---
"Ah, kau sudah pulang? Bagaimana rasanya berlibur di eropa? Kau jahat sekali tidak mengajakku pergi berlibur bersama."ujar Taehyung kala dirinya telah berhadapan dengan Jeongguk yang baru saja keluar dari mobilnya, baru sampai dari liburannya di benua eropa sana. Pemuda itu tampak terlihat kurus dan pucat. Apa dia sakit?
Jeongguk tersenyum kecil dan menyempatkan diri untuk memberi usakan gemas di poni Taehyung yang selalu di potong rapi."rencananya juga dadakan, Tae. Tiba-tiba saja ibu dan ayahku mengajakku pergi liburan. Maaf ya. Lain kali, aku pasti mengajakmu. Kita berlibur ke okinawa, bagaimana?"
Mendengar nama tempat yang begitu ingin di kunjunginya membuat Taehyung mengangguk ribut, manik matanya berbinar senang dan tampak begitu menggemaskan. Jeongguk memberi cubitan kecil disalah satu pipinya yang tampak lebih gembil dari sebelumnya."ih, Jungo! suka sekali sih mencubit pipiku? Nanti melar, bagaimana?"
"Biarkan saja! Kau akan semakin lucu jika seperti itu."kelakar Jeongguk membuat Taehyung mencebik."menyebalkan!"
Jeongguk terkekeh kecil lalu membawa Taehyung dalam dekapannya,"aku sangat merindukanmu, Tae..."
Taehyung yang sempat terpaku beberapa saat akhirnya tersadar membalas dekapan itu,"aku juga. Aku...merasa hampa tanpa kehadiranmu beberapa hari ini, entah kenapa."Taehyung benar-benar jujur mengatakan itu. Dia merasa begitu kesepian kala Jeongguk tak ada dalam jangkauan matanya. Dia merasa hampa dan kosong.
Jeongguk tidak menanggapi, dia memilih mengeratkan dekapannya sembari membaui aroma khas yang menguar dari tubuh Taehyung yang tampak begitu menikmati dekapan hangat Jeongguk. Terus seperti itu sampai teriakan ibu Taehyung membuat dekapan itu mengurai.
"Bunda cerewet sekali."keluh Taehyung dengan sebelah pipinya yang mengembung, Jeongguk menekannya dengan jemari telunjuknya seraya tertawa."sama sepertimu, kan?"Taehyung mendelik, begitu menggemaskan."aku pulang dulu. Nanti malam aku akan kesini lagi. Menagih oleh-oleh."
"Haha baiklah. Akan ku tunggu. Perlukah aku meminta bunda untuk menyiapkan pesta penyambutan juga?"ujar Jeongguk dengan nada jahil membuat Taehyung memberikannya cubitan gemas di hidungnya."menyebalkan! Aku hanya tetangga seberang rumahmu, tuan Jeon."
Dan Jeongguk hanya tertawa membuat Taehyung kesal sekali. Membalik tubuhnya dan beranjak dari sana dengan kakinya yang menghentak kesal. Jeongguk menggelengkan kepalanya sebelum beranjak memasuki rumah karena sang kakak telah menegurnya agar segera masuk ke dalam.
.
.
"Jadi, kau belum mengatakannya pada Taehyung tentang alasan sebenarnya kita pergi?"
Jeongguk menggeleng lalu menghela nafas,"itu bukan hal mudah, hyung. Bisa saja setelah ini dia marah dan membenciku. Aku tidak pernah siap untuk itu."
Seokjin, kakak Jeongguk ikut menghela nafas."ya, alasanmu cukup masuk akal. Kita tahu betul tabiat sahabatmu itu seperti apa. Tetapi, itu lebih baik ketimbang terus membohonginya. Tidak ada seorangpun yang suka kalau dirinya di bohongi."
"Hyung benar. Hh, aku tidak tahu lagi harus bagaimana..."Jeongguk memijat keningnya yang karena rasa pening kembali mendera, Seokjin khawatir melihatnya.
"Kepalamu sakit lagi? Apa perlu aku menghubungi dokter Kang untuk memeriksamu?"Jeongguk menggeleng,"tidak usah. Aku hanya perlu beristirahat. Ini hanya sakit kepala biasa, hyung. Tidak perlu berlebihan, oke?"
Seokjin menghela nafas pasrah."hm, baiklah. Tidurlah agar kondisimu membaik. Jika membutuhkan sesuatu, panggil aku, mengerti?"
"Hm, baiklah."