---
Sore itu, dipertengahan musim gugur Seokjin pulang lebih awal dari tempat kerja paruh waktunya karena memang dia mendapatkan pertukaran shift dengan temannya. Hitung-hitung balas budi karena mau bertukar shift dengannya minggu lalu, katanya dan Seokjin mana mungkin menyianyiakannya. Berarti hari ini ada waktu beberapa jam sebelum bekerja di minimarket malam nanti. Memang Seokjin memiliki beberapa pekerjaan paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari sejak kedua orangtuanya meninggal dunia dan dia tak mempunyai sanak saudara satupun dikarenakan kedua orangtuanya sama-sama anak tunggal dan yatim piatu sejak kecil. Miris ? Ya, begitulah garis hidup seorang Kim Seokjin.
Karena malas untuk pulang ke flat kecilnya, Seokjin memilih menghabiskan waktu luangnya ditaman sembari membaca novel fantasinya disalah satu bangku kayu yang ada disana, pasti menyenangkan. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti dan memilih mendekat kearah ayunan yang dimana terdapat sosok bocah lelaki yang tengah duduk termenung disana. Wajahnya begitu murung dan Seokjin tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, ada apa dengan bocah lelaki itu.
"Hey, adik manis. Mau kue jahe ?"kebetulan sebelum memutuskan ketaman itu, Seokjin membawa sebungkus kue jahe didalam tas selempang cokelatnya dan kini dia sodorkan pada si bocah lelaki berbalut sweter biru tipis yang tak memberi respon apapun, manik bulatnya masih memandang lurus kedepan. Seokjin membuang nafas sedikit, menaruh kembali kue jahenya kedalam tas dan mengambil sekotak susu pisang dan meminumnya. Dia haus juga ternyata.
"Kookie juga suka susu pisang."
"Eh ?"
Dahi Seokjin menyernyit, wajahnya terlihat pongo lalu terkekeh tanpa suara. Menaruh kotak susu pisang miliknya disisi kosong sebelahnya dan kembali merogoh tas selempangannya, mengambil kotak susu pisang yang lainnya. Dia sodorkan lagi pada si bocah yang tampak menerimannya dengan malu-malu, Seokjin mengulum senyum.
"T..terima kasih."ucap si bocah lelaki berambut menyerupai batok kelapa itu gugup dan membuat Seokjin gemas dibuatnya.
"Hm, sama-sama. Oh iya, kita belum kenalan ya. Aku Kim Seokjin. Kalau aku boleh tahu, siapa namamu ?"
"Kookie."jawabnya dengan suara pelan, nyaris mencicit. Dahi Seokjin mengerut, nama yang cukup err aneh ?
"Apa kau tak punya nama lengkap err maksudku..."
"Kookie tidak punya."jawabnya dengan nada lirih, bergetar dan membuat dada Seokjin serasa tersayat entah mengapa.
"Kenapa ?"
Seokjin ingin memukul mulutnya yang tiba-tiba menyerukan pemikirannya lantang-lantang dan membuat wajah imut si bocah semakin mendung, Seokjin begitu merasa bersalah sekarang.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu sedih Kookie..."
Si bocah menggeleng, kini menatapnya dengan mata bulatnya yang terlihat berembun. Oh, Tuhan apakah dia akan menangis ? Kim Seokjin bodohnya dirimu...
"Kakak tak perlu meminta maaf, Kookie memang tak punya nama lengkap karena tak tahu dimana orangtua Kookie. Nama Kookie diberi oleh pengasuh dipanti, kata teman-teman yang lain Kookie anak buangan. Kookie anak yang tak diharapkan."
Oh, Tuhan kenapa mereka tega sekali ?! Tak iba kah mereka melihat wajah imut yang kini murung seperti itu ? Malangnya bocah ini, dia masih terlalu dini untuk menghadapi kenyataan pahit seperti itu.
Dan sekarang Seokjin dilanda panik, si bocah tiba-tiba menangis, terisak begitu lirih membuat bathinnya terasa dicabik-cabik. Bahkan air matanya ikut-ikutan menitik. Ya, ampun kenapa dia jadi seemosional begini sih ?
"Sst, jangan menangis dik. Kookie anak baik, mana mungkin dibuang apalagi tak diharapkan. Mungkin mereka punya sesuatu alasan yang membuat mereka berbuat demikian padamu. Jangan dengarkan cemooh orang-orang seperti mereka, karena hidup ini kita yang menjalankan. Jika kau merasa tidak ada orang yang sayang padamu, larilah padaku. Karena aku akan dengan senang hati menyayangimu. Kau mengerti ?"