---
"Ah, kau sedang apa? Kenapa kau berkemas? Kau ini baru saja siuman kemarin malam, bukan? Jadi, kembali ke ranjangmu dan berbaringlah."
Itu Sehun yang baru saja sampai di ruang inap Hoseok dan mendapati sang empu ruang rawat itu tengah sibuk mengemasi barang-barangnya yang tidak seberapa itu kedalam tas bututnya, Hoseok terdiam membuatnya gemas dan menarik pergelangan tangannya lalu menuntunnya untuk kembali menempati ranjang rawatnya dan membantunya berbaring. Hoseok masih bergeming, seolah enggan untuk buka suara.
"Kau harus banyak istirahat, Seok. Agar kondisimu lekas pulih. Oh iya, Hyungwoon tadi mengirimiku pesan, dia juga akan datang menjengukmu bersama Taemin. Entah, itu benar atau tidak."ujar Sehun seraya menaikkan selimut sampai batas dada, Hoseok menyimak dalam diam. Tatapannya kosong membuat Sehun menghela nafas. Temannya itu semakin pendiam saja dari hari ke hari.
"Apa kau sudah mulai mengikuti terapi? Dokter yang menanganimu memberikan saran itu, bukan?"
Masih hening, tidak ada tanggapan berarti dan Sehun mulai putus asa. Apa sebaiknya dia pulang saja, ya?
"Ah, kau sudah disini rupanya. Hoseokie, bagaimana perasaanmu sekarang?"
Hyungwoon sudah sampai dan langsung menghampiri mereka, diikuti Taemin di belakangnya dengan bingkisan buah-buahan dalam dekapannya. Di kedua tangan Hyungwoon juga sibuk menjingjing dua kantung besar, mungkin berisi makanan. Itu hanya tebakan asal Sehun sebenarnya.
"Oh iya, ibuku memasak banyak makanan hari ini dan aku disuruh membawanya kemari. Eh, Sehun, apakah Hoseokie boleh memakan semua makanan yang ku bawa ini?"
Sehun mengerutkan dahinya sejenak sebelum menjawab,"apakah itu makanan pedas? Penderita Hemofilia setahuku tidak dianjurkan untuk mengkomsumsi makanan pedas karena akan melukai organ pencernaannya dan akan berakibat fatal untuk kondisinya."
Hyungwoon manggut-manggut lalu hanya mengeluarkan satu kotak bekal. Itu hanya berisi bubur polos yang Sehun terka rasanya tawar sekali. Nah, itu baru cocok untuk Hoseok konsumsi.
"Maafkan aku, Hoseokie. Kau hanya bisa memakan ini. Tidak apa, kan?"tanya Hyungwoon pada Hoseok yang kini menatap pemuda itu sejenak sebelum mengangguk dan beringsut dari berbaringnya, sedikit di bantu Sehun yang memang berada tepat di sampingnya. Hyungwoon langsung beringsut duduk, bersiap menyuapi Hoseok yang tampak segan dan berujar."aku bisa sendiri."suaranya parau dan lirih sekali membuat ketiganya meringis nyaris serempak, memandangi Hoseok yang tampak kepayahan menyuap bubur kedalam mulutnya dengan tangan bergetar. Hyungwoon gemas sendiri melihatnya namun pergerakannya langsung di tahan oleh Sehun dan Taemin. Mereka harus menghargai usaha Hoseok.
Setelah bersusah payah, bubur itu hanya bisa di cerna tiga suapan karena rasa mual yang tiba-tiba menyerangnya dan teman-temannya tentu saja tidak tega untuk memaksa. Jadi, mereka hanya bisa membiarkan Hoseok berbaring lagi dan kembali jatuh tertidur.
"Kalian mau makan?"tawar Hyungwoon pada akhirnya, memecah keheningan. Taemin mengangguk kecil."iya, aku sudah lapar."lalu beranjak menuju sofa yang ada di ruangan itu dan mendudukinya, Hyungwoon dan Sehun mengekor. Hanya memakan mie china hitam karena hanya itu saja yang aromanya tidak terlalu menusuk, mereka mencoba memahami kondisi Hoseok yang belum stabil dan memerlukan istirahat yang banyak.
.
.
"Yoonie, kau mau kemana? Ini hari minggu, tumben sekali kau sudah wangi seperti ini. Biasanya kan kau hibernasi. Anak ibu mau pergi kencan dengan seseorang, ya?"
Yoongi menghentikan aktivitasnya mengikat tali sepatunya, menatap sang ibu dengan datar lalu menjawabnya ringkas."aku akan pergi menjenguk Hoseokie di rumah sakit."
Mendengar jawaban Yoongi, manik cantik Sunny melebar, menatap si sulung dengan tatapan tak percayanya."untuk apa? Bukankah kondisinya sudah membaik? Kau melihatnya sendiri kemarin, lagipula dia sendiri yang meminta kita untuk berhenti mengurusi hidupnya, bukan? Dan lagi, dia juga sebentar lagi akan pindah ke rumah singgah yang letaknya hanya dua rumah dari rumah sakit. Jadi, kita tidak perlu khawatir lagi akan kondisinya yang mungkin akan memburuk. Benar?"
Yoongi menahan dirinya untuk tidak menyentak sang ibu keras-keras. Jadi, dia memilih mengabaikan dan meneruskan kegiatannya yang sempat tertunda lalu beranjak keluar rumahnya dan menaiki motor maticnya dan melesat pergi tanpa berpamitan membuat Sunny menatapnya nanar. Wanita itu tampak begitu kecewa.
"Putraku berubah dan semua ini karena anak itu. Dia benar-benar keterlaluan..."
.
.
To be continued