Jeon Fam's Daily

292 12 0
                                    

---

Jeongguk tengah asyik memandangi rinai hujan dari balik jendela kaca rumahnya sembari menunggu makan siangnya siap dihidangkan. Ibu dan kak J sedang sibuk didapur dan dia tidak boleh membantu---merecoki---mereka karena dia baru saja sembuh dari penyakit tyfusnya, tidak boleh banyak beraktivitas, takut capek katanya. Saking takutnya sang ibu penyakit tyfusnya kambuh, Jeongguk sampai dilarang berangkat sekolah sampai minggu depan. Padahalkan sebentar lagi dia naik pentas, bersama Kim Taehyung---teman satu kelasnya yang cantik nan manis itu---bahkan dari gosip yang beredar(gosip yang diberitahukan Jimin---Chairmatenya sejak taman kanak-kanak kala bocah berpipi tembam itu datang menjenguknya) posisi Jeongguk sebagai pangeran yang akan dipasangkan dengan Taehyung terancam digantikan oleh Park Bogum, kakak senior mereka di sekolah dan Jeongguk tidak ikhlas sama sekali. Dia tidak rela dunia akhirat Taehyung beradu akting dengan bocah tiang itu, tidak akan pernah. Yang cocok bersanding dengan Taehyung hanya dirinya, tidak ada yang lain.

"Kenapa ditekuk gitu mukanya ? Ayo makan, sudah dipanggil ibu tuh."itu kak J yang bicara, menyuruhnya agar beranjak dari sofa ruang tengah menuju meja makan. Ada sup rumput laut disana. Untuk sementara dia hanya bisa makan itu, soalnya kalau makan yang lainnya hanya akan berakhir di kloset. Huh, menyebalkan!

Jeongguk menyeret kakinya menuju meja makan, duduk disamping kak J yang mulai memilih lauk pauk yang disukainya. Tumis daging dan buncis serta bebek panggang pedas, semuanya enak membuat Jeongguk memberengut tak suka. Dia iri. Sekarang ibunya malah hanya menyodorkan semangkuk bubur tawar dan semangkuk kecil sup rumput laut hangat, minumnya air putih hangat, tidak ada susu pisang karena itu larangan dari dokter membuatnya semakin sebal. Dia mau cepat sembuh, biar bisa makan sesuka hatinya.

"Udah, Gukie udah kenyang. Buburnya engga enak!"ujarnya sembari bersidekap, mendorong jauh-jauh mangkuk buburnya dari hadapannya membuat sang ibu mendesah lelah.

"Yasudah, engga papa. Setengah jam lagi, minum obatnya ya."ujar sang ibu sembari mengusak lembut poni Jeongguk yang dipotong rapi, anak itu masih mengerucutkan bibirnya. Masih tak bisa menerima keadaannya yang masih dalam tahap pemulihan. Kak J meliriknya sekilas sebelum beranjak dari meja makan karena telah merampungkan makan siangnya dan bersiap mencuci piring kotornya sendiri. Sudah kebiasaannya seperti itu. Kalau Jeongguk belum boleh, kata kak J dia masih terlalu pendek untuk mencuci piring. Menyebalkan sekali memang kakaknya itu.

"Gukie, ada pororo tuh. Mau nonton engga ? Kalo engga, kakak ganti nih ya."

Mendengar kartun kesukaannya disebut sang kakak, Jeongguk langsung beringsut bangkit dari kursinya, setengah berlari menuju ruang menonton dan memilih duduk bersila diatas sofa panjang cokelat susu disana. Di bawahnya ada kak J yang telungkup sembari membaca modul kesehatan milik sang ayah, kegiatannya jika punya waktu senggang karena dia libur les hari ini. Les biola dan pianonya diundur besok lusa karena gurunya ada urusan mendadak. Kak J memang sesibuk itu, makanya Jeongguk sering kesepian di rumah. Apalagi kalau ibunya ada panggilan darurat dari rumah sakit, dia pasti di tinggal sama bibi Song---pengasuh panggilannya---yang kerjaannya hanya mengobrol dengan telepon rumahnya sepanjang waktu, menjengkelkan!

Jeongguk sedang anteng menonton pororo, dipangkuannya ada setoples keripik kentang ekstra micin. Psst, itu diluar sepengetahuan ibunya. Ehe. Sesekali kak J meminta jatahnya, dengan sedikit mengancam Jeongguk kalau dia akan kasih tahu ibu mereka kalau adiknya itu bandel makan snack ektra micin padahal tenggorokannya sedang radang. Dokter Lee saja melarangnya kok dan dengan setengah hati, Jeongguk memberikannya. Jeongguk memang sepelit itu -,-

"Boys, baik-baik di rumah ya. J, jaga Gukie. Jangan lupa kasih dia obatnya dan pastikan adikmu tidur siang. Ibu dapat panggilan darurat dari rumah sakit, dampingi Dokter Kang operasi ibu melahirkan, bayinya sungsang. Jam 3 ibu pulang, tapi belum tentu juga. Ayah bentar lagi pulang, kok. Ibu sayang kalian, have fun ya. Dah!"

Jeongguk dan kak J membalas flying kiss sang ibu yang telah menghilang dari balik pintu, bersiap menuju Rumah sakit untuk memenuhi tugasnya sebagai dokter spesialis kandungan. Emang engga sesibuk itu sih, ibunya agak freelance gitu. Tetapi, tetap saja buat mereka sedih dan kesepian. Kalau ada sang ibu, biasanya Jeongguk akan minta dibacakan dongeng si tudung merah setiap dia mau tidur siang. Kalau malam itu tugas ayah mereka, mendongengkan Jeongguk dan kak J dengan kisah cinta ibu dan ayah yang dramatisnya mengalahkan drakor Sad Sonata, ckck. Psst, lagi. Jangan kasih tahu ibu, ibu suka ngomel kalau tahu ayah suka cerita yang engga-engga sama mereka. Engga mendidik katanya. Tapi seru kok, Jeongguk suka walaupun kata kak J itu alay. Ya, memang selera orang berbeda-beda walaupun mereka satu kandungan. Okay, abaikan!

"Guk, waktunya kamu minum obat."ujar sang kakak membuyarkan konsentrasi Jeongguk yang sedang asyik menonton, sekarang bukan pororo lagi tetapi sudah jadi Tayo si bus kecil. Omong-omong soal Tayo, Jeongguk jadi teringat ucapan Taehyung yang selalu menyamainya dengan bus kecil berwarna biru itu. Katanya Jeongguk dan Tayo sama-sama lucu, sama-sama suka buat Taehyung ketawa. Jeongguk kan jadi makin suka. Sama Taehyungnya ya, bukan Tayonya. Pleaseu -,-

Jeongguk sudah selesai minum obat, mulai bosan juga nonton kartun. Dia mau keluar rumah aja, samperin tukang es bonbon yang kayaknya lagi parkir didepan rumah Yugyeom. Anak itu memang maniak es bonbon, tiap hari engga pernah absen makan es itu. Jeongguk juga mau, tapi dia engga punya uang. Minta ke kak J sama aja kayak melemparkan diri ke shinigami, engga deh makasih. Selain bakal dilaporin ke ibu, kak J juga suka ngomel. Mending ngomelnya sebentar, lha ini durasinya ngalahin durasi film utarran ckck.

Ya, mungkin belum rejeki Jeongguk makan es. Duh, tuh kan dia malah batuk-batuk sekarang buat kak J panik dan langsung ngacir ke dapur. Mau buat teh madu hangat katanya. Kak J emang kadang nyebelin tapi perhatiannya luar biasa. Mungkin semua kakak seperti itu. Ya, mungkin aja.

Ting tong!

"Nih, Guk diminum dulu. Kakak kedepan dulu, mau liat siapa yang bertamu. Cuma mastiin aja, siapa tahu itu orang jahat, ya kan ?"

Jeongguk hanya mengangguk pelan, menikmati teh madu buatan kak J yang mantap banget rasanya. Hm, sekarang Jeongguk malah ngantuk.

"Guk, ada Taehyung nih!--lha ini bocah malah tepar."

Kak J geleng-geleng kepala saat melihat Jeongguk sudah jatuh terlelap, disebelahnya ada Taehyung yang terkekeh lucu sembari memotret pose Jeongguk yang menurutnya imut dengan kamera analog yang diberikan kakeknya minggu lalu. Tadinya dia mau niat jenguk teman sekelasnya itu sambil memastikan chairmatenya Jimin itu sudah sembuh atau belum. Ya, kalau belum kan dia sedih soalnya dia terancam ganti pasangan. Kak Bogum ganteng sih, famous lagi. Tapi tangannya engga bisa diem, tangannya cubitin pipinya mulu. Katanya sih lucu, tapi 'kan engga perlu keras-keras, kan. Dia suka sariawan gara-gara itu, kan nyebelin ?!

"Jangan dibangunin kak, Tae pulang aja. Bilang aja ke Gukie kalau Tae dateng. Oh iya, ini kue tiramisu buat Gukie sama kakak. Jangan rebutan, ya. Ehe."

Dia ketawa, renyah banget sampe kak J terpesona. Pipinya merah gitu. Nganter Taehyung sampai pintu pagar, engga sampai rumah. Takut disangka nikung saudara kandung, kan bahaya. Taehyung lambai lucu gitu sebelum menghilang bersama Namjoon---kakaknya yang pinternya engga ketulungan---dengan sepeda listriknya. Kenapa kak J bilang Namjoon pinternya engga ketulungan ? Karena itu kenyataannya. Bayangin aja ya, guys. Dia itukan beda dua tahun kan sama kak J, kak J sekarang baru kelas 5 SD lha kakaknya si manis Taehyung udah kelas 3 SMP, bayangin man, SMP. Pinter, kan ? Kak J suka pengen nangis darah kalo teringat hal itu. Kenyataan memang menyakitkan, huks.

Okay, balik lagi ke adiknya si Jeongguk yang sekarang nyaris nyungseb ke lantai kalau aja gerakan kak J engga cepat, langsung benarin posisi tidur adiknya biar nyaman. Engga dia pindahin, takut encok. Si Jeongguk engga ketolong beratnya, ehe.

"Hah, mimpi apa sih kamu Guk ? Tidurnya rusuh amat."kak J geleng-geleng kepala, memperhatikan Jeongguk yang lagi-lagi rusuh tidurnya. Sekarang kepalanya nyaris menyentuh lantai sedangkan kedua kakinya naik keatas, nempel ke dinding. Ajaib memang Jeon Jeongguk ini.[...]

BANGTAN COOKIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang