---
"Kau benar-benar yakin untuk menyetujui kerja sama itu ? Hosiki, bekerja sebagai badut penghibur di sebuah taman rekreasi itu bukan hal mudah apalagi dengan kondisimu yang kadang naik turun. Aku hanya tidak mau kau kembali drop nantinya, Min Hoseok."
Ini sudah entah ke berapa kalinya Seokjin berkata seperti itu, terus membujuk Hoseok agar membatalkan kerjasama dengan Kihyun--kenalan Kyungsoo di kampus--untuk menjadi badut penghibur tambahan di sebuah taman rekreasi yang memang tengah mencari pegawai baru. Padahal, Seokjin jelas-jelas tahu apa jawaban Hoseok.
"Aku tidak bisa membatalkannya, apapun itu alasannya. Ini semua demi kita, hyung. Upah yang akan aku terima lebih dari cukup untuk membantumu melunasi biaya kuliah dan sekolah Gukie dan kebutuhan sehari-hari serta menambah tabunganku untuk biaya operasiku nanti."ujarnya, sama persis seperti tadi malam tanpa ditambahkan apalagi dikurangi membuat Seokjin menghela nafas kasar dan berniat mendebatnya lagi namun kala matanya melihat mata sang sahabat berkaca-kaca ia urungkan.
"Baiklah, kau menang kali ini. Terserah apa maumu. Namun jika terjadi apa-apa padamu, jangan salahkan aku."ujar Seokjin dengan nada bicara yang tidak pernah digunakannya pada Hoseok yang kini menatapnya sendu. Airmata yang sejak tadi memupuk dipelupuk matanya, luruh sudah. Mulai menggumamkan kata maaf berulang-ulang.
"Maafkan aku, hyung. Aku hanya tidak mau terus-terusan membebanimu dengan segala masalahku. Aku hanya ingin meringankan beban yang kau tanggung sendirian selama ini.."Hoseok semakin terisak di meja makan, terdengar jelas ditelinga Seokjin yang kini bersembunyi di kamar mandi. Dia tidak ingin sahabatnya itu melihat dirinya menangis karena rasa ibanya lagi. Itu hanya akan menambah kesedihan Hoseok. Dia tidak ingin Hoseok bersedih, walaupun rasanya sulit sekali.
"Maafkan aku yang malah membuatmu bersedih, Hosiki. Aku hanya mengkhawatirkan kondisimu. Aku takut kau meninggalkanku dan Gukie seperti kedua orangtua kami. Hanya kau yang tersisa. Hanya kau yang kami punya, Hoseok-ah. Mengertilah kalau kami tidak bisa hidup tanpamu..."
.
.
Hoseok tetap bersikeras untuk bekerja sebagai badut penghibur di taman rekreasi. Sekarang dia baru saja mengganti kemeja biru muda dan celana jeans belel yang dikenakannya dengan kostum kuda bermasker berwarna biru keunguan.
Setelah atributnya selesai dipasang, dia siap menghibur anak-anak yang berkunjung kesana. Mencoba menggerakkan tubuhnya dengan gerakan riang membuat anak-anak manis nan lucu itu memekik kesenangan. Beberapa diantara mereka bahkan mengikuti gerakan Hoseok versi mereka sendiri menambah atmosfir disekeliling mereka menjadi penuh dengan keceriaan. Saking senangnya Hoseok menghibur mereka, dia sampai tidak menyadari kalau cairan merah pekat mengalir keluar dari hidungnya. Dan sepenuhnya mengabaikan kepalanya yang berdenyut sakit, walaupun rasa sakit itu terus bertambah disetiap detiknya.
Dia masih menggerakkan tubuhnya riang, masih tersenyum simpul walaupun wajahnya kini sudah seputih kertas dibalik kostum lucu yang dikenakannya itu. Hoseok berani bertaruh, anak-anak kecil itu pasti akan berlari ketakutan jika mereka tahu bagaimana penampakan Hoseok sekarang dengan wajah seputih kertas dan lelehan darah yang terus mengalir dari hidungnya yang mengotori sebagian kaus putih tipis yang dikenakannya sekarang.
Semakin lama, gerakan tubuhnya semakin melambat dan terhenti membuat anak-anak kecil itu mendesah kecewa dan mulai merengek sembari menarik-narik kedua tangannya membuat Hoseok semakin kehilangan keseimbangan dan terhuyung, nyaris jatuh jika tidak ada Seokjin yang sejak tadi mengawasinya dari kejauhan. Dengan cepat membuka penutup kepala Hoseok lalu meringis melihat keadaan Hoseok yang memprihatinkan dan mendengus samar kala sahabatnya itu masih saja sempat-sempatnya melengkungkan senyumannya sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya di pangkuan Seokjin yang kini meneriaki namanya dengan nada frustasi.