Only Yours

139 5 0
                                    

Chap.1

"Tumben semangat banget. Biasanya ogah kalau keluarga Jeon ngundang buat makan malam bersama."seloroh Namjoon sembari bersandar pada kusen pintu kamar sang adik yang kini menampilkan cengiran lucu. Taehyung tampak berkali-kali lipat lebih manis dengan dress fushia berwarna lembut yang kini di kenakannya, riasan tipis dan juga surai karamel panjangnya yang ia tata dengan tatanan sederhana. Hh, andaikan Taehyung bukan sekandung dengannya sudah lama ia pacari. Astaga, apa yang aku pikirkan. Bathin Namjoon seraya meringis. Mencoba menepis pikiran aneh yang selalu hinggap di otak jeniusnya.

"Harus dong, bang. Kan mau ketemu calon."katanya dengan tawa malunya. Kedua pipinya di hiasi rona merah yang samar membuat Namjoon mengerut heran. Bingung akan perkataan adiknya barusan."calon apaan?"

Si manis merengut,"ish, masa iya abang engga tahu. Aku mau di jodohin bang sama anaknya papa dan mama Jeon. Itu lho yang bahunya lebar. Senior abang di rumah sakit kan?"

Kerutan di dahi Namjoon semakin dalam."hah? Mas Seokjin maksud lo? Ya ampun, dek. Ya engga lah. Ya, kali. Dia kan udah--"

"Ck, lama banget sih kamu dek? Ini lagi bujang satu, dandan lama banget. Kamu mau cari perawan atau perjaka sih bang? Ayo cepet kalian turun. Kasihan loh ayah hampir lumutan nunggu kalian."akhirnya obrolan mereka terhenti begitu saja kala sang ratu keluarga Kim menitahkan agar keduanya segera beranjak turun ke lantai bawah karena mereka sudah harus segera berangkat jika tidak ingin datang terlambat.

"Buru-buru amat sih, bun. Orang rumahnya aja cuma di seberang."kata Namjoon dengan nada malasnya dan dibalas cubitan pelan di lengannya dari sang bubun."sst, bawel deh si abang. Pantas saja jomblo menahun."si sulung Kim mencebik mendengarnya, memilih berjalan beriringan dengan sang ayah yang sibuk menahan tawanya."ketawa saja yah, Joonie engga papa kok. Joonie kuat kok, kan anak bus Tayo."

"Hey, jaga ucapan anda ya tuan muda Kim. Anda itu yang melahirkan saya, Kim Miyoung."sang bubun mengajukan protes dengan bersungut-sungut. Namjoon tersenyum bodoh sebagai tanggapan membuat Taehyung menggelengkan kepalanya dan memilih menjauh dari sang bubun yang sibuk memberikan pukulan sayang di lengan serta bokong kakaknya berulang kali. Mengamit lengan kokoh Kim Seojoon yang langsung menyambutnya dengan senyuman lembutnya. Keduanya berjalan ringan menuju rumah sang calon besan. Mengetuk pintunya pelan dan langsung di sambut ramah oleh sosok kurus yang tampak tampan sekali malam ini.

"Selamat datang, tuan, nona Kim."sambutnya dengan nada kelewat sopan, Seojoon tersenyum kecil dan menggiring sang putri menuju ruang makan, mengekori si bungsu Jeon yang tadi menyambut mereka. Disana nyonya Jeon tengah sibuk menata makanan bersama salah satu maidnya. Di susul oleh dua pria tampan yang ikut bergabung. Tuan Jeon beserta si sulung, Jeon Seokjin yang memakai stelan jas yang serupa dengan yang di kenakan si bungsu dan berwarna senada dengan sang nyonya yang memakai dress hitam panjang dengan potongan sederhana namun cukup memancarkan aura kecantikannya.

"Ah, sudah sampai rupanya. Selamat datang di rumah kami..."sambut sang nyonya Jeon pada mereka yang langsung di persilahkan untuk duduk di kursinya masing-masing. Taehyung sedikit merasa kecewa karena tidak mendapati tempat di samping si sulung dan malah bersebelahan dengan si bungsu yang kini tersenyum kelewat lebar dan hal itu membuatnya jengah. Pemuda itu bahkan terus menawari diri untuk menyiapkan makanan untuknya namun langsung Taehyung tolak. Toh ia bisa melakukannya sendiri.

Acara makan malam kali ini berjalan lancar. Dan kini mereka tengah menikmati hidangan pencuci mulut sembari membuka obrolan ringan. Kebanyakan para tuan dan nyonya yang saling melempar obrolan dan para sulung juga karena memang mereka teman dekat. Tidak dengan para bungsu yang malah memilih diam. Taehyung sih, kalau si bungsu Jeon malah terus mencoba menarik atensinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Ya, sejenis kegiatan di sekolah. Wajar sih si bungsu Jeon menanyakan hal seperti itu mengingat pemuda itu tidak pernah sekalipun merasakan masa-masa indah bersekolah di sekolah formal biasa. Si bungsu Jeon memang selalu home schooling, entah alasannya apa. Taehyung tidak begitu peduli. Sedari tadi, Taehyung memilih mengacuhkannya. Sibuk memandangi wajah rupawan si sulung dari jarak dekat seperti itu membuat perutnya tergelitik. Taehyung benar-benat yakin sekarang. Taehyung memang menyukai pemuda tampan itu.

"Kapan ya mereka akan memberitahukan rencana perjodohannya?"

Taehyung melirik kearah sang bubun yang masih asyik bergosip bersama nyonya Jeon di seberang sana. Ayahnya juga begitu. Kakaknya juga. Pipinya mengembung. Taehyung benar-benar tidak sabar untuk mendengar kabar baik itu secara langsung. Itu lebih menarik ketimbang menanggapi obrolan tak mutu dari pemuda kurus di sampingnya itu.

"Ehm, apakah tidak ada hal penting yang ingin kalian bicarakan dengan kami?"kata Taehyung tiba-tiba. Sedikit merutuk namun mencoba tak memperdulikannya. Sudah terlanjur basah, pikirnya. Semua atensi yang ada di sana teralih penuh padanya. Dadanya berdebar kala tidak sengaja beradu pandang dengan manik kelam milik si sulung Jeon. Pipinya memanas.

Para orang tua langsung tertawa kering dan sang tuan Jeon berdeham sejenak.

"Bisa kita pindah tempat? Sepertinya mengobrol di ruang keluarga terdengar lebih pas untuk berbincang."usulnya yang langsung di angguki yang lainnya. Mereka semua beranjak menuju ruang keluarga dan lagi-lagi Taehyung berakhir duduk di samping si bungsu Jeon membuatnya memberengut, nyaris mendorong tubuh kurus itu untuk pindah jika Namjoon tidak langsung memberikan tatapan peringatan padanya. Taehyung mencebik, merutuki si sulung Kim dalam hatinya dan mendelik tajam kearah si bungsu Jeon yang kini tertunduk dalam seraya memainkan ujung jas yang di kenakannya. Taehyung mendengus samar melihatnya. Entah kenapa ia benar-benar tidak menyukai pemuda itu. Mungkin karena penampilannya yang aneh. Taehyung membenarkan pemikirannya itu.

"Oke. Bisa kita mulai pembicaraan ini?"kata tuan Jeon mengawali perbincangan, semua yang ada disana mengangguk mengiyakan. Pria berkulit pucat itu tersenyum kecil lalu mempersilahkan sang istri untuk melanjutkan."seperti yang sudah kami sepakati dengan tuan dan nyonya Kim, kami memutuskan untuk merealisasikan janji masa lalu kami di masa sekarang. Kami akan menjodohkan anak kami masing-masing dengan tujuan untuk mempererat hubungan di antara kedua belah pihak."

Taehyung tidak bisa menahan senyumnya. Manik cantiknya mengarah lurus pada si sulung Jeon yang terus memaku pandang kearah ibunya dengan seksama. Dada Taehyung bergemuruh lagi. Tidak sabar mendengar kelanjutannya. Ini adalah malam paling bersejarah sepanjang hidupnya.

Si bungsu Jeon menyadari itu dan itu membuat dadanya terasa sesak. Sudut hati terdalamnya berdenyut sakit. Kepalanya semakin tertunduk. Ia tidak sanggup mendengar kelanjutan perbincangan ini...

"Berhubung putra sulung kami sudah terikat hubungan dengan kekasihnya setahun lalu dan rencana pernikahannya akan di laksanakan akhir tahun nanti, jadi kami memutuskan untuk menjodohkan putra bungsu tercinta kami dengan putri bungsu keluarga Kim..."

Senyum Taehyung memudar perlahan. Manik cantiknya melebar, membeku di tempatnya. Menatap nanar kearah si bungsu Jeon yang membalasnya dengan tatapan sendunya. Bibir tipis nan pucat itu menggumamkan kata maaf tanpa suara.

Taehyung tidak bisa menerima ini semua...

"Hey, Taehyungie. Kamu mau kemana sayang? Haduh anak itu..."gerutu Miyoung seraya memberi isyarat pada Namjoon untuk menyusul adiknya dan si sulung langsung menurutinya. Beranjak cepat keluar rumah untuk menyusul sang adik yang sudah di pastikan merajuk itu. Tak lama setelahnya, kedua orangtuanya memilih undur diri. Mereka akan membicarakannya dengan Taehyung setelah ini. Salah mereka tidak menjelaskan secara rinci dan hanya memberikan penjelasan yang tak terlalu jelas dan wajar jika Taehyung salah paham. Memohon maaf atas sikap tidak sopan Taehyung barusan. Sang empu rumah hanya tersenyum penuh pengertian. Cukup memakluminya. Hanya saja sedikit tak enak hati pada si bungsu yang secara tidak langsung telah di tolak dan sedari tadi hanya tertunduk untuk menyembunyikan raut sedihnya.

"Maafkan mama, Jeonggukie..."

.

.

Bersambung

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang