---
"Kak J, apa kau di dalam ?"
Namjoon berseru memanggil sang kakak dari luar pintu kamar sebelum membuka knop pintu yang tak terkunci itu, melongokkan kepalanya kedalam. Ternyata kakaknya sedang menonton.
"Kakak sedang menonton apa ? Joonie ikut!"serunya riang, beringsut mendekati sang kakak yang nampak terkejut akan kehadiran Namjoon yang tiba-tiba menyusup kedalam kamarnya. Pemuda berparas tampan itu mendengus kesal.
"Aku tidak sedang menonton apapun. Sana pergi ke kamarmu dan tidurlah."usirnya dengan nada jengkel membuat Namjoon mengerucutkan bibirnya lucu. Dia tidak mau kembali ke kamarnya dan dia tidak merasa mengantuk. Dia ingin bermain bersama sang kakak yang akhir-akhir ini entah mengapa seperti begitu sibuk. Tidak tahukah dia kalau Namjoon kesepian ?
"Joonie tidak mau! Mau disini saja bersama kak J. Kakak kenapa sih sekarang galak sekali, dulu 'kan kakak tidak begini pada Joonie. Apa sekarang kakak benci pada Joonie ? Joonie nakal ya ?"tanya Namjoon dengan raut sendunya, menatap sang kakak dengan manik terangnya yang berkaca-kaca membuat kakaknya itu mendesah lelah dan memalingkan wajahnya. Dia bingung, sebagian hatinya ingin mengiyakan dugaan bocah lima tahun itu namun sebagian lagi mencoba menyangkal. Dia tidak membenci Namjoon, tidak sama sekali. Hanya saja...
"Sudahlah, kau ini hanya bisa membuat moodku semakin buruk. Pergilah, aku mengantuk dan berhenti menggangguku. Ganggu saja si kakek tua itu."sekarang, sang kakak tidur memunggungi Namjoon yang menatapnya sedih. Memilih beranjak keluar kamar itu dengan kepala tertunduk dalam. Ternyata kakaknya membencinya, harusnya Namjoon menyadari hal itu.
"Ah, Namjoonie kamu kenapa nak ? Hey, kau menangis ? Astaga siapa yang berani membuat cucu kesayangan kakek bersedih seperti ini ? Coba, beritahu kakek."
Namjoon tak menjawab, memilih menenggelamkan kepalanya didada sang kakek yang tengah mendekapnya erat. Ia tidak tahu harus menceritakannya dari mana, yang jelas, sekarang dia begitu sedih.
"Tidak mau cerita, heum ? Baiklah, sekarang kita kembali ke kamar saja ya. Mau kakek ceritakan dongeng yang bagus ?"Namjoon menatap sang kakek dengan wajah basahnya agak lama lalu sesaat kemudian menganggukkan kepalanya pelan, merentangkan kedua tangan gemuknya minta digendong yang ditanggapi kekehan geli pria tua itu.
"Haha, manjanya cucu kakek. Jadi, siap mendengar dongeng kakek, jagoan kecil ?"
Namjoon terkikik lucu, memeluk leher kakeknya erat agar tubuh montoknya tidak jatuh dari gendongan pria tua itu.
"Siap!"
Dan keduanya pun beranjak pergi menuju kamar si bungsu, tak menyadari kalau si sulung tengah memandangi interaksi manis mereka dengan pandangan terluka.
"Ya, mungkin disini hanya akulah yang paling terluka. Selalu hanya dia yang kau sayangi, kek."
.
.
Hari ini Namjoon hanya mengaduk makanan dalam mangkuk miliknya tanpa minat, rautnya begitu sendu dengan plester penurun panas yang tertempel apik di dahinya. Semalam dia terserang demam tinggi dan sang kakek menyuruhnya libur sekolah dan berakhir bosan dirumah sendirian. Kakeknya pergi ke luar kota untuk urusan bisnis pagi-pagi sekali sedangkan kakaknya sejak pagi sudah pergi entah kemana padahal sejak kemarin kakaknya itu libur sekolah entah karena apa, Namjoon tak begitu paham. Dirumah, hanya ada dirinya dan sang perawat yang begitu cerewet. Sibuk menelfon di sofa ruang tengah rumahnya seenak hati membuatnya semakin jengah dengan tingkah polah wanita bertubuh tambun itu. Andai saja dia bisa membuat sang kakek percaya kalau perawatnya itu jahat, mungkin wanita itu telah di tendang lama dari rumahnya.