---
Chapter. 02
.
.
Alih-alih memberi tanggapan, Taehyung malah terpingkal hingga tubuhnya membungkuk ke depan dan membuat si tampan Jeon mengerutkan dahinya tak suka. Menatap aneh kearah Taehyung yang tidak hentinya terkekeh geli di depannya seolah ia baru saja melontarkan lawakan garing, bahkan sampai mengeluarkan air mata yang malah semakin menguatkan spekulasinya. Ada hal yang memang di sembunyikan Taehyung dari dirinya maupun yang lain. Ia hanya harus mencari tahu apa itu. Benar, kan?
"Aku tidak melawak, hyung dan berhentilah tertawa. Ini semua tidak lucu, tahu."kata Jungkook dengan wajah selempeng papan, menutupi dengan baik raut wajah dongkolnya. Masih kesal dengan tingkah menyebalkan si manis Kim. Taehyung kembali tak menanggapi, memilih menyeka bulir air mata yang meluruh begitu saja di kedua pipinya. Terkekeh kecil sebentar lalu berdeham pelan. Menarik nafas dalam dan menatap Jungkook yang masih menatapnya dengan tatapan menuntut yang nampaknya akan sulit untuk berkilah. Ia tidak memiliki pilihan lain selain menjelaskan semuanya secara rinci padanya. Kembali menarik nafas sebelum akhirnya mendekat kearah Jungkook dan meraih salah satu lengannya untuk ia genggam, menggiringnya menuju rooftop dan duduk bersisian disana. Menatap langit pagi hari yang terlihat begitu cerah.
Taehyung kembali menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Memberi usapan lembut nan singkat di permukaan perutnya yang mengembung sebelum akhirnya menghadap kearah Jungkook yang kini juga menghadap kearahnya, menatapnya dalam. Taehyung mengulum senyuman.
"Jadi, kau mau aku ceritakan dari bagian mana?"kata Taehyung, masih membalas tatapan Jungkook yang kini tampak menimbang di depannya. Pemuda itu berdeham sejenak sebelum akhirnya melontarkan balasan singkat,"semuanya. Rinci dan jelas."
Taehyung menghela nafas pelan. Sesuai dugaannya. Jeon Jungkook memang sangat keras kepala. Huft.
"Hm, baiklah."gerungnya pelan sembari membenarkan posisi duduknya hingga terasa nyaman baginya dan dua gumpalan nyawa kesayangannya. Posisi bersila yang kini menjadi favoritnya. Mengerung sejenak sebelum akhirnya mulai bercerita. Menceritakan segalanya sesuai dengan apa yang Jungkook minta hingga bermenit-menit kemudian hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Taehyung sudah selesai bercerita dan mulai mengeluh karena rasa lapar yang menderanya. Ia baru ingat kalau sejak tadi belum menyantap apapun untuk asupan hariannya. Ia harus bergegas untuk membuat sarapan instan namun mengenyangkan, namun baru saja mencoba beranjak dari duduknya, pergerakannya di tahan Jungkook. Pemuda itu memintanya untuk tetap disana dan tentu saja mendapatkan protesan keras darinya. Oh, ayolah kenapa bocah itu suka sekali berbuat seenaknya. Tidak iba kah ia pada calon ibu yang lemah macam Taehyung? Dan lagi, anak-anaknya juga butuh makan untuk tumbuh sehat, tahu!
"Kalau tidak terlalu penting, lebih baik aku pergi saja. Aku sangat lapar, Jeon. Anakku butuh makan!"semburnya karena rasa jengkel yang sedari tadi di tahannya. Sudah muak dengan tingkah Jungkook yang hari ini benar-benar menguras kesabarannya. Benar-benar menyebalkan! Ah, perutnya mulai kencang lagi. Ya, buah memang selalu jatuh tak jauh dari pohonnya. Ayahnya menyebalkan, ya anaknya pun begitu. Ck.
"Mereka juga anakku, hyung kalau kau lupa."katanya dengan nada enteng membuat Taehyung menatapnya tak percaya. Apa-apaan itu? Seenaknya saja mengklaim kalau dua kacang kecil kesayangannya itu miliknya. O-oh, adakah yang lebih sialan dari makhluk bongsor satu itu!? Aish, lama-lama Taehyung bisa gila di buatnya.
"A-apa kau bilang? M-mereka anakmu?! O-oh, keterlaluan sekali. Aku bahkan yakin kalau kau tidak akan ingat secara detail dengan apa yang terjadi hari itu. Iya, kan?"sindirnya sinis, terkekeh pahit setelahnya. Ini benar-benar bukan hal yang mudah, kau tahu?
Jungkook menarik nafas berat. Tidak menampik apa yang di lontarkan Taehyung barusan karena begitulah kenyataannya. Ia berada di bawah pengaruh alkohol saat itu. Yang ia ingat hanyalah dirinya dan Taehyung berada di tempat yang sama dengan keadaan tak terlapisi satu benangpun, saling merengkuh satu sama lain, dan Taehyung yang setelahnya mengurung dirinya di kamar mandi. Yang lebih dari itu, ia sama sekali tidak mengingatnya. Atau mungkin hanya tersisa bayang samar yang sama sekali tidak membantu. Melirik Taehyung yang sibuk mondar-mandir sembari mengusap perutnya yang tampak menggemaskan. Bayi-bayinya tumbuh baik di dalam sana, dan entah mengapa membuat perasaannya membuncah senang. Merasakan atmosfir menyenangkan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Inikah yang di rasakan para ayah kala sebentar lagi akan kedatangan tamu istimewa, makhluk mungil menggemaskan nan suci? Oh, Tuhan Jungkook rasanya ingin menangis saja. Ia akan di panggil dengan sebutan appa di usia ke 24. Tapi, jujur saja, ia tidak sabar untuk itu.
Perasaan semenyenangkan ini..., Jungkook ingin merasakan hal itu selamanya...
.
Beranjak dari duduknya dan menghampiri Taehyung sebelum akhirnya membawanya dalam rengkuhan hangat hingga setelahnya mengambil posisi berjongkok menghadap perut Taehyung sebelum akhirnya menempelkan sebelah wajahnya disana. Entah benar atau tidak, ia mendengar suara degub jantung lainnya selain milik Taehyung sendiri, sekali pun samar. Hatinya terasa begitu hangat hingga tidak bisa menahan rasa haru dalam dirinya. Ia menangis selayaknya balita yang tidak di belikan mainan. Mengecupi gumpalan gemas itu berulang kali, membisikkan kata-kata yang membuat Taehyung ikut larut akan euphoria yang ada. Keduanya menangis bersama, meluapkan segala perasaan yang bertumpuk di rongga dada. Kembali saling merengkuh hingga beberapa saat sampai bunyi ribut yang berasal dari perut Taehyung menginterupsi momen manis itu, dan membuat Jungkook berdecak sebal seketika. Taehyung meringis kecil, menatap Jungkook yang kini masih memasang wajah cemberut. Ia tersenyum kecil, menangkup wajah Jungkook dengan kedua belah telapak tangannya. Mata sembabnya menatap teduh Jungkook yang juga melakukan hal serupa,"anak-anakmu lapar. Bisakah ayah Kookie membuatkan makanan yang lezat untuk kami?"
Jungkook mengerjap. Memasang wajah pongo yang tampak menggelikan dan menggemaskan secara bersamaan. Taehyung terkekeh kecil, bahkan dengan seenaknya memberi kecupan ringan di pipi kanan Jungkook yang masih mematung di depannya. Belah bibirnya mengerucut lucu,"ayah, kami lapar~"
Dan, setelahnya barulah Jungkook tersadar dan mengangguk kecil. Meraih tangan Taehyung dan merematnya lembut, menggiring Taehyung dengan langkah pelan menuju pintu keluar dan memintanya duduk manis di ruang makan, mengundang tatapan tanya dari Hyungdeul yang melihatnya. Merasa aneh akan tingkah kedua anggota termuda mereka yang sebelumnya tampak saling menjauhi layaknya musuh dan kini malah terlihat seperti layaknya sepasang pasutri yang tengah menantikan kehadiran si buah hati, dan pemikiran barusan membuat Seokjin maupun Yoongi bergedik ngeri. Tidak bisa membayangkan kalau hal itu sampai terjadi.
Oh, ayolah sekali pun Taehyung itu secantik Lady Diana, ia masihlah seorang pria tulen. Jadi, tidak mungkin mereka menikah apalagi memiliki anak. Ini bukan cerita fiksi abal, ya. Ini realita, men. Kenyataan!
Keduanya serempak melirik kearah Namjoon yang malah sibuk cengengesan di samping Hoseok yang sudah heboh merekam bersama Jimin. Ketiganya terkikiki nista seperti sekumpulan fudanshi yang haus asupan. Oh, astaga, sepertinya Seokjin butuh aspirin segera. Ia benar-benar lelah menghadapi kelakuan ajaib adik-adiknya yang sudah tidak ada obatnya. Hm, untung sayang.
"Hh, sebaiknya aku segera menemui Bang PD dan mengajukan surat pengajuan dan pensiun dini."katanya sambil lalu membuat yang mendengarnya mematung di tempatnya sebelum erangan penuh rasa frustasi memenuhi dapur. Tidak rela kalau sampai si tetua meninggalkan mereka hanya karena tidak sanggup menghadapi tingkah mereka :(
"No! Hyung, jebal~"seru mereka serempak. Tidak terkecuali para maknae yang kini sibuk meratapi nasib. Aish, bagaimana nasib mereka jika Seokjin hyung sampai tidak ada. Tolong, katakan kalau itu semua hanyalah bualan belaka :(
.
.
Lagi? Vomentnya jangan lupa dong. Hehe
Gomawo (: