engga suka baca novel apalagi pake bahasa asing. Kepalaku suka migrain. Ehehe."Jeongguk tergelak mendengarnya,"serius? Ya ampun, ada-ada aja kamu tuh. Yaudah, mau aku bacain engga?"
"Boleh, tapi mending di ceritain aja deh. Garis besarnya aja gitu. Soalnya aku suka migrain juga walaupun cuma ngedengerin cerita panjang."katanya lagi, dan lagi-lagi Jeongguk tergelak karenanya.
"Ahaha, iya deh. Aku ceritain garis besarnya, ya? Jangan tidur loh ya..."
Taehyung mendengus namun tetap mengiyakan. Memilih berbaring dan menempatkan kepalanya di atas pangkuan Jeongguk yang kini membeku di tempatnya."loh kok diam? Katanya mau cerita... ayo, cerita. Aku dengerin kok. Hm, paha kamu empuk, ya. Aku kira bakal sakit. Abis kamu keliatan kurus banget sih. Nyaman..."lenguhnya pelan seraya memejamkan matanya. Jeongguk masih terpaku. Jantungnya berdegub dengan kerasnya, seakan ingin meledak. Kedua pipinya bahkan terasa panas sekarang. Oh, tidak Taehyungienya terlalu dekat...
"Taehyung..."
"Ssst, diam Jeonggukie. Aku mau tidur, ngantuk."sekarang jemari telunjuknya yang begitu lentik bertanggar di belah bibirnya membuat Jeongguk tercekat. Astaga, Jeongguk benar-benar tidak kuat.
"Astaga, Jeonggukie mimisan?!"
Seruan panik mama Jeon menyentak keduanya hingga Taehyung terjatuh dengan tidak elitnya. Jeongguk meringis dan segera menolongnya untuk bangun. Taehyung hendak mengomeli bocah aneh itu namun urung. Jeongguk tampak kepayahan menyeka lelehan darah yang mengalir deras dari kedua lubang hidungnya.
Oke, Taehyung mulai panik sekarang. Yang lainnya ikut mendekat kearah mereka. Seokjin memilih memapah adiknya masuk ke dalam namun baru lima langkah Jeongguk malah nyaris ambruk jadi si sulung Jeon memutuskan untuk menggendongnya di punggung. Jeongguk terlalu lemas untuk mengajukan protesan. Ia meminta di baringkan di ruang tengah lalu terdengar ringisan lirih dari belah bibirnya yang memucat. Papa Jeon bertindak cepat, menghubungi dokter Kang untuk segera menangani putra bungsunya. Mama Jeon sudah menangis seraya menyeka lelehan darah mimisan Jeongguk dengan lap basah dan mengeringkannya dengan handuk kecil. Memberi usapan hangat pada dada si bungsu Jeon yang mulai tampak kepayahan meraup udara. Seokjin kembali entah dari mana dengan sebuah tabung oksigen portable dan selangnya langsung dipasangkan di kedua lubang hidung Jeongguk yang jalur nafasnya mulai berangsur normal membuat mereka yang ada disana cukup merasa lega.
Dokter Kang datang tak lama setelahnya. Langsung memeriksa kondisinya dengan seksama lalu mengajak papa Jeon untuk berbincang serius di ruang kerjanya. Jeongguk jatuh tertidur setelah di berikan obat pereda sakit. Masih tetap di ruang tengah. Semuanya tidak sampai hati untuk memindahkan walaupun disana begitu tidak nyaman. Taehyung memperhatikannya dari kejauhan. Tangannya terus bergetar setelah kejadian itu. Ini pengalaman pertamanya melihat si bungsu Jeon mengalami colleps dan itu sangat menakutkan. Bagaimana jika tadi mama Jeon tidak datang kesana? Jeongguk mungkin...
Astaga, Taehyung takut sekali...
"Ssst, tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja. Jeongguk sudah baik-baik saja sekarang."itu suara abangnya. Taehyung membalik badannya, memeluk tubuh abangnya erat-erat lalu setelahnya hanya terdengar isakan lirih dari belah bibirnya. Merapalkan nama Jeongguk berulang-ulang.
"Aku takut sekali, Jeongguk. Takut kamu ninggalin aku..."
.
.
Jam berdenting. Sudah pukul 3 pagi dan selama itu pula Taehyung tak kunjung memejamkan matanya. Ia masih mengkhawatirkan kondisi Jeongguk. Kata kak Jisoo kalau kondisi Jeongguk semakin menurun, dia akan kembali di rujuk untuk di rawat di rumah sakit lagi. Itulah yang membuat Taehyung takut. Ingin menginap tapi mama Jeon memintanya untuk pulang karena besok harus pergi sekolah dan kakaknya bilang kalau kondisi Jeongguk saat ini sudah berangsur membaik. Jeongguk juga sudah siuman dan seharusnya Taehyung merasa lega karenanya bukan uring-uringan seperti ini...
"Ck, besok pagi-pagi sekali aku akan pergi ke rumahnya. Aku ingin melihatnya dengan mata kepalaku sendiri kalau kondisinya memang sudah membaik."putusnya lalu mulai terpejam dan jatuh terlelap setelahnya.
.
Jam wekernya berbunyi nyaring membuat Taehyung mengerang kesal sebelum akhirnya beringsut untuk beranjak bangun. Menguap sebentar dan menggelung surai panjangnya asal. Menyeret langkahnya memasuki kamar mandi untuk bersiap pergi ke sekolah. Selesai bersiap, dia bergegas keluar kamar. Menuruni tangga dengan cepat dan menyambar setangkup roti tawar setelah meneguk setengah bagian susu vanilanya lalu setelahnya berpamitan untuk berangkat. Berjalan cepat menuju rumah seberang dan langsung di sambut oleh bibi Ahn, salah satu maid disana. Mempersilahkannya untuk masuk dan di tawari untuk sarapan bersama. Taehyung hanya menampilkan senyuman segan. Berjalan menuju ruang makan lalu menghela nafas penuh kelegaan kala mendapati sosok Jeongguk yang bergabung disana walaupun terlihat begitu lemas. Nasal canula masih terpasang apik di hidungnya.
"Selamat pagi, Taehyungie..."
Untuk pertama kalinya, Taehyung membalasnya dengan cengiran lebar. Melangkahkan kakinya dengan lebar dan menerjang tubuh lemah itu dengan sebuah pelukan. Cukup erat. Pipi pucat nan tirus itu ia tangkup. Ia pandangi lamat-lamat sebelum akhirnya ia membubuhkan kecupan disana. Bibirnya bergetar, matanya memanas."syukurlah...syukurlah kau baik, Jeongguk. Syukurlah..."ucapnya berulang kali. Dengan nada basah. Jeongguk terpaku. Ia tercekat. Bingung harus merasa bahagia atau sedih.
"Taehyungie..."
Belah bibirnya di kecup lagi. Manik kucing nan indah itu berkaca-kaca."ssst, kau tidak perlu mengatakan apapun. Aku hanya ingin memastikan kalau kau dalam keadaan baik dan syukurlah kau sudah membaik. Kau tahu, aku takut sekali kemarin. Entah kenapa. Dan kini, aku lega sekali. Oh, ya ampun bahkan aku tidak sadar kalau sedari tadi aku menangis..."ia menyeka lelehan air matanya dengan cepat, tersenyum kecil kearah Jeongguk yang malah termangu. Dadanya sesak namun terasa menyenangkan.
"Baiklah, sudah waktunya aku untuk pamit. Aku harus pergi ke sekolah dan maaf karena telah mengganggu waktu sarapan kalian."katanya kikuk, baru sadar akan tingkahnya yang kelewat konyol. Ia malu sekali sekarang. Mereka hanya menanggapinya dengan senyuman penuh pengertian dan di kembali di tawari untuk sarapan. Taehyung menolaknya dengan halus, mengatakan kalau ia sudah sarapan sebelumnya. Ia benar-benar beranjak pergi setelahnya karena sudah nyaris terlambat. Papa Jeon dan Seokjin menawarkan diri untuk mengantar namun lagi-lagi Taehyung menolak. Ia memilih naik bus saja.
Oh, iya sampai lupa. Taehyung sempat mendapatkan kecupan singkat di pipi dari Jeongguk. Penyemangat hari katanya. Sialan, Taehyung malu sekali. Rasa panas di pipinya bahkan masih terasa. Jeon Jeongguk sialan!
"Aku benar-benar membencimu, Jeongguk. Kenapa kau manis sekali, astaga..."
Ya, kita biarkan Taehyung dan Jeongguk larut dalam euphoria pagi ini...
.
.
Bersambung