---
Taehyung baru kembali dari toilet dan langsung di sambut oleh suara dentingan tuts piano yang terdengar begitu indah di telinganya membuatnya terhanyut sekaligus terpana. Mempercepat langkahnya menuju kursinya dan menempatkan diri disana, menoleh sejenak kearah Jeongguk yang nampak merasakan euphoria yang sama. Sembari bertanya dalam benaknya, siapakah gerangan sosok di balik alunan melodi indah nan menakjubkan itu?
.
Alunan melodi terakhir mengalun dengan luar biasa sempurna, mengundang tepuk riuh penuh decak kagum para penonton yang merasa sangat puas akan penampilan terakhir di acara pentas seni yang mereka hadiri. Itu adalah penampilan paling memukau yang pernah mereka lihat. Jimin yang berada tidak jauh dari tempatnya bersama Jeongguk langsung mengeluarkan siulnya lalu berseru keras, menyerukan sederet nama yang membuatnya tercekat.
Dia kenal nama itu.
"Soobin-ah. Kau sangat luar biasa! Kami bangga padamu!"
Karena Jeongguk sendirilah yang memberikan nama itu, tepat saat hari kelahirannya...
.
.
"Kita pulang saja, Jeongguk. Kasihan Yeonjunie, sepertinya dia sudah lelah."kata Taehyung sesaat pria itu mengajaknya untuk ikut mengerumuni sosok bocah berperawakan kurus yang baru saja turun dari atas panggung dan langsung mendapatkan pelukan hangat dari Jimin dan teman-teman mereka yang lain dan itu membuat Jeongguk iri. Ia juga ingin mendekapnya. Ingin menumpahkan perasaan bangganya padanya. Jeongguk bangga memilikinya. Namun, nampaknya Taehyung keberatan akan hal itu dan itu cukup membuatnya bingung. Kenapa Taehyung selalu bersikap seperti itu?
"Tae, aku berjanji hanya sebentar. Aku hanya ingin mengucapkan ucapan selamat padanya. Aku juga ingin menunjukkan rasa bangga serta kebahagiaanku atas prestasinya yang sangat luar biasa. Dia berbakat, Tae. Dia memiliki bakat yang sama seperti kita. Oh, astaga, aku tidak pernah merasa sebahagia ini."katanya dengan wajah sumringah, mata bulatnya berbinar. Sangat menunjukkan kalau Jeongguk memang sungguh-sungguh bahagia. Taehyung melihatnya dengan jelas dan itu mengganggunya. Ini pertama kalinya Taehyung melihat rona kebahagiaan dari Jeongguk setelah tahun ke 8 setelah anak kedua mereka lahir. Taehyung tidak menyukainya...
"Jika kau tidak ingin menemuinya juga, tak apa Tae. Aku akan menemuinya sendiri dan tenang saja, aku akan tetap mengatakan padanya kalau kau juga merasa bangga akan prestasi yang dia torehkan dan kau juga merasakan kebahagiaan yang sama. Dia pasti akan senang mendengarnya, Tae. Karena apa? Baginya, kebahagiaanmu adalah hal yang selalu di utamakannya."setelah mengatakannya, Jeongguk segera berlalu pergi. Menyisakan Taehyung sendirian dengan perasaan tak keruan. Entah mengapa dadanya terasa terhimpit. Semua perkataan Jeongguk memang benar. Namun, Taehyung tak bisa berbuat banyak. Ia memang masih membutuhkan waktu untuk menerima segalanya...
.
.
Awalnya, semua terasa begitu sempurna bagi Taehyung. Menjalani hidup bersama dengan Jeongguk yang sebelumnya nyaris menyerah untuk melanjutkan hidupnya karena penyakit kronis yang di idapnya beberapa tahun lalu membuat semua yang mereka jalani terasa begitu berharga. Semuanya terasa menyenangkan dan semakin menyenangkan kala Tuhan menganugrahkan mereka seorang anak. Bocah lelaki yang manis dan sehat, melengkapi kebahagiaan mereka dan membuat hidupnya dan Jeongguk luar biasa sempurna. Baginya, itu semua sudah lebih dari cukup.
Namun, Tuhan berkehendak lain. Tuhan malah memberikan mereka anugerah yang lain. Satu anggota keluarga yang baru yang hadir pada tahun kedua pernikahan mereka. Jeongguk tentu saja menyambutnya dengan suka cita dan putra kecilnya pun sama senangnya. Tapi, tidak dengan Taehyung. Ia malah merasa hal itu adalah beban baru bagi kehidupan mereka dan membuatnya uring-uringan. Lalu berakhir bertingkah konyol sampai nyaris membuat makhluk mungil itu kehilangan kesempatan untuk hidup. Jeongguk dan kedua kakak angkat tersayangnya marah. Bahkan Jimin serta Seulgi pun melakukan hal serupa. Menyayangkan tindakannya yang kelewat batas. Bagaimana tidak, Taehyung dengan santai mengkonsumsi jus buah nanas saat kehamilannya baru memasuki trimester satu, tanpa memperdulikan akan kondisi kandungannya yang memang lemah.