---
Taehyung mengerang tak suka karena tidur damainya di ganggu oleh suara-suara gaduh yang begitu mengusik ketentramannya dan beranjak dengan hati yang dongkol. Menelisik sekeliling yang kini menaruh atensi mereka pada sepasang muda-mudi yang tampak membuat interaksi yang err mesra di tengah lapang sana. Dahinya mengerut dalam seraya mempertajam pandangannya, mencoba menelaah keduanya dalam diam lalu manik indahnya melebar. Tebakan asalnya ternyata benar, itu adalah Chaeyoung si siswi baru di kelas sosial 4 dan sahabat kentalnya, Park Jimin yang kini tampak bersimpuh dengan gagahnya di hadapan sang gadis yang tampak tersipu. Diam-diam Taehyung mendengus, memilih beranjak dari tempatnya namun tepuk riuh para penghuni sekolah membuatnya urung dan terpaku kala menangkap moment manis yang mereka ciptakan selanjutnya membuatnya menyadari satu hal,
Perasaan yang dimilikinya tidak akan pernah terbalas, sampai kapanpun.
.
.
Taehyung menghela nafas untuk kesekian kalinya seraya menatap sebal kearah langit yang begitu kelabu dan siap menumpahkan tampungannya kapan saja disaat dirinya masih diam di tempatnya dan terjebak di halte bus setelah sekian lama dia menunggu bus yang selalu di tumpanginya tak jua datang. Ponselnya mati dan dia tidak bisa menghubungi sang kakak untuk sekadar memintanya untuk menjemput. Jimin? Jangan ingatkan Taehyung soal pemuda berperawakan pendek itu, tolong. Karena, sahabatnya itu memang mengabaikannya sejak kemarin dan terus saja menempeli kekasih barunya layaknya perangko dan surat, membuat seantero Beyond School gempar serta betapa senangnya Bambam karena mendapatkan asupan untuk kontennya di Instagram. Taehyung jengah, sungguh.
Menghela nafas lagi kala rinai hujan perlahan menitik dan menderas. Dia benar-benar terjebak sekarang.
"Loh, kak Taehyung? Belum pulang?"
Taehyung tersentak lalu matanya menyipit, mengalihkan atensi penuh pada sosok lain yang kini melajukan motornya kearahnya. Tidak peduli dengan keadaannya yang kini kuyup membuatnya mendengus secara terang-terangan."kenapa menghampiriku? Sudah, pulang sana. Bukankah rumahmu dekat? Nanti kau masuk angin."
Alis tebal Taehyung menukik kala menangkap derai tawa dari sosok itu yang kini beranjak dari motor hitam besarnya dan berjalan mendekat kearahnya lalu bersandar pada pilar halte membuat dahinya mengerut, merasa janggal."aku ingin menemani kakak sampai hujan reda. Boleh kan?"
"Tidak boleh—"
"Ssst, sudahlah. Aku sama sekali tidak keberatan, kok. Malah aku senang karena bisa berlama-lama memandangi wajah manis kak Taehyung. Aku bahagia, kak."mendengar jawaban sosok itu yang tadi sempat menyela perkataannya membuat Taehyung mengerling jengah. Terserah apa maunya, Taehyung tidak peduli sama sekali.
Hujan semakin deras membuat Taehyung semakin mencebik seraya menggosok kedua lengannya yang hanya berbalut kemeja sekolahnya yang cukup tipis dan itu tidak membantunya sama sekali. Hh, kapan semua ini akan berakhir. Keluhnya dalam hati. Dan kini mulai merutuki siapapun yang membuatnya tertimpa kesialan seperti ini. Hm.
"Nih, pakai jaketku. Hanya diluarnya saja yang basah, di dalamnya kering dan hangat kok. Percaya padaku."
Taehyung menoleh sesaat lalu menggeleng pelan,"tidak usah. Kau pakai saja. Kau tampak lebih membutuhkannya dan itu terlihat jelas dari wajahmu yang selalu tampak pucat sepanjang waktu."
Dan sosok itu tergelak, begitu terdengar renyah membuat Taehyung mendengus lagi.
"Warna kulitku memang seperti ini, kak."tukasnya dengan tawanya yang masih tersisa, Taehyung mencibir.
"Begitukah? Apa kau seorang blasteran atau kau mengidap penyakit kronis? Begitu?"
Dan jawaban dari sosok itu membuat Taehyung membeku."aku bukan seorang blasteran dan mungkin opsi kedualah yang benar."senyuman yang terukir di wajah pucat itu membuat Taehyung tercekat."ah, hujannya sudah reda. Syukurlah.
Benar, hujannya sudah mereda. Taehyung menghela nafas lega lalu beralih memandangi sosok itu yang tampaknya bersiap untuk beranjak pergi membuat sedikit tidak rela. Entah kenapa, dia tidak ingin di tinggalkan secepat ini...
"Ayo, naik kak. Biar aku antar sampai rumah."ajak sosok itu tiba-tiba, dengan helm hitam yang terpasang apik di kepalanya. Taehyung masih mematung di tempatnya membuat sosok itu mendengus geli lalu menghampiri, telapak tangannya yang dingin meremat lembut tangannya dan menariknya pelan menuju motor hitam besarnya lalu memakaikan helm berwarna putih entah dari mana asalnya di kepala Taehyung yang kini mengerjapkan matanya, masih sukar mencerna keadaan yang tengah di hadapinya. Sosok itu terkekeh kecil seraya menuntunnya menaiki motor, menempati jok belakangnya. Setelah memastikan Taehyung aman dan nyaman, barulah sosok itu menempati tempatnya dan menyalakan mesin motornya, siap melajukan motornya di jalanan yang licin karena hujan.
"Pelan-pelan saja. Jangan mengebut, Jung. Karena aku tidak terbiasa di bonceng dengan motor besar seperti ini."cicit Taehyung yang tampak pias. Benar-benar tidak terbiasa dengan motor yang kini di tumpanginya membuat sosok itu kembali tergelak.
"Baiklah, kak. Tolong pegangan. Dimanapun, yang membuat kak Taehyung merasa nyaman."pintanya membuat Taehyung meremat kuat bagian belakang jaket yang di kenakannya dan setelah itu, motor melaju dan kecepatannya sedang membuatnya menghela nafas lega dan rasa gusar yang menghimpit dadanya berangsur lenyap. Yang tersisa hanya geleyar aneh yang menyusup ke dalam relung hati terdalamnya. Perasaan yang selalu timbul kala bersama Jimin.
Perasaan yang menyesakkan dadanya namun terasa menyenangkan baginya.
Taehyung meringis, menggeleng ribut di belakang sana membuat sosok itu bertanya padanya apakah ia baik-baik saja membuatnya segera menghentikan tindakan konyolnya ketimbang menanggapi pertanyaan sosok itu yang terdengar begitu perhatian dan mengundang detak ribut pada jantungnya. Hh, sialan!
"Sudah, sampai disini saja."pinta Taenyung kala mereka telah sampai di depan gang rumahnya. Rumahnya sudah tidak jauh dari sini dan dia begitu segan jika harus di antar sampai depan rumahnya mengingat hubungan keduanya yang tidak sedekat itu. Awalnya, sosok itu hendak mengajukan protes namun gelengan kecil yang tertangkap matanya dari kaca spion motornya membuatnya mau tidak mau menuruti, membiarkan Taehyung meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Taehyung menanggalkan helm putih yang sejak tadi di pakainya dan menyerahkannya kembali pada sang pemilik dengan seulas senyum kecil. Sebuah afeksi yang tidak pernah ia tujukan pada sosok itu dan membuatnya membeku dengan wajahnya yang tampak begitu menggemaskan di mata Taehyung.
"Terimakasih untuk tumpangannya."ucapnya dengan senyumannya yang masih mengembang di wajah manisnya, sosok itu mengangguk kaku membuat Taehyung menahan diri untuk tidak mengunyeli kedua bongkah pipi sosok itu yang tampak begitu empuk untuk di cubit. Gemas.
"Pulanglah, ini sudah hampir malam. Sampai jumpa besok, Jeonggukie."ujar Taehyung sebelum beranjak pergi, meninggalkan sosok itu yang masih terdiam seraya memandangi punggung sempit Taehyung yang semakin menjauh. Senyumannya perlahan mengembang. Perlahan, dadanya membuncah senang. Ia bahagia.
"Terimakasih untuk hari ini, kak."
.
.
To be continued.
