---
Sore itu Jeongguk tengah duduk sendirian dikursi taman dekat kostannya sembari membaca novel classic romance yang hampir setengah bagian dia rampungkan, ditemani secangkir latte yang mulai mendingin karena terkena hembusan angin musim gugur. Suasananya begitu tenang membuat Jeongguk begitu menghayati alur cerita dalam buku tebal yang dibacanya itu sampai beberapa detik kemudian buyar hanya karena sebuah suara pekikan seseorang yang begitu familiar ditelinganya dan menempati sisi kosong yang ada disampingnya tanpa ijin.
"Hai Gukie, sedang membaca apa ?"tanyanya kepo, kepalanya mencoba melongok kearah buku yang tengah dipegangnya dan Jeongguk memperlihatkannya sejenak sebelum kembali sibuk membaca, sosok itu mendengus samar.
"Gukie..Gukie..Lihat rambut Taetae deh, aku ganti warna rambut lagi lho. Kata Chimy ini lebih bagus daripada yang kemarin."
Jeongguk tetap mengacuhkannya, ceritanya hampir rampung, tanggung sekali jika harus dijeda hanya untuk beberapa detik saja. Lagipula itu hanya tentang pamer gaya rambut, tidak penting pikirnya. Dan lagi-lagi sosok disampingnya mendengus, wajah manisnya kini memberengut lalu dengan gerakan secepat kilat kuning Konoha, novel yang dipegang Jeongguk sudah berpindah tangan dan dilemparnya jauh-jauh. Ya, memang tak sejauh yang kalian pikirkan sih, ya mungkin hanya beberapa senti dari kaki sosok itu. Jeongguk yang kini mendengus.
"Kau ini kenapa sih ?"
"Kau yang kenapa ?! Dari tadi mengacuhkanku terus. Aku kan hanya menanyakan pendapatmu soal rambut baruku bukan meminta uang jajanmu, kenapa sih kau ini selalu cuek padaku ? Apa salahku padamu Jeon ? Apa ?! Katakan pada---"
"Hh, itu bagus untukmu Kim. Puas ?"jawab Jeongguk pada akhirnya, dengan nada jengah namun tak membuat sosok itu berpuas hati malah kini kepalanya tertunduk membuat Jeongguk menghela nafas lelah.
"Huh, kan tadi sudah aku berikan pendapatku kenapa sekarang kau malah tertunduk sedih begitu ? Sebenarnya maumu apasih ? Aku selalu dibuat gagal paham olehmu."Jeongguk sungguh lelah sekali menghadapi tingkah polah sosok disampingnya itu, selalu berubah-ubah jika berada didekatnya sampai Jeongguk terkadang tak habis pikir mengapa dihidupnya bisa mengenal sosok yang sepertu itu. Sosok itu akhirnya menegakkan kepalanya kembali, menatap Jeongguk dengan manik caramelnya yang berembun membuat Jeongguk tertegun. Hh, dia salah lagi rupanya.
"Maafkan aku, Kim. Jangan menangis, aku salah karena menyinggung perasaanmu."ucapnya penuh sesal kala melihat air mata menitik dipipi gembil sosok itu yang kini kembali tertunduk lalu didetik selanjutnya bangkit dari duduknya dan pergi membuat Jeongguk terpekur ditempatnya, sepertinya kali ini dia sudah keterlaluan. Jeongguk mendesah pelan, memijat pangkal hidungnya yang kaku lalu memungut novelnya dan menaruh buku tebal itu kedalam tasnya dan bangkit dari duduknya juga. Mungkin lebih baik dia menyusul sosok itu dan meminta maaf dengan lebih sungguh-sungguh.
Ya, sebaiknya memang begitu.
Dan disinilah dia sekarang, didepan pintu pagar rumah bergaya minimalis yang terdapat banyak tanaman hias. Dia menekan belnya, tiga kali dan barulah seseorang datang untuk membukakan pagarnya. Bukan sosok yang ingin dia dapatkan maafnya, tetapi sosok bertubuh jangkung yang kini menatapnya dengan tatapan datar. Tiba-tiba Jeongguk merasa gugup, merasa terintimidasi. Dia meringis.
"Selamat sore kak Joon. Taehyungnya ada 'kan ?"
Si jangkung tak menjawab, memilih berjalan mendahului Jeongguk yang kini berjalan begitu pelan dibelakangnya dan untuk amannya dia memilih mendudukkan dirinya dikursi teras rumah itu saja. Kira-kira Taehyung mau menemuinya tidak ya ?
"Kenapa datang kerumahku ?"
Jeongguk terkesiap, hampir menjatuhkan vas bunga yang sejak tadi dipegangnya karena bosan menunggu saat sosok yang ditunggunya akhirnya menampakkan diri dengan wajah masam, dia meringis samar.
"A..aku mau minta maaf padamu lagi, emh mungkin kali ini aku keterlaluan. Tadi itu aku sedang asyik membaca dan cerita yang sedang kubaca itu sedikit lagi selesai dan sangat tanggung sekali kalau harus kujeda untuk memberi pendapatku akan rambut barumu itu---"
"Walaupun hanya beberapa saat saja, begitu?"
Jeongguk merasa tertohok, dia meringis lagi."Ya, begitulah. Maafkan aku, lain kali aku akan berusaha untuk tidak mengabaikanmu. Jangan merajuk lagi apalagi memasang wajah sedih atau lebih parah menangis karenaku. Aku tidak suka karena bagiku..."
Alis Taehyung terangkat sebelahnya membuat Jeongguk bingung harus melanjutkan atau menggantungnya saja, dia merutuki rem bibirnya yang blong. Terlalu blak-blakan mengutarakan apa yang ada dipikirannya pada Taehyung. Dia jadi malu 'kan ?
"Bagimu aku apa ?"
Jeongguk berdeham sejenak, tiba-tiba dia merasa tenggorokannya kering.
"Ya, bagiku air matamu berharga. Jadi, jangan menangis apalagi karenaku. Aku berjanji akan berusaha untuk tak membuatmu bersedih, kau bisa memegang janjiku itu."ujarnya sembari menatap kakinya yang dibalut sepatu kets warna cokelat tua, tak berani menatap wajah Taehyung. Dia malu.
Tidak ada respon setelahnya, hanya suara langkah tergesa seseorang dan bantingan pintu yang begitu keras disusul pekikan gemas suara yang begitu familiar ditelinga yang membuat kedua sudut bibirnya terangkat.
Sepertinya permintaan maafnya diterima.
"Tuan Jeon, sampai kapan kau akan berada diteras rumahku ? Kau tidak tahu ini sudah jam berapa ? Kembali kerumahmu dan berhenti membuat adikku memekik kegirangan seperti itu! Aku masih tak memberi restu padamu untuk mendekati adik perempuanku, ya."
Dan Jeongguk hanya menanggapi dengan senyuman kelincinya yang lucu.
End
..
Omake
"Bidadarimu kenapa lagi, Guk. Dia sudah dua kali lho masuk ruang konseling bulan ini. Dia buat masalah apalagi memangnya ?"
Itu Yugyeom yang tiba-tiba kepo karena melihat Taehyung---bidadari-nya seorang Jeon Jeongguk yang lagi-lagi masuk ruang konseling. Gadis berparas menawan bak dewi khayangan itu memang nakal sih, tapi tidak sampai sesering itu juga 'kan ? Makanya pemuda berwajah oriental itu penasaran ada apa lagi dengan gadis itu.
"Dia cuma mengganti warna rambutnya jadi biru."ujar Jeongguk kelewat tenang, masih anteng membaca buku tentang sejarah masa orde baru mengabaikan wajah Yugyeom yang nampak tercengang disampingnya.
"T..tapi itu 'kan dilarang disekolah, Guk."ujarnya dengan nada horor, Jeongguk manggut-manggut saja. Masih asyik dengan dunianya sendiri membuat Yugyeom dongkol. Katanya sayang tapi kok cueknya minta ampun. Kok Taehyung mau ya sama makhluk kayak begini ? Sudah emotionless, dingin pula. Yugyeom saja ogah.
Bodo amat, Gyeom.
"Biarkan saja, Gyeom. Bukannya dia nampak lebih manis dengan warna rambutnya yang sekarang."celetuk Jeongguk tiba-tiba, Yugyeom mendengus.
Susah memang mengajak bicara papan cuci yang diberi nyawa, beri pujian pada gebetan saja wajahnya masih lempeng begitu. Hh, dasar ampas tahu!
End yang sesungguhnya.