---
Seokjin-Gagal PeDeKaTe.
.
"Masih tetap milih stuck aja nih ?"
Seokjin memutar matanya jengah, tak mengerti maksud sang sahabat yang mulai kumat tak jelasnya. Jaehwan menghela nafas.
"Mau sampai kapan sih, J ? Tetap kayak gini sampai tuh cewek diajak ke altar sama Taeyong, begitu ? Kau yakin ?"sindir Jaehwan yang membuatnya berdecih. Dia juga tidak maulah hal itu sampai kejadian. Tetapi...?
"Ah, kebayakan mikir kau ini. Action engga ada, akhirnya cuma bakal gigit jari dikemudian hari. Kalo engga sekarang, kapan lagi coba ? Ya, seenggaknya dia tahu kalau kau ada rasa. Ya, kan ?"
"Gitu ya ?"Jaehwan menganggukkan kepalanya mantap, Seokjin meneguk ludah. Mungkin benar kata sahabatnya itu, kalau tidak sekarang, kapan lagi dia punya kesempatan seperti ini. Kalau soal ditolak ? Ya, urusan belakangan. Setidaknya dia sudah mencoba mengutarakannya pada gadis itu.
Seokjin menghela nafas perlahan sebelum langkahnya ia ayunkan kearah gadis yang selama ini disukainya, Kim Jisoo.
"Ehm hai, Jisoo. Maaf nih, aku jadi ganggu kalian."sapa Seokjin pada sang gadis dan ketiga temannya yang kini menghentikan kegiatan bersenda guraunya, menatap penuh kearahnya yang kini terserang rasa gugup. Dia menghela nafas pelan.
"Kau adik sepupunya Hwang Minhyun, kan ? Anak Mipa 3 ?"tanya gadis tomboy yang duduk disebelah Jisoo padanya, Seokjin mengangguk kaku.
"..ya, begitulah."jawabnya kikuk sedangkan si penanya mengangguk-anggukan kepalanya
"Ada apa ya, J ? Apa kau membutuhkan bantuan kami ?"tanya Jisoo dengan dahi mengerut kontan membuatnya menggelengkan kepalanya cepat. Tidak, bukan seperti itu maksudnya menghampiri mereka. Dia hanya...
Mengeluarkan sekuntum bunga mawar merah imitasi yang dia selipkan dibagian belakang celana sekolahnya lalu menyodorkannya pada Jisoo yang menatapnya bingung.
"Ini...maksud kamu apa, ya ?"
Seokjin meneguk ludah, tak berani menatap sepasang iris manik bening itu."aku menyukaimu."
Terlalu cepat dan terdengar tak beraturan membuat si gadis melongo. Alih-alih memperjelas maksud dan tujuannya, Seokjin malah berlalu pergi, kembali ke tempatnya dan menjadi bulan-bulanan Jaehwan yang tampak gemas dengan sikapnya yang tak jelas pada gebetannya sendiri.
Pantas jomblo menahun, bathin Jaehwan prihatin. Padahal tinggal sedikit lagi, kan ?
Kenapa sih sahabatnya itu terlalu kaku.
"Kau tidak mengalami apa yang kurasakan, sih. Berkata memang gampang, tapi melakukannya sulit sekali tahu. Rasanya dadaku akan meledak---"
"Alah, alibi! Sudahlah, hari ini cukup sampai disini. Nanti kita buat strategi yang lebih matang agar eksekusinya lebih baik dan tidak berakhir mengecewakan seperti sekarang. Ayo, pesan makanan saja. Aku lapar."
"Hm, tapi kau yang bayar kan ?"
Jaehwan nyengir, menampilkan raut melasnya yang terlihat begitu dibuat-buat.
"Kau yang beli kan, ya. Hitung-hitung, balas budi atas ide cemerlangku untuk kesuksesan pendekatanmu. DP dulu sebelum kalian jadian."mendengar perkataan Jaehwan, Seokjin jadi mendengus keras. Melempar wajah Jaehwan dengan tisu yang teronggok di meja mereka, entah bekas siapa dia tak tahu.
"DP kepalamu! Ini saja gagal total. Pokoknya hari ini kau bayar sendiri."putusnya final dan mulai melenggang pergi menuju stan makanan favoritnya, takoyaki. Jaehwan menatap kepergian sang sahabat dengan nelangsa, meratapi dompet buluknya yang kini hanya terisi selembar uang. Hah, sepertinya besok dan seterusnya dia harus puasa. Ckck.
![](https://img.wattpad.com/cover/143095240-288-k7609.jpg)