Just You (1)

148 5 0
                                    

---

"Tumben amat malam minggu ini cuma diam di rumah saja. Engga jalan sama Taetae?"

Jeongguk yang sedari tadi asik bermain gim di ponselnya melirik malas kearah sang kakak yang kini berdiri di ambang pintunya seraya bersidekap dada. Menarik nafas kelewat berat lalu menggeleng,"engga. Dia lagi sibuk temani kak Hoseok di rumah sakit."

Dan mendengus kala mendapati respon sang kakak yang begitu berlebihan, menurutnya."eh, si Hoseok emang sakit apa? Parah engga?"

Jeongguk mengedikkan sebelah bahunya, tak acuh."ya, menurut lo sakit tyfus tuh parah engga?"sang kakak terdiam sejenak, wajahnya berubah menjadi serius membuat Jeongguk mencercanya, dalam hati."ya, menurut gue sih parah."

Jeongguk mengangguk ringkas,"nah, itu tahu."sang kakak mencebik. Duduk di tepi kasur dan mencoba mengintip kearah layar ponsel Jeongguk, ingin tahu. Siapa tahu kan adiknya itu sedang bosan dan malah menonton video mantap-mantap di ponselnya.

"Ck, kepoan lo! Gue engga semesum kak Namjoon kali!"sewot Jeongguk membuat sang kakak mendengus,"kalo sampe si Namjoon tahu lo bilang begitu, habis riwayat lo udah. Engga dapat restu lo dari dia terus Taetae di nikahin deh sama Hoseok-"

"Yak, Bang J. Doainnya jangan begitu dong!"rengek Jeongguk seraya menarik-narik bagian lengan kaus Seokjin hingga melar dan mengabaikan delikan sebal sang kakak padanya,"ck, ya lagian lo kalau ngomong suka engga pake ayakan! Untung gue orangnya engga cepu kayak si Jihoon."

"Ck, si abang. Engga baik tahu buka aib orang."Jeongguk berujar sok menasehati, Seokjin mencibir dan memberikan sentilan mautnya di kening sang adik hingga sang empu dahi mengaduh keras, sebelah tangannya yang bebas mengusap kasar dahinya yang memerah,"kalo sentil dahi gue tuh kira-kira kek! Gila, biru nih pasti."dan kali ini bokong seksinya lah yang terkena sasaran. Jeongguk mengaduh lagi seraya mengumpat.

"Heh, di larang mengumpati kakak sendiri. Bunda dengar, habis uang jajan lo di potong."

"Dih, gue mah udah engga butuh uang jajan ya. Secara gue udah bisa cari uang sendiri gitu-"

"Ya, berarti jatah makan lo di kurangi."balas Seokjin enteng sembari memasang wajah menyebalkan, bagi Jeongguk yang kini mencebik,"abang rese. Enyah sono ke palung neraka!"

Dan Seokjin hanya menanggapinya dengan suara tawanya yang khas. Ya, yang seperti pembersih kaca.

"Jangan keseringan main gim. Minus mata lo mau nambah sampai berapa lagi? Seratus?"

Dan kali ini miniatur action figur favorit Jeongguk lah yang menjadi alat pelampiasan. Nyaris mengenai jidat seksi Seokjin jika saja pemuda itu tidak mengelak dengan gesitnya. Deru pelan pintu di tutup terdengar, bersamaan dengan umpatan Jeongguk yang mengalun dengan indahnya dari dalam kamarnya.

"Mati saja lo sana, Jeon Seokjin!"

.

.

"Udah ah, dek. Kenyang nih perut mas."ujar Hoseok seraya memasang wajah memelasnya membuat Taehyung mau tidak mau menurutinya. Menaruh kembali mangkuk buburnya di atas nakas lalu mengangsurkan segelas air pada Hoseok yang langsung meminumnya seperempat bagian."mau minum obat sekarang?"

Hoseok menggeleng, memasang wajah memelas lagi."nanti saja, dek. Perut mas mual..."Taehyung menurut dan bersiap beranjak. Ingin melanjutkan bacaannya yang tergeletak di atas sofa empuk di bagian lain ruang rawat itu namun cekalan lembut di tangannya membuatnya urung, kembali mengalihkan atensi secara penuh pada manik teduh yang menatapnya dalam itu,"mas, butuh apa? Nanti Tae ambilkan."

Pemuda berperawakan kurus itu menggeleng lalu mengulas senyum kecil,"kamu engga malam mingguan gitu sama Jeongguk?"Taehyung terkesiap lalu mengatupkan bibirnya, menggulirkan pandangan kemana saja asalkan tidak bersibobrok dengan manik indah yang tetap memaku pandangan kearahnya secara penuh itu.

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang